Part 13

37 6 15
                                    

19:30

Ariz mulai membuka matanya perlahan. Ia melihat jam weker yang ada di meja dekat tempat tidur. Kemudian ia berdiri dan berjalan menuju ke kamar mandi.

Setelah mandi, kemudian ia berwudhu dan melaksanakan sholat isya'. Ariz tak pernah melupakan kewajibannya sebagai umat muslim. Setelah sholat dan berdoa, ia berjalan menuju ke meja belajar. Ia duduk di kursi dekat meja belajar tersebut.

Ia menyandarkan punggungnya di kursi dan mengingat hal-hal yang terjadi hari ini.

Hari ini adalah hari melelahkan bagi Ariz. Ia dihukum ditengah terik matahari yang sangat menyengat itu. Juga dihukum membersihkan toilet karena tidak mengerjakan tugas. Sebenarnya Ariz sudah mengerjakan, tetapi karena Ara belum mengerjakan ia pun bilang kepada guru bahwa ia juga belum mengerjakan. Ariz tidak ingin Ara membersihkan toilet sendiri, makanya ia melakukan hal tersebut. Di samping alasan tidak ingin Ara dihukum sendiri, Ariz sebenarnya juga tidak ingin mengikuti pelajaran tersebut, karena guru mapelnya sangat membosankan, apalagi di jam terakhir. Makanya ia rela ikut dihukum agar terbebas dari guru membosankan tersebut.

Meskipun dihukum, tapi Ariz bahagia karena ia dihukum bersama Ara.

Entah mengapa senyuman muncul di bibir Ariz. Ia membayangkan setiap kejadian yang selalu dilewatinya bersama Ara. Ariz yakin, ia sudah sangat mengagumi Ara, bukan hanya mengagumi, tapi lebih tepatnya sudah mulai suka dengan Ara. Tapi, ia enggan untuk menyatakan perasaannya. Ia masih ingin merasakan lebih dalam lagi. Bukan hanya sekedar suka, tapi ia ingin lebih dari itu.

Ariz hanya memendam perasaannya tersebut. Ia tidak ingin jika ia mengungkapkan perasaannya kepada Ara, nanti Ara akan menjauh. Ia masih ingin menikmati kedekatannya bersama Ara dan biarkan waktu yang mengungkapkan perasaannya terhadap Ara.

'Gak masalah jika gue harus memendam perasaan ini dalam waktu yang sangat lama, asalkan lo selalu ada didekat gue dan selalu ada buat gue itu udah bikin gue bahagia. Gue gak mau jika nantinya lo tahu perasaan gue dan lo malah menjauh. Biarkan gue dan Tuhan aja yang mengetahui apa yang gue rasain sama elo Ra.' Batin Ariz.

-----

"Halo?"

"Iya ada apa nelpon gue malem-malem?"

"Gue bosen banget nih,"

"Belajar sana,"

"Sejak kapan lo nyuruh gue belajar?"

"Yaudah kalau gitu lo tidur aja, ribet amat sih lo jadi manusia,"

"Gue baru bangun tidur,"

"Demi apa lo? Ini jam 10 malem trus lo udah bangun? Terus lo gak tidur lagi gitu?"

"Biasa aja kali kagetnya, gue tadi capek banget abis dihukum, lo tau sendiri kan? Yaudah gue tidur,"

"Tapi lo seneng kan dihukum sama Ara?" Goda Udin. Ariz sengaja menelpon Udin malam-malam karena ia merasa bosan karena tidak ada teman untuk begadang, ya walaupun besok itu masih sekolah.

"Apaan sih lo, sok tahu dasar kambing," Ariz sebenarnya ingin mengatakan kalau ia mulai menyukai Ara kepada Udin, tapi ia enggan untuk menyatakannya.

"Yaelah bro, gue udah tau dari wajah lo. Udahlah, gak usah disembunyiin. Palingan nanti lo juga ketauan,"

"Lo kira gue nyuri pake acara ketauan segala,"

"Bro, di dunia ini, apapun yang kita sembunyiin pasti suatu saat bakal ketahuan kok. Jadi, ya terserah lo aja, mau bilang sekarang atau nanti. Ya, tapi resiko lo tanggung sendiri ya kalau seandainya Ara jadi milik gue," Udin tertawa setelah mengucapkan itu kepada Ariz.

Ariz tak habis pikir dengan sahabatnya yang satu ini, kadang gila kadang seperti Mario Teguh.

"Bodo dah, gue mau tidur. Byee kambing," pamit Ariz kepada Udin.

"Dasar babi, katanya tadi baru bangun. Sekarang tidur lagi. Serah lo deh. Gue ditinggalin mulu. Sedih hati dede. Bye gue sebel," Udin mematikan telpon.

Tuhkan, sifat alaynya Udin muncul. Emang aneh si Udin itu.

Ariz meletakkan handphone-nya di meja belajar. Ia kemudian berjalan ke jendela dan membuka gorden jendela tersebut. Ia menatap hujan yang turun saat ini.

Ariz dilema. Ia bingung, menuruti gengsinya atau menuruti pendapat yang diberikan Udin. Ia takut Ara akan menjauh jika ia menyatakannya, tetapi ia juga takut kalau seandainya Ara menjadi milik orang lain.

"Gue harus gimana?"

'Andaikan kakak masih ada, mungkin gue gak pernah ngerasa sepi dan bingung kayak gini.'

***

Haii
Update double nih

Makasih udah mau baca

Jangan lupa vommentnya

Ar❤

If You Know [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang