Part 14

38 6 19
                                    

19:00
Sabtu malam.

Sebutan untuk para kaum jomblo yang biasanya gak pernah malam mingguan.

Seperti Ariz. Ia sangat jenuh, teman-temannya lagi sibuk semua. Ada yang ngerjain tugas, meet up dengan keluarga besarnya, tidur lah, gak dibolehin keluar rumah lah, dan masih banyak lagi.

Ariz hanya duduk di tepi kolam renang, menatap air yang tenang dan merasakan angin malam sendirian. Tidak ada orang di rumah, hanya ada satpam yang menjaga didepan rumahnya.

Ia menatap handphone yang sedang digenggamnya. Ariz membuka lock screen handphone-nya. Matanya tertuju pada aplikasi chat berwarna hijau. Ia mencari kontak yang akan dihubungi.

Ariz.nugraha : Hai ☺

Tidak lama kemudian, ada sebuah notifikasi chat yang masuk.

Alyssaazzahra : Apa?

Ariz tersenyum. Lalu, ia mengetikkan sesuatu kepada Ara.

Ariz.nugraha : Jalan yuk ra

Alyssaazzahra : kemana? boleh juga sih, lagian gue juga di rumah sendirian

Ariz.nugraha : Gue ke rumah lo sekarang

-----

Mereka kini telah sampai di taman. Taman yang sering dikunjungi mereka berdua.

Ara malam ini sangat cantik. Walaupun hanya memakai jeans panjang berwarna biru tua, sweater berwarna abu, dan sepatu berwarna senada dengan bajunya. Sedangkan Ariz memakai jaket berwarna maroon, celana jeans panjang berwarna hitam dan sepatu berwarna dongker. Mereka berdua tampak serasi.

Mereka memilih duduk didekat danau. Mereka sengaja tidak duduk di kursi, karena lebih nyaman duduk diatas rumput yang dingin karena terkena angin malam. Pemandangan malam ini sangat indah, bulan yang terang demgan ditemani bintang yang bertaburan.

"Langitnya cantik banget ya?" Ucap Ara yang masih menatap keatas, menatap ciptaan Tuhan yang sangat indah.

"Iya, kayak elo," jawab Ariz yang sedang menatap kearah langit yang indah. Seketika Ara kini menatap Ariz.

"Maksud lo?"

"Gak jadi. Anggep aja tadi gue salah ngomong,"

Ara berdecak sebal. Kemudian ia kembali menatap kearah langit.

Ara membuka suara,"Apa yang lo rasain ketika ngeliat bintang sama bulan muncul disaat lo kesepian?"

Ariz masih menatap langit dan kemudian menjawab pertanyaan Ara,"Yang gue rasain saat lihat bintang sama bulan itu kenyamanan, mereka itu jauh, tapi udah buat banyak orang suka dan nyaman," Ariz menghembuskan nafasnya perlahan, kemudian melanjutkan ucapannya lagi, "Gue pengen kayak bulan dan bintang, meskipun gue jauh dari keluarga gue, tapi gue pengen buat orang lain nyaman sama gue, dan gak pernah nyakitin orang lain."

Ara menatap Ariz penuh arti. Ia tidak menyadari, bahwa sosok yang selalu ceria, memiliki seribu satu masalah dibalik keceriannya tersebut.

"Riz..."

Ariz menoleh menatap Ara,"apa?"

Ara menarik nafas dan menghembuskannya perlahan,"Lo ada masalah ya sama keluarga lo?" Ucap Ara dengan penuh hati-hati.

Ariz kini beralih menatap danau yang ada didepannya,"Apakah lo mau dengerin semua cerita dan rahasia gue selama ini?"

"Tapi, bagaimana kalau gue tidak bisa jaga rahasia lo itu?"

"Gue percaya sama lo, kalau lo bisa jaga rahasia gue yang selama ini gue tutupin dari semua orang," mendengar perkataan Ariz tersebut, Ara hanya mengangguk.

"Sebenarnya, gue itu punya kakak perempuan, dia itu cantik banget, baik pula. Setiap gue ada masalah, dia rela mendengarkan masalah gue sekalipun dia lagi sibuk," Tak terasa airmata Ariz mulai membasahi pelupuk matanya. Ara melihat itu. Dengan spontan, Ara memegang tangan Ariz untuk memberi kekuatan padanya.

Ariz melanjutkan ucapannya lagi,"Sekarang dia sudah berada ditempat yang paling nyaman didunia ini, disisi Tuhan," airmata Ariz kini telah turun membasahi pipinya.

"Jadi kakak lo-"

"Iya, kakak gue udah gak ada. Dia terkena leukimia. Gue tahu, sebenernya kakak gue itu cuma pura-pura tegar menghadapi semua kesakitannya biar gue gak ikut sedih. Dia meninggal pas kelas 3 SMP dan saat itu gue lagi kelas 1 SMP," Ara hanya terdiam mendengar semua ucapan Ariz. Ia sebenarnya tidak mau mendengarkan ucapan Ariz lagi, ia tidak ingin Ariz sedih, tetapi Ariz tetap melanjutkan ucapannya.

"Sebelum dia pergi, dia selalu berpesan sama gue, kalau gue gak boleh sedih, gue harus selalu ceria walaupun gue lagi punya banyak masalah. Sekarang gue di rumah sendiri, orangtua gue jarang di rumah, mereka kerja buat ngelunasin hutang-hutangnya buat berobat kakak gue dulu. Ditambah dulu ekonomi keluarga gue lagi kacau balau, makanya orangtua gue kerja sampai lupa waktu," Ariz menunduk, ia sangat sedih jika mengingat betapa buruk kehidupannya.

"Riz..."

"Iya?"

"Sekarang lo jangan sedih ya, jangan pernah ngerasa sendiri, ada gue kok. Ada teman-teman lo juga, kalau lo ngerasa butuh teman buat curhat, gue selalu ada buat lo," Ara tersenyum manis kepada Ariz. Ariz sangat kagum kepada Ara, meskipun ia ceroboh, tetapi ia mempunyai sisi yang paling baik, seperti kakaknya dulu.

"Makasih ya Ra, lo satu-satunya orang yang ngertiin gue disaat gue lagi terpuruk kayak gini."

"Gapapa, asalkan lo jangan sedih lagi ya, lo jelek banget kalo sedih kayak gini, haha."

Ariz berdiri,"Ayo pulang, udah malem. Nanti gue takut dikeroyok orang karena bawa anak orang malem malem kayak gini."

Mereka kini pergi meninggalkan taman tersebut.

Taman ini menjadi saksi bagaimana kesedihan Ariz dan kebaikan Ara yang bersedia mendengarkan semua permasalahan Ariz.

Ditempat ini pula, Ariz telah mengenal sosok Ara lebih dalam begitupun sebaliknya.

'Jika seorang laki-laki menangis, pasti hal yang ditangisi tersebut adalah hal yang paling berharga yang pernah dimiliki nya.' -Ara

'Diluar kerapuhan ku, pasti ada seseorang yang menguatkan ku dan membantuku, yaitu kamu.' -Ariz

***

Gimana part ini?

Maaf kalo absurd banget, soalnya aku juga lagi belajar

Makasih udah mau baca.

Jangan lupa vomment ya

-Ar❤

If You Know [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang