Chapter 9

38 9 0
                                        


"Mimpi indah" Myungsoo berkata sambil melambaikan kedua tanggannya didalam mobil.

Malam ini terasa begitu menyenangkan. Aku bisa dengan bebas menikmati pemandangan. Tak ada lagi kesepakatan yang harus ku lakukan. Myungsoo, sepertinya ia cocok untuk menjadi seonbae yang paling akrab denganku. Dia memperlakukanku seperti sahabat yang telah bertahun tahun akrab.

-***-

"Anyeong Woohyun" teriak namja dari balik pintu yang sempat mengejutkanku.

"Myungsoo? Ada apa kau kesini malam malam?"

"Bolehkah aku menginap disini untuk semalam saja?"

"Mwo?"

"Bolehkan?" Ucapnya sambil berharap.

"Jika aku tidak mengizinkanmu pasti mulutmu akan mengomel sepanjang malam"

"Huh capek sekali badanku"

"Memangnya kau darimana?"

"Jalan jalan bersama Se Na"

"Jinjaa!!!" Aku meninggikan suaraku.

"Wae? " Myungsoo duduk di sofa sebelahku.

"Anni" Ucapku berbohong. Sial kenapa Myungsoo harus pergi dengan Se Na.

"Ku rasa sekarang aku sangat sangat jatuh cinta padanya. Aku jadi ingin cepat cepat menjadikan Se Na kekasihku." Myungsoo memandang atap atap rumah sambil senyum senyum keindahan.

"Andwe!! Aku tidak akan membiarkan Se Na menjadi kekasihmu. Tidak akan pernah" aku berteriak dalam hati.

"Dimana kamarku? Aku lelah sekali" Tanya Myungsoo.

"Kamar tamu" Balasku datar tanpa ekspresi. Lalu Myungsoo berjalan menuju kamarnya dengan masih senyum keindahan.

Setelah Myungsoo masuk kedalam kamarnya, aku berpikir. Apakah Se Na menyukai Myungsoo? Ataukah cintaku akan bertepuk sebelah tangan seperti di drama drama?. Rasanya seperti orang frustasi sekarang. Aku mengacak acak rambutku dan masuk ke kamarku lalu tidur.

Keesokan harinya.Terlambat!
Pintu gerbang sekolah ditutup rapat. Di dalam gerbang, berdiri Park seonsangnim yang memiliki wajah sangar dan berkumis tebal. Tak lama setelah aku dan Myungsoo, datanglah Sunggyu melaju dengan sepedanya. Nyaris saja ia menabrak gerbang sekolah karena terlalu ngebut.

Park seonsangnim memelototkan matanya lebar dan menukas Sunggyu agar mengurangi kecepatannya. Sunggyu mengangguk mengerti. Keterlambatan Sunggyu disusul oleh Se Na yang berlari dengan napas tersengal - sengal. Peluhnya menetes dan membasahi wajahnya. Rambut panjangnya kian kusut. Terakhir keterlambatan ditutup oleh Hoya. Tunggu, Hoya? Tidak biasanya ia terlambat seperti ini. Mungkin dia terlambat bangun hari ini.

Park seonsangnim menunggu hingga setengah jam dari waktu bel masuk berbunyi. Jika tidak ada yang datang terlambat lagi, barulah ia membukakan pintu gerbang lalu mencatat satu persatu nama kami. Selanjutnya adalah lari. Park  seonsangnim meniup peluit sambil menunjuk arah lapangan. Itu adalah sanksi karena terlambat kesekolah. Lari sebanyak 10 putaran.

Dengan langkah terpaksa kami semua menuju lapangan bola untuk mengerjakan hukumannya. Aku dan hoya melepas jas dan melonggarkan dasi. Lengan kemeja digulung sebatas siku. Lalu kami berlari. Se Na ketinggalan jauh dibelakang. Tanpa terasa, sepuluh putaran berhasil dilalui dengan peluh terus menetes. Kemeja dan wajah basah oleh keringat.

Aku, Myungsoo, Sunggyu, dan Hoya terduduk dengan menyelonjorkan kaki di lintasan. Mencoba menstabilkan nafas yang tersengal sengal. Aku memperhatikan Se Na yang masih terus berlari dengan tergesa gesa. Jika dihitung hitung, sepertinya Se Na baru berlari sebanyak enam putaran.

UNCERTAIN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang