17 - Pertengkaran

6K 309 4
                                    

      Sudah setengah jam Retno berdiri di depan pintu kamar Alysa. Berharap wanita itu keluar dan mau sarapan bareng. Namun sedikitpun ia tidak mendengar suara dari dalam. Kini mata Retno tertuju pada kunci cadangan yang tergeletak diatas meja sebelah kiri pintu kamar Alysa.

Retno bingung. Mau buka pintunya atau tidak. Jika membuka dengan kunci cadangan, ia takutnya nanti didalam Alysa kebetulan lagi telanjang. Daripada terlalu lama berfikir, Retno akhirnya melangkah pergi saja. Pagi ini ia ada janji dengan Kevin. Dengan mengenakan pakaian santai ia melesat pergi ke tempat yang sudah Kevin kirim alamatnya semalam.

Tiba di caffeine tempat pertemuannya dengan Kevin, Retno masuk ke caffeine itu dan langsung mendapati sosok Kevin tengah duduk seorang diri di salah satu meja. “Maaf Pak, saya terlambat.” katanya, ketika sampai di hadapan Kevin.

“Santai aja No, saya juga baru lima menit disini. Silakan duduk, minum dulu kopinya, No.” balas Kevin ramah.

Retno duduk, ia menyesap kopi yang sudah disediakan oleh Kevin lantas pandangannya fokus pada lelaki berwibawa didepannya, “Kalo boleh tau, kenapa bapak ingin bertemu saya?”

Pertanyaan Retno dibalas kekehan oleh Kevin. Lelaki itu mengatur nafasnya lebih dulu lalu menjawab serius, “Ini bukan masalah pekerjaan, No. Jadi gini, apa benar kamu dan Alysa suami-istri?”

Kepala Retno terangguk. Dalam hati ia bertanya-tanya kenapa Kevin kepo sekali dengan perihal rumah tangganya.

“Alysa itu pacar saya No, sebelum saya pergi ninggalin dia ke Jerman untuk lanjut kuliah.” Kevin memulai cerita kelamnya yang sangat ia sesali.

Kalimat yang baru saja keluar dari mulut Kevin membuat Retno terkejut setengah mati. Jadi, Alysa dan Kevin dulu memiliki hubungan Asmara? Untuk lebih mengetahui fakta-fakta lain dari hidup Alysa dan Kevin, Retno memasang dua telinganya benar-benar. Memandang Kevin penuh serius.

“Dulu kami pacaran. Alysa itu beda dari wanita lain, menurut saya. Dia selalu apa adanya, apapun jalan hidupnya dia nggak pernah ngeluh. Kami beruntung No, bisa memiliki dia selamanya.” lanjut Kevin, fikirannya menerawang wajah sumringah Alysa.

Ingin sekali Retno memutar bola matanya ketika Kevin secara tidak langsung memuji-muji Alysa. Sejak kapan Alysa bersikap tidak pernah mengeluh? Masak telor dadar saja, karena minyaknya meniprat kemana-mana Alysa berteriak.

“Kesempatan saya untuk kembali lagi dengan Al sudah tidak ada. Jadi saya mohon sama kamu, No. Tolong jaga Al sebaik mungkin.”

Retno mengangguk saja. Demi Boss, ia akan menjaga Alysa sebaik mungkin.

“Terimakasih, No. Saya percaya sama kamu.” ucap Kevin sambil menepuk bahu Retno sok akrab. Lalu sedetik kemudian lelaki itu tertawa, “Ohiya, Al masih sering nonton konser?” tanyanya.

“Sudah jarang Pak, karena saya selalu melarangnya.”

“Kenapa?”

“Ayahnya Alysa nyuruh saya agar Alysa berhenti nonton konser.”

Kepala Kevin manggut-manggut mengerti. Kevin tahu betapa bencinya Ayah Alysa jika melihat anaknya lagi-lagi nonton konser. Dulu, Kevin sering sekali membantu Alysa agar bisa keluar dari rumah untuk nonton konser bareng.

***

     Setelah sekian lama berbincang-bincang canggung dengan Kevin, akhirnya kini Retno telah sampai di rumah. Lelaki itu menyeret langkahnya mendekati pintu kamar Alysa. Menempelkan daun telinga dekat pintu untuk mendengar keadaan didalam. Namun tidak ada suara sedikitpun. Retno jadi semakin penasaran, sebenarnya apa yang Alysa lakukan selama di dalam kamar kenapa sama sekali tidak pernah keluar selama seharian penuh.

Marriage Absurd (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang