16 - Ketemu Masa Lalu

5.6K 304 2
                                    

Mbak Anna :
Lysa, coba kamu sesekali anterin makan siang dong ke kantor Retno. Siapa tau dia mau makan nasi kalo yang nganterin itu kamu dan buatan kamu sendiri. Plisss yaa.. Mbak pengin banget Retno bisa makan nasi, biar badannya nggak kerempeng. Makasih.

      Tubuh Alysa berguling sambil membaca pesan dari Mbak Anna, yang merintahkannya untuk membawakan makan siang untuk Retno ke kantor lelaki itu. Ke kantor? Dimana kantornya? Bahkan Alysa tidak tahu Retno kerja apa. Yang ia tahu hanyalah setiap Bulan Retno mengisi kartu ATMnya, hehehe.

Alysa beranjak dari tempat tidur. Mau tidak mau ia harus melaksanakan perintah itu. Kalo bukan keluarga Retno yang minta, dia ogah juga disuruh-suruh. Apalagi ini untuk kebaikan Retno. Alysa kan maunya Retno sakit terus cepat-cepat hiatus dari bumi.

Untuk menyingkat waktu dan tidak mungkin juga ia harus masak susah-susah hanya untuk makan satu orang, Alysa memilih untuk delivery saja. Sambil menunggu delivery datang, Alysa masuk ke kamar Retno untuk mencari tahu tempat Retno kerja. Alysa melangkah mendekati meja kerja, ia mengambil salah sebuah map dari tumpukan map. Membukanya dan membaca sampai akhirnya ia menemukan nama perusahaan yang Retno tempati untuk mencari nafkah.

Tidak lama kemudian pesanannya datang. Ia segera keluar dari kamar Retno untuk menyambut pesanannya. Lantas memindahkan semua makanan pesanannya ke dalam wadah tupperware yang ada di rak dapur Retno. Setelah semua sudah rapi, motor Alysa melaju keluar area rumah Retno.

     Kantor Perusahaan DN Property sudah terlihat di depan mata. Usai memarkirkan motor, Alysa masuk ke kantor megah itu. Ia melangkah dengan PD-nya sambil menenteng paperbag berisi makan siang. Karena tidak tahu dimana ruangan Retno, Alysa akhirnya bertanya pada resepsionis, “Mbak, saya mau tanya. Ruangannya Retno Dewantoro, bagian direktur keuangan dimana, ya?” tanyanya tanpa canggung sedikitpun.

“Apakah anda sudah membuat janji dengan, Pak Retno?” tanya resepsionis.

Ini nih, yang bikin Alysa malas kalo ke kantor-kantor untuk menemui orang sibuk. Selalu saja ditanya apakah sudah membuat janji? Janji apa sih? Memangnya harus banget? Tanpa sadar Alysa mendecak. Ia menatap resepsionis cantik di depannya, “Saya istrinya, apa juga perlu membuat janji?”

Resepsionis itu terkejut. Tanpa ditutup-tutupi dia memandang Alysa dari atas sampai setengah badan. Benarkah wanita didepannya adalah istri Retno? Retno Dewantoro yang terkenal cupu di kantor? Resepsionis itu menggelengkan kepala tidak percaya. Tidak mungkin Retno memilih istri yang salah. Salah gaya kayak gitu.

“Mbak, dimana ruangan suami saya?” bentak Alysa.

Buru-buru si resepsionis merespon, “Sebentar Bu, saya hubungi dulu sekertarisnya Pak Retno.” katanya lantas menghubungi sekertaris Retno. Beberapa detik kemudian ia memberitahu pada Alysa bahwa, “Maaf Bu, kata sekretaris Pak Retno, Pak Retnonya sedang sibuk dan tidak bisa di ganggu.”

Amarah Alysa memuncak. Segitu sibuknya si Retno? Atau akal-akalan Retno saja yang tidak mau menemuinya? Tanpa basa-basi lagi Alysa melangkah lebih lanjut ke kantor itu. Ia tidak peduli panggilan resepsionis yang menggelegar. Tiba di depan lift dan hendak menekan tombol, namun tidak terlaksana tatkala tangannya dicegat oleh seseorang di belakangnya. Alysa meronta-ronta, ia melirik ke belakang yang ternyata dua sekuriti.

“Lepasin! Gue mau ke ruangan suami gue! Heh, lepasinnnnn!”

“Maaf Bu, anda tidak diizinkan untuk masuk.” kata salah seorang sekuriti.

Setelah menghitung satu sampai tiga dalam hati, Alysa meronta keras-keras hingga tangan para sekuriti sudah tidak lagi menghalanginya. Tepat saat ia hendak menekan tombol lagi, lebih dulu pintu lift terbuka. Tubuh Alysa membeku melihat seseorang yang baru saja keluar dari lift.

Marriage Absurd (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang