Ara tidak habis pikir dengan perbuatan Ariz yang telah ia lakukan. Kini ia mengerti mengapa Ariz melakukan ini semua. Ada tiga hati yang terlibat dalam masalah ini. Ariz, Ara, dan Afnan. Ara bingung. Ia tidak tahu apa yang harus ia perbuat. Ia juga tidak tahu haruskah ia sedih atau terharu. Ini sangatlah berat bagi Ara, tapi ini juga lebih berat bagi Ariz karena ia harus menentukan pilihan yang tepat.
Disinilah Ara. Taman belakang sekolah. Tempat yang sepi dan sangat ia sukai. Tempat yang sangat nyaman baginya. Hanya ia dan kesunyian yang kini mengerti perasaannya. Tidak henti-hentinya Ara meneteskan airmata. Biarkan saja ia meluapkan apa yang ia rasakan disini. Ia tidak peduli dengan jam pelajaran yang sedang berlangsung. Yang ia butuhkan adalah ketenangan.
"Lo kenapa disini?" Suara itu mengejutkan Ara yang sedang menikmati kesunyian di taman ini. Dengan segera, Ara menghilangkan jejak airmata yang berada di pipinya. Setelah ia rasa tidak ada lagi airmata di pipinya maupun di sekitar matanya, ia mengalihkan pandangannya menuju ke seseorang yang telah mengejutkannya.
"A-ariz?"
"Gue boleh duduk disamping lo?" Izin Ariz. Ara pun mengangguk samar. Ariz pun segera duduk disebelah kanan Ara.
"Lo...ngapain kesini?" Tanya Ara.
"Gue cuma butuh ketenangan aja, makanya gue kesini," jawab Ariz. "Lo ngapain kesini?"
"Sama kayak elo, gue butuh ketenangan juga," jawab Ara.
Hening. Hanya ada suara burung berkicau serta daun-daun yang terkena angin. Cuaca siang ini tidak terlalu panas. Maka dari itu, banyak sekali burung-burung yang berterbangan serta daun-daun yang berguguran ikut tersapu angin.
Ara sangat menikmati suasana ini. Suasana yang menambahkan rasa tenang dalam hatinya. Untuk sesaat ia bisa menghilangkan beban yang sedang ia hadapi. Ara beberapa kali menghembuskan nafasnya dan membuangnya perlahan. Ia hampir tidak merasakan jika didekatnya kini ada Ariz yang sedari tadi memperhatikan Ara dari samping.
Ariz sangat menyukai paras cantik milik Ara. Tidak. Tidak hanya paras saja yang Ariz sukai. Ariz menyukai segala hal yang ada didalam diri Ara. Mulai dari sifatnya, kebiasaannya, maupun hati Ara. Ia sangat menyesal telah melepaskan orang sebaik Ara kepada Afnan walaupun kini Ara dan Afnan tidak pacaran. Dan ia juga menyesali perbuatannya telah berpacaran dengan Shella. Sungguh, Ariz sangat menyesali itu semua.
"Ra?"
Ariz kini merubah posisinya menatap Ara yang semula sedang menatap pohon besar yang ada didepannya walaupun jaraknya cukup jauh dengan Ariz.
Yang dipanggil pun menoleh, "ya?"
"Gue mau bicara sama lo."
"Bicara aja."
"Gue mohon lo jangan marah ya. Gue mau berkata jujur sama lo, Ra," ucap Ariz dengan nada sendu.
"Lo mau ngomong apa, Riz?"
Ariz nampaknya sedang mengatur nafasnya sebelum berbicara kepada Ara. Ia tidak ingin terlihat gugup maupun takut saat berbicara dengan Ara.
"Ra, sebelumnya gue minta maaf yang sebesar-besarnya sama elo. Gue gak bermaksud apapun, gue bingung waktu itu. Dan, maafin gue juga udah buat lo sedih," ucap Ariz dengan rasa menyesal. "Gue tahu, lo sudah tau semuanya kan? Maafin gue, Ra. Gue tau gue salah. Gue bingung, disatu sisi Afnan adalah sahabat gue waktu SMP, sedangkan lo, lo temen terbaik yang pernah gue miliki."
Tidak terasa airmata Ara menetes begitu saja. Dadanya sangat sesak saat Ariz mengatakan hal itu. "Gue...gue gak tau harus gimana, Riz."
"Maafin gue, Ra. Gue tau selama ini Afnan udah berusaha ngedeketin lo, tapi lo gak pernah ada rasa kan sama dia?" Ariz pun menatap Ara lekat-lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Know [TAMAT]
Teen FictionAra dan Ariz Dua manusia yang berbeda jenis dan juga berbeda sifat. Terkadang sifat perhatian mereka berdua muncul. Hingga mereka tidak mengetahui perasaan satu sama lain. Percintaan dan persahabatan akan menemani mereka berdua. Putih abu-abu yang...