Aku hanya berusaha untuk tidak terlihat mencintaimu dan biasa saja saat bersamamu. Karena aku takut jika kau mengetahuinya kau akan menjauh.
Descedant of The Sun - 2017
Deana duduk di sofa tua yang berhadapan langsung dengan tivi di salah satu ruangan di rumah yang ia tempati sejak beberapa bulan yang lalu. Tepat di sampingnya, ada lelaki paruh baya, rambutnya sebagian besar berwarna putih sedang fokus pada tivi di hadapannya. Ayah mertuanya-Abed.
Jam yang tergantung sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi kedua masih enggan untuk beranjak dari tempat mereka sekarang. Abed merasa bosan diam di kamarnya sejak sore hari, setelah suster yang dibayar untuk merawatnya pulang. Sedangkan, Deana malas berada di kamar tidurnya. Niatnya untuk tidur cepat sehabis mandi buyar karena kehadiran Caesar yang berkali-kali meminta maaf.
Tanpa Caesar dan teman-temannya minta maaf pun, Deana akan senang hati memaafkan. Kenapa? Karena dia tipe orang yang kalau marah hanya sebentar. Dia tipe pemaaf, tapi bukan tipe pelupa. Walaupun ia 100% memaafkan semuanya, tapi tak 1% pun ia lupa akan hinaan dan rasa sakit yang ia terima.
"Menantu, kamu bahagia ngga menikah sama anak Ayah?"
Ya, Deana memang dipanggil menantu oleh ayah mertuanya. Bukan Nak, atau pun namanya. Alasannya? Karena Abed selalu lupa dengan nama Deana. Beberapa kali coba Deana ingatkan, namun ia gemas sendiri karena selalu dilupakan. Padahal, namanya adalah nama pasaran. Jadi, karena tidak enak akhirnya Abed meminta untuk memanggilnya dengan sebutan tersebut.
Deana tersenyum memandang Abed di tempatnya yang memandangnya dengan penuh rasa penasaran. Bisa dibilang, usia Abed ini hanya beda beberapa tahun dari umur kakeknya sendiri. Beda sekitar 6 tahun. Dan, alasan Deana menerima perjodohannya selain karena Deana ingin merasakan kebebasan kuliah di luar kota adalah Abed.
Mengingat Abed yang mengidap penyakit stroke dan Caesar yang selalu pulang pagi karena terlalu cintanya pada UKMF Peradilan Semu yang diikuti-menurut cerita Abed yang merasa kesepian. Walaupun Caesar sedang tidak ikut lomba apa-apa, tapi tanggung jawab moral untuk mendidik adik-adik lainnya yang ikut lomba menjadi bebannya.
Selain itu, kata Abed, Caesar juga salah satu aset dari UKMF tersebut. Banyak adik-adik yang sangat menyanyanginnya karena sifat baiknya. Disaat kakak-kakak tingkat lain mengajar dengan penuh amarah, bentakan, kata-kata pedas dan pertanyaan-pertanyaan menjebak yang membuat mati kutu, Caesar mengajar dan membimbing dengan penuh kesabaran.
Kata Abed lagi, prinsip hidup anak bungsunya adalah untuk apa harus sampai tarik urat kalau dengan kelembutan orang lain bisa lebih nyaman?
"Kok Ayah nanyanya gitu?" tanya Deana penasaran. Setelah berbulan-bulan menikah, untuk pertama kalinya ia merasa tenggorokkannya tercekat saat harus menjawab pertanyaan Abed.
Biasanya, kalau mengobrol, mereka akan membahas hal-hal santai. Abed yang juga dulunya memilih Hukum sebagai kuliahnya dan menekuni bidang itu selama bertahun-tahun biasanya berbagi cerita dan tips-tips kuliah padanya.
"Mau tau aja." Abed mengangkat bahunya tak acuh. "Kamu ngga bahagia ya? Soalnya ngga langsung jawab, sih."
Deana tersenyum kikuk di tempatnya. Bukannya ia tidak bahagia dengan pernikahannya, ia cukup bahagia kok. Apa lagi, mengingat ngga ada laki-laki yang suka padanya karena dia gendut, pendek, jerawatan, memakai behel dan kacamata begini. Ya, lagi-lagi itu masalah fisiknya. Tapi, dengan kehadiran Caesar yang menerima pernikahan dengannya begitu saja membuatnya berpikir bahwa ngga semua laki-laki itu menilai dari fisik.
Sayangnya, melihat laki-laki itu sama sekali tak membelanya sat fisiknya dihina tadi sore memupuskan kebahagiaan yang sempat membuncah di hatinya. Ia kembali pada keyakinannya yang pertama. Laki-laki itu mahluk visual, fisik adalah penilaian pertama untuk jatuh cinta.
"Deana bahagia kok, Yah." Senyum manis dipamerkan Deana.
Mencoba melupakan fakta menyakitkan tadi. Fakta lainnya, selama berbulan-bulan mereka menikah, tak satu malam pun Caesar absen ditemukannya memeluknya pada pagi hari saat ia bangun.
Dulu, sebelum menikah, yang Deana tau, Caesar bahkan jarang pulang, memilih memakai pakaian yang sama saat berkuliah selama dua sampai tiga hari karena tidak pulang ke rumah. Tapi setelah menikah, Caesar tak pernah satu malam pun absen pulang. Walaupun Deana ngga tau jam berapa suaminya itu pulang.
Lagi, perhatian-perhatian kecil yang biasanya hanya ia terima dari orang tuanya dan kedua adik kembarnya, kini didapat juga dari Caesar.
Pesan-pesan singkat yang membuat Deana gemas dan jadinya baper sama Caesar.
Jangan lupa makan, nanti maag-nya kambuh.
Vitaminnya diminum, jangan sampe darah rendahnya kambuh lagi.
Tidur duluan aja, saya pulangnya subuh.
Di kelas, jangan fokus-fokus amat sama dosen, semester 1 mah nilai aman.
Pesan yang terakhir, sering sekali Caesar kirimkan saat Deana ada di dalam kelas.
Teman-teman Deana tidak ada yang tau hubungan mereka. Caesar punya akun LINE yang berbeda untuk menghubungi Deana secara pribadi, akun yang dibuat khusus karena permintaan Deana.
"Yah, saya pergi dulu, ya."
Suara itu, suara laki-laki yang dari tadi membuat Deana tersenyum dalam hati memecah lamunannya. Caesar sudah dengan celana jins yang membungkus kakinya, serta kaos coklat turtle neck serta kunci motor di tangannya sudah bergegas keluar, tapi meminta ijin dulu.
"Mau kemana?" Abed bertanya. "Ini kan udah malem, jangan keluar lah, di luar itu bahaya, Cesar."
"Saya udah besar, Yah. Bisa jaga diri, kok."
"Ayah ngga kasih ijin."
"Saya ngga minta ijin, saya lagi pamit."
Gelengan keras terlihat dari Abed. Sedangkan Caesar masih bergeming di tempatnya. Sebenarnya, bukan balasan dari Ayahnya yang ia tunggu, tapi reaksi Deana yang ia nantikan.
Beberapa hari yang lalu, Deana akan protes kalau Caesar pergi malam-malam begini. Sebenarnya, Caesar juga ngga tau mau pergi kemana, tapi didiami Deana bukanlah hal yang ingin ia rasakan di rumah ini. Dan, dia mau pergi juga untuk memancing Deana.
"Tuh, menantu, begitu lah kelakuan suami kamu, bikin Ayah senewen." Abed bercerita sambil memijit pelipisnya pada Deana yang masih setia duduk di sampingnya, tanpa memberi respon apa pun.
Tapi, gelengan kepala Deana memberi isyarat pada Caesar untuk tidak melawan orang tuanya dan menuruti kata-kata Ayahnya untuk tidak pergi diterima oleh Caesar.
Bibir laki-laki itu tak melengkung sama sekali, masih pada posisi diamnya, namun tak ada yang tau kecuali sang pemilik hati kalau ia sedang tersenyum senang.
"Saya ngga jadi pergi, Yah."
bersambung...
10 September 2017
Ta❤
KAMU SEDANG MEMBACA
TRS [3] : Jungkir Balik Dunia Deana ✅
ChickLitIni tentang Deana Nismara Kencana dan dunianya yang berubah 180° semenjak ia bertemu dengan laki-laki yang bernama Caesar Iseabail Silaen. Saya bingung kenapa kamu ngga memasukan klausa 'dilarang melakukan hubungan suami-istri' di perjanjian yang ka...