Dari seberkas rasa yang menerpa
Sosok wanita masih mengunggun di dada
Merona angkara cinta
Saat kulihat rupanya di ambang jendela
Kutakar untuk kesekian kalinya
Segelas dahaga menetes dari pelupuk mata
Rindu padanya entah mengapa
Aku mengintip
Menculik wajahnya di ambang jendela
Di batas ambang cakrawala
Kesumat cinta merona jingga
Dingin sunyi dan mencekam
Larut dalam panorama senja
Tenggelam menikmati rindu tentang sang hawa
Teringat ketika adam masih di surga
Termenung menikmati segala panorama
Namun hampa
Hingga ketika sang hawa tercipta
Ketika perempuan pertama kali menjelma
Taburkan senyum dan segala hasrat cintanya
Mendekati adam yang terpana tak berdaya
Dan itulah pertama kalinya seorang manusia menjadi buta
Rela meninggalkan segalanya
Hanya untuk bersama kekasihnya
Namun...
Sang hawa ku pergi entah ke mana
Bersemayam dalam cahaya fajar
Dan tak mau menengok mimpi-mimpiku
Karena dia
Mengorbankan dirinya demi kesumat cinta
Cahaya fajar pagi buta