October, 2016
Serangkaian kegiatan repetitif yang bahkan tidak dia sadari, layaknya hamster yang setia berlari diatas roda putar, lelah tapi tidak berpindah sedikit pun. Selamanya terjebak stagnan dalam waktu yang dinamis. Dia hidup hanya untuk hari ini, selalu di hitungan kedua puluh lima. Ada yang datang dan pergi namun tidak dia sadari. Takdir akan bermain lagi dengannya, nanti akan ada yang datang padanya memperkenalkan diri pada tiap-tiap pagi, padanya, seseorang yang memilih menghapus dirinya di penghujung hari.
Pemuda manis itu, yang setiap pagi duduk di depan kedai es krim. Memesan hal yang sama dengan kata-kata yang sama. Sedangkan sang pelayan, melayaninya dengan senyum iba seolah hafal apa yang akan dikatakan pemuda itu pada kata selanjutnya dan selanjutnya lagi. Sesekali membuka catatan kecil dan kumpulan foto polaroid yang dibelakangnya ada catatan mengenai nama, usia, profesi, dan kejadian pertemuan, hingga akhirnya perempuan itu menemukan apa yang dicarinya. Bibi Shin, 40 tahun, penjual es krim terenak favorit Minwoo.
"Es krim ini untuk anakku, dia bersekolah di taman kanak-kanak di ujung jalan ini, Bi. Dan aku ingin menjemputnya sambil membawa es krim ini, dia tidak pernah bosan rasa es krim di kedai Bibi. Katanya sih enak, namun aku tidak pernah mengingatnya." ujar pemuda itu dengan senyum yang selalu mengembang.
"Bawalah es krim ini untuknya, ia pasti sudah menunggu." ucap Bibi di kedai itu, bergetar menahan air matanya jatuh. Pemuda itu hanya mengangguk sekilas lalu pergi dengan senyuman yang masih setia mengembang di bibir merah mudanya.
~~~
Sedang di seberang kedai es krim favorit putranya ada seorang lelaki lain yang masih setia melihatnya sampai menghilang berbelok di ujung jalan, memperhatikan dengan detail setiap inchi dari apa-apa saja yang melekat di tubuh pemuda itu. Buku catatan kecil yang digenggam di sela jemari lentiknya, lengkap dengan bolpoin silver yang menggantung di leher, tas hitam selempang berukuran sedang, yang diyakini lelaki itu berisi kamera polaroid, rambut hitam pekat, kemeja biru langit dan celana jeans putih, serta sepatu sneakers berwarna senada dengan celananya, siapa sangka pemuda dengan tampilan semuda itu telah memiliki seorang anak berusia empat tahun yang duduk di bangku taman kanak-kanak.
Triiingg....
Bunyi lonceng kedai es krim tiba-tiba berbunyi kala lelaki itu mendorong pintunya. Bibi penjual es krim terkejut menutup mulutnya saat matanya bersitatap dengan sang lelaki.
"Tuan! Sejak kapan Tuan ada di kota ini lagi?" tanyanya antusias.
"Sudah sebulan, sejak aku tahu bahwa dia selalu ke sini setiap pagi setelah kejadian itu." ujarnya ringan.
~~~Pemuda itu kembali mencari-cari selembar foto dalam setumpuk foto polaroid yang tersimpan rapi di dalam tas selempangnya. Minkyung Saem, 33 tahun, guru menggambar Minwoo. Kakinya masih setia berayun pada ayunan terbesar yang ada di halaman sekolah anaknya. Tampak sesekali menendang batu kerikil yang ada di dekatnya. Tangannya menggenggam erat tali tas yang menyilang di dadanya. Hembusan napas yang berat terlihat ketika dia menundukkan kepalanya. Menunggu. Dan menunggu lagi.
Sepasang sepatu pantofel cokelat mengkilap dengan hak setinggi 5 sentimeter sampai di depan matanya yang sedari tadi menunduk, sejurus kemudian pemuda itu menengadahkan kepalanya, mengerjapkan mata perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang memaksa masuk ke sepasang manik mata hitam kelamnya. Pemuda itu memicingkan mata sejenak saat menatap tanda nama kecil di saku kanan perempuan di depannya. Kim Minkyung.
"Oh, Minkyung Saem. Apa aku terlalu cepat menjemput Minwoo hari ini? Apa mereka belum keluar?" ucap pemuda itu dengan tidak sabar.
"Boleh saya terima es krim itu, Wonwoo-ya? Saya rasa anak-anak pasti suka. Kau tahu toko bunga di pertigaan sana? Belilah bunga lily berwarna putih campur merah muda, Minwoo menunggumu di tempat ini, segeralah beranjak sebelum hari makin terik. Kasihan Minwoo menunggu lama." Minkyung Saem memberikan secarik kertas berwarna merah muda dengan tulisan ciri khasnya yang rapi miring ke kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Anterograde [Meanie] ✓
FanfictionDunia repetitif milik Jeon Wonwoo tidak akan pernah sama lagi sejak datangnya Kim Mingyu. Jabatan tangan hangat milik lelaki itu yang akan membuat Wonwoo mencatat lebih banyak lagi. Serta tatapan mata mengunci milik Mingyu yang nantinya membuat Wonw...