Part 15

28 2 11
                                    

06:00

Ariz masih tidur. Ia ingin hari minggunya ia isi dengan tidur indah. Sudah lama ia jarang bangun siang, makanya ia ingin bangun siang hari ini mumpung tidak ada jadwal main.

Tok! Tok! Tok!

Alis memutar tubuhnya dan melihat jam weker yang ada di meja dekat tempat tidur.

"Masuk aja Bi, gak dikunci," Ariz memejamkan matanya lagi.

Tok! Tok! Tok!

"Bibi masuk aja gapapa," ucap Ariz lagi.

Tok! Tok! Tok!

"Siapa sih? Maling kali ya?" Ariz heran siapa yang mengetuk pintunya tersebut. Ariz hanya tinggal bersama pembantunya dan satpam rumah. Tapi, jika Ariz menyuruh mereka masuk, pasti mereka akan segera masuk.

Dengan langkah gontai, Ariz berjalan dan membuka pintu kamarnya tersebut.

Saat membuka pintu, Ariz mengerjap-ngerjapkan matanya berulang kali. Ia harap ini tidak mimpi.

Ariz tersenyum bahagia.

"Mama, papa?" Ariz kemudian memeluk orangtuanya tersebut.

Rindu. Hal yang dirasakan Ariz saat bertemu dengan kedua orangtuanya.

"Mama sama papa kapan datangnya?"

"Sebenarnya subuh tadi Papa udah dateng, tapi papa ke kantor dulu mau mastiin ada masalah atau tidak," jawab Papa Ariz.

"Bagaimana kabarmu sayang? Kamu baik-baik aja kan?" Tanya mama Ariz.

"Ariz baik-baik aja kok ma, mama sama papa gimana?"

"Kami baik-baik aja kok sayang," ujar papa Ariz.

"Yaudah, yuk, kita sarapan dulu. Tadi mama udah beli pas mau kesini," ujar mama Ariz dan Ariz hanya mengangguk.

-----

Keluarga Ariz kini sedang berada di meja makan. Ariz merindukan saat-saat ini, saat dimana keluarganya berkumpul seperti ini.

"Gimana sekolah kamu?" Tanya Adit, papa Ariz.

"Baik pa."

"Gini Riz, rencana nya mama sama papa mau pergi ke rumah nenek. Kamu mau ikut gak?" Tanya mama Ariz.

"Boleh ma, kapan?"

"Rencananya sih besok, tapi nginep,"

"Boleh juga ma, berapa hari ma?" Tanya Ariz.

"Mungkin 3 hari-an lah,"

Ariz mengangguk. Lumayan, besok ia tidak sekolah dan berkunjung ke rumah neneknya. Berarti, ia bebas dengan PR sekolah yang belum ia kerjakan.

-----

Sepi.

Itu yang Ara rasakan saat ini. Meskipun sekolahnya ramai, tapi bagi Ara sepi. Biasanya jika ia sudah sampai di sekolah ia akan bertemu dengan Ariz didepan gerbang. Tapi tidak untuk hari ini.

Ia berjalan sendiri menuju kelasnya. Padahal, setiap berangkat sekolah ia selalu berjalan sama Ariz. Entahlah, mungkin Ariz telat hari ini.

"Hai," seseorang menyapa Ara dari samping kanannya. Kemudian Ara menoleh, dan mendapati seorang cowok yang ada disampingnya sekarang,"mau ke kelas ya?"

"Iya."

"Bareng aja yuk, lagian kelas kita kan deketan," ucap Afnan. Ya, cowok yang disamping Ara saat ini Afnan. Padahal, yang Ara mau saat ini adalah Ariz, bukan Afnan.

Ara hanya tersenyum. Mereka berdua berjalan menuju kelasnya.

"Tumben sendiri, biasanya kan sama Ariz?" Tanya Afnan untuk memecah keheningan.

Ara menoleh,"gak tau, mungkin dia telat,"

Afnan hanya mengangguk. Hening. Itu yang Afnan rasakan. Ia melirik Ara. Cewek itu nampak biasa saja dengan keheningan ini.

'Ara cantik,' batin Afnan.

"Afnan, gue masuk kelas dulu ya?"

"Iya. Belajar yang bener biar pinter."

Ara mengacungkan kedua jempolnya. Kemudian Ara masuk ke kelasnya. Afnan pun juga pergi dari kelas Ara menuju kelasnya sendiri.

'Andaikan gue bisa deket sama lo.'

------

"Din,Udin?" Ara membangunkan Udin yang sedang tidur di meja belakang Ara.

"Hmm,"

"Bangun dong, gue mau nanya,"

Udin masih saja tidur dengan posisi menenggelamkan kepalanya diatas tangannya. Sebal karena tidak bangun, Ara menarik jambul Udin.

Udin pun terbangun sambil memegang jambulnya tersebut,"Apaan sih, ganggu aja lo. Jangan coba-coba megang jambul gue. Yang boleh megang cuma pacar gue. Karena lo udah megang, jadi sekarang lo pacar gue," goda Udin.

Ara menyentil dahi Udin,"ogah gue pacaran sama manusia kambing kayak lo!"

"Yaelah, santai aja kali Ra. Gue becanda doang. Mau nanya apa lo,"

"Eemmm, itu, lo tahu?" Tanya Ara sambil menunjuk bangku kosong milik Ariz yang ada didekat Udin.

"Lo mau duduk disamping gue?" Tanya Udin dengan polosnya.

"Ih, lo tuh ya lemot banget sih," Ara kesal dengan Udin karena kelemotannya tersebut.

"Terus kalau gitu apa?"

"Ariz kemana?"

"Lo nanyain si curut?"

"Menurut lo?" Tanya Ara dengan cueknya.

"Bandung,"

"Ngapain?"

"Mana gue tahu,  mau nembak Milea kali."

"Milea siapa?"

"Itu, pacarnya Dilan."

"Ih, seriusan kambing."

"Ya mana gue tahu, gue bukan emaknya si curut."

"Ih, tapi lo kan temennya, kambing," Ara mencubit tangan Udin.

"Sakit bodoh,"

"Bodo amat,"

"Ternyata sekarang itu prenjon everywhere," goda Udin sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

"Serah lo, kambing," Ara kemudian membalikkan tubuhnya menghadap kedepan.

"Ngomongnya gak suka, eh baru satu hari gak masuk aja udah khawatir. Dasar sapi jaman now," sindir Udin dari belakang. Ara terdiam. Ia meresapi setiap perkataan Udin barusan.

'Apa iya gue suka sama Ariz?'

***

Haii

Maaf ya baru update. Soalnya banyak banget kendalanya.

Makasih yang udah vote sama comment. Itu berharga banget buat aku.

Jangan lupa vomment ya.

Next?

If You Know [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang