Part 10

42 8 11
                                    

Kini sampailah mereka ditempat penjual sate. Sebenarnya tujuan Ariz mengajak Ara pergi bukan untuk beli sate, tetapi karena dia sudah bilang ke Mamanya untuk beli sate maka terpaksa. Karena Ariz tidak mau membohongi Mamanya.

Tempat penjual sate ini terletak didekat trotoar. Jika tak heran jika tempatnya lesehan. Disepanjang trotoar ini terdapat banyak penjual, mulai dari bakso, mie ayam, sate, nasi goreng, dan masih banyak lagi. Makanya setiap malam tempat ini selalu ramai.

Ariz dan Ara pun dari motor. Ariz kini menggenggam tangan Ara. Entah mengapa jantung Ara berdebar dua kali lipat dari biasanya.

"Kita duduk disitu aja ya?" Tanya Ariz.

"A-apa?" Jawab Ara gugup. Entah mengapa Ara sangat gugup sekali saat Ariz menggenggam tangannya. Seperti ada rasa bahagia entah darimana rasa bahagia itu.

"Lo nggak dengerin gue? Kita duduk dibawah pohon yang itu ya?" Ucap Ariz dengan volume yang lumayan meninggi.

"Emang lo habis ngomong apa?"

Ariz menghela nafasnya, Ia tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh gadis yang ada disampingnya ini, "Gak jadi," jawab Ariz cuek.

Ara hanya ber-oh ria, "Duduk sini aja ya. Gue capek berdiri terus," Ara menunjuk te.pat duduk yang berada dibawah pohon yang tadi ditawarkan oleh Ariz.

"Perasaan tadi gue udah nawarin buat duduk situ deh," gumam Ariz pelan supaya Ara tidak mendengar ucapannya tersebut.

Kedua orang tersebut berjalan menuju tempat duduk yang berada dibawah pohon.

Ara membuka suara, "Riz, cepetan pesan, gue laper banget nih," pinta Ara sambil menepuk-nepuk perutnya yang kini sudah lapar.

Ariz mengacak-acak rambut Ara gemas,"Tungguin sini, jangan ngilang jangan pergi, diem disini. Duduk anteng disini. Kalau lo pergi gue gak mau nyari lo," Ariz kini menghampiri abang tukang sate sedangkan Ara hanya diam ditempat.

"Bawel banget sih jadi cowok," gerutu Ara.

5 menit

Ariz belum balik setelah memesan sate kepada abang tukang sate. Ara hanya memainkan ponselnya sambil menunggu Ariz datang.

"Si curut kemana sih? Lama banget, pantat gue keburu panas nih duduk mulu," oceh Ara pelan supaya tidak terdengar oleh pembeli yang ada disitu.

Tak lama kemudian Ariz datang, "Sorry ya lama. Soalnya tadi antre banyak banget," Ariz kemudian duduk didepan Ara.

Ara hanya tersenyum sebagai jawaban.

Ariz menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Ia tidak tahan dengan suasana hening. Walaupun mereka kini berada ditempat yang ramai tapi bagi Ariz tempat ini sangat hening.

Hingga suara abang tukang sate datang memecahkan keheningan yang ada diantara mereka, "Ini satenya, selamat menikmati. Selamat makan malam romantis ya mbak sama masnya," ucap abang tukang sate sambil menggoda mereka berdua.

Ariz dan Ara hanya tersenyum kikuk. Mereka terlihat salah tingkah atas apa yang diucapkan oleh abang tukang sate tersebut.

"Makasih ya bang," ucap Ariz. Kemudian ia menyerahkan piring yang berisi sate kepada Ara,"Nih, makan. Muka lo kusut banget kayak baju yang belum disetrika."

Lagi-lagi Ara hanya tersenyum. Ia sangat malas berbicara dengan laki-laki yang ada didepannya sekarang.

Ariz memperhatikan Ara yang sedang memakan sate. Ara sangat menikmati makannya tersebut sampai tidak menyadari jika Ariz dari tadi memperhatikannya.

"Ra..," panggil Ariz.

Merasa namanya disebut ia mendongak sambil menautkan kedua alisnya.

Ariz pun menopang kepalanya dengan tangan kanannya,"Lo laper banget ya?"

Lagi-lagi Ara hanya tersenyum. Hal itu membuat Ariz semakin gemas karena Ara hanya tersenyum,"Ra jangan senyum-senyum terus bisa enggak?"

Ara pun bingung dengan ucapan Ariz barusan. Apa salahnya jika Ara hanya tersenyum sebayai jawaban atas apa yang ariz tanyakan.

Ariz memperhatikan Ara lalu tersenyum,"Soalnya kalau lo tersenym terus gue takutnya kena penyakit diabetes."

Ara membulatkan matanya, Ia tak menyangka dengan gombalan Ariz barusan,"Receh lo," Ara kini kembali memakan satenya. Ia seakan tidak peduli atas apa yang diucapkan Ariz.

"Beneran. Lo itu manis banget sumpah."

Ara menghembuskan nafasnya pelan kemudian menatap Ariz lekat,"Iya-iya serah lo aja. Cepetan makan gue mau cepet-cepet pulang."

Ariz mengangguk. Kemudian mereka berdua kembali memakan sate dalam keheningan.

'Kok gue bisa ngomong gitu ya?' Batin Ariz

'Pipi gue nggak merah kan?' Batin Ara

------

Mereka berdua kini telah sampai didepan rumah Ara. Dalam perjalanan tadi tidak ada yang berbicara.

"Udah sana lo pulang," usir Ara.

Ariz berdecak pelan,"Selalu ya. Kalau gue nganter lo pulang gue selalu diusir. Disuruh masuk dulu kek atau gimana kek," gerutu Ariz.

"Gue gak suka basa-basi. Udah sana lo pulang, lagian ini juga udah malam. Nanti lo dicariin nyokap lo."

"Yaudah, gue pulang ya. Sampaiin salam gue ke Mama sama Papa lo. Dahh, jangan kangen gue," Ariz kemudian menyalakan mesin motornya lalu tancap gas dan pergi dari rumah Ara.

'Kenapa jantung gue berdebar-debar kayak gini sih?' Batin Ara.

Saat hendak membuka gerbang, ponsel Ara bergetar. Kemudian perempuan yang rambutnya digerai itupun membuka lock-screen ponselnya.

Line!

Afnanalvando : Good Night ❤

Mata Ara terbelalak kaget. Ia kaget bukan karena Afnan yang menge-chat-nya malam-malam seperti ini, tetapi ia kaget dengan emoticon diakhir chat-nya.

"Apa maksudnya?" Ucap Ara.

Ketika jarinya hendak mengetikkan sesuatu, ponsel Ara bergetar kembali. Ia membaca chat yang masuk tersebut dengan lega.

Afnanalvando : Eh maaf tadi salah emot. Good Night 😛

Ara kemudian terdiam dan berpikir,"Emoticon love sama melet kayaknya letaknya jauh deh. Kenapa bisa salah?"

***

Haiii
Maaf ya baru update soalnya habis mikir UTS.

Vomment nya jangan lupa ya💕

If You Know [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang