23 - Semena-mena

5.5K 310 0
                                    

Cklek!

Bola mata Retno membeliak kaget ketika pintu kamarnya terbuka dan memperlihatkan sosok Alysa berdiri disana. Retno yang kini sedang duduk si kursi meja kerjanya untuk mengerjakan pekerjaan yang belum sempat terselesaikan segera beranjak menghampiri Alysa. "Ngapain kamu ke kamarku?" tanyanya tidak suka.

Hidung Alysa merengut sebal. Ia langkahkan kakinya lebih masuk lagi ke kamar Retno. Sejenak, Alysa mengamati kamar itu sambil memajukan bibir bawahnya. Membuat Retno berdecak sebal, karena ia merasa Alysa sedang meremehkan kamarnya.

"Ada apa kamu kesini?" tanya Retno sekali lagi.

Barulah Alysa kembali menjatuhkan pandangannya ke wajah Retno. Tersenyum lebar pada lelaki itu, "Kenapa? Masalah buat lo?" katanya nyolot.

Alysa melangkahkan kakinya lebih maju lagi kearah Retno. Berdiri dekat sekali dengan lelaki itu lantas kedua tangannya terulur mengambil tanpa keputusan kacamata Retno.

"Alysa, kamu apa-apaan sih! Aku nggak bisa lihat!" kata Retno, ia mengucek-ucek mata sambil berkedip-kedip.

"Udah deh lo diem aja. Lagian lo tuh rabun dekat, gue tau ya! Gue mau ngajak lo belanja bulanan." ucap Alysa, tangannya sibuk mengacak-acak rambut Retno yang semula sudah rapi dan kinclong, sekarang malah jadi awut-awutan macam sapu sawang.

Sudah kali kedua ini Alysa memperlakukannya semena-mena. Apa belum cukup untuk yang kemarin pagi? Sungguh, ingin rasanya Retno mencekik istri sendiri.

Tangan Retno segera mencekal pergelangan Alysa dan membuat kegiatan Alysa mau tidak mau harus terhenti. Sejenak, Retno menatap sebal pada wanita di depannya, dengan napas memburu karena dia sedang menahan amarah. Beberapa detik kemudian yang Retno lakukan adalah menyeret tubuh Alysa untuk keluar dari kamar. Lantas mengunci pintu kamar cepat-cepat.

Diluar Alysa terus meneriaki nama Retno, "No... buka... Gue cuma pengin lo nemenin gue belanja bulanan malam ini! Woy! Cupu... Buka! Retno ganteng buka...! Asu!" saking frustasinya, ia menyebut Retno ganteng.

Kontan saja Retno terkejut mendengar teriakan Alysa. Tadi Alysa bilang apa? Retno ganteng? Sejak kapan? Kepala Retno geleng-geleng sendiri lantas memutuskan untuk lanjut mengecek berkas-berkas karena besok dia ada meeting.

"Kalo lo nggak bukain, gue bakal tunggu lo disini!"

Lagi-lagi Retno dikejutkan oleh teriakan istri gilanya itu. Matanya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah tujuh. Mau nunggu sampai jam berapa wanita itu? Retno tidak habis fikir dengan otak udangnya Alysa. Terserah wanita itu menunggu sampai pagi pun, Retno tidak peduli, namun yang membuatnya semakin kesal pada Alysa adalah suaranya!

Alysa terus-menerus memanggil namanya, membuatnya jadi tidak konsen dalam melanjutkan pekerjaan. Karena tahu bahwa Alysa seseorang yang keras kepala, akhirnya Retno beranjak membuka pintu. Ia akan menemani Alysa belanja bulanan.

Mendengar decitan pintu terbuka Alysa buru-buru berdiri. Ia memperbaiki pakaian dan rambutnya lantas memberi senyum terbaiknya pada Retno. "Tuh kan! Gue bilang juga apa, lo pasti bukain pintu... " katanya bangga.

"Terpaksa." Retno bergumam.

"Bodoamat! Yang penting lo bukain pintu." balas Alysa.

Lagi-lagi Retno harus sabar dibuat kesal. Wanita di depannya kini sudah kembali mengambil kacamatanya dan mengacak rambut. Dan yang Retno lakukan saat Alysa berlaku seperti itu hanyalah menutup mata rapat-rapat. Setelah tangan Alysa sudah tidak terasa mengacak rambutnya lagi, mata Retno terbuka. Menatap Alysa, menunggu wanita itu berbicara.

"Nah, sekarang...temenin gue ke Supermarket! Cuss..." tangan Alysa melingkar pada lengan Retno. Keduanya melangkah bersamaan menuruni anak tangga.

***

Marriage Absurd (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang