"Pertimbangan tiap unsur pasal 340 KUHP harus dibuktiin ya, nanti pasal 338 KUHP-nya ngga usah."
Semua teman-temanku mencatat apa yang dari tadi abang berkaca mata bulat di depan kami sampaikan, keheningan menyelimuti kami-kecuali suara abang itu.
Namanya, Caesar Iseabail Silaen-abang mentor yang disayangi dan dipuja segala jenis umat yang tergabung dalam kelompokku.
Alasan mengapa semua anggota kelompokku menyanyanginya dan memujanya karena dia terlalu baik dan tidak bisa marah-padahal itu tugasnya, terlalu peduli disaat dua pembimbing kami yang harusnya bolak-balik membimbing kami menyelesaikan berkas peradilan semu-UKM yang kami ikuti-malah sibuk dengan lomba di luar kampus, dan terlalu mau direpotkan dengan chat kami yang selalu menanyakan hal-hal sepela yang sebenarnya memang kami tidak tau.
Dan alasan lain-hanya untuk kamu hawa disini-memujanya adalah, suaranya yang cukup rendah, rambutnya yang sedikit ikal, ditambah gaya retro miliknya yang membuat kami tidak ada henti-hentinya membuatnya menduduki tangga teratas topik perbincangan kami.
Dia tidak sempurna, tidak setampan Zayn Malik, tidak semaco Mariano Di Vaio, karena pada kenyataannya tubuhnya kurus kerempeng dibalut kemeja kotak-kotak gombrong. Namun, kepintarannya dalam menangani kasus peradilan semu ini yang menjadi daya tarik lebihnya.
Hanya butuh waktu lima menit setelah dia selesai membaca kasus posisi dan kami menemukan alur kasus ini, sedangkan jika kami mengerjakannya sendiri waktu itu butuh tiga minggu lamanya untuk berdebat mana alur yang paling logis.
"Kalau masih ada yang bingung, ditanyain lagi aja."
"Aku masih bingung bedanya alat bukti sama barang bukti, bang," kataku jujur.
Satu sikutan keras mengenai perutku membuatku mendelik pada teman di sebelahku-teman satu divisiku untuk membuat putusan akhir-namanya Angel.
Dan melihat alis BangCae-bacanya BangKay-yang terangkat membuatku ikut mengangkat alisku bingung. Apa salahnya aku bertanya? Kan tadi BangCae bilang kalau ada yang masih bingung ditanyakan aja. Ya, aku masih bingung.
"Itukan tadi udah dijelasin," katanya dengan suara rendah dan nada datar.
Aku melotot ke arahnya bergantian ke arah Angel yang tiba-tiba berbisik padaku kalau ia memang sudah menanyakan hal itu.
Aduh, aku mana dengar. Daritadi kan aku sibuk membeberkan alasan kami memuja dan menyanyangi abang mentor kami yang satu ini.
"Cob abaca pasal 184 KUHAP deh."
Dia memang begitu, baik, sabar, peduli, ngga bisa marah-kecuali sama aku.
Aku ingat, pertama kali aku dimarahi sama dia-beberapa hari yang lalu gara-gara temanku meminjam ponselku dan mengetik pesan padanya yang membuat semua orang pasti langsung ilfeel sama aku.
Me : Apa kabar bang?
Me : Sehat?
BangCae : Sehat
Me : Maaf bang
Me : Td di bajak
Me : sangkin kita stessnya
Me : Kpn tdrnya kita bang?
BangCae : Tanya sama diri sendiri
Rasanya, aku ngga mau ketemu sama dia lagi semenjak itu, selain karena malu, aku juga takut-walaupun itu ulah teman-temanku, tapi kan itu pake ponselku, otomatis nama yang tertera itu namaku. Dan teman-temanku dengan santainya hanya tertawa sedangkan wajahku pucat pasih.
Sialnya, aku tidak mungkin tidak bertemu dengannya, selain karena lomba peradilan semu itu masih satu minggu lagi jadi kami akan terus bertemu, aku juga tinggal bersamanya.
Dia suamiku.
Shit!
● ● ● ● ●
Tes ombak dulu deh, kali aja ada peminatnya HEHEHE😜
Vote dan Comment yaaa💕
KAMU SEDANG MEMBACA
TRS [3] : Jungkir Balik Dunia Deana ✅
ChickLitIni tentang Deana Nismara Kencana dan dunianya yang berubah 180° semenjak ia bertemu dengan laki-laki yang bernama Caesar Iseabail Silaen. Saya bingung kenapa kamu ngga memasukan klausa 'dilarang melakukan hubungan suami-istri' di perjanjian yang ka...