Bibi Shin's side
December, 2013
Mengenaskan. Satu kata yang dapat mendeskripsikan keadaan apartemen yang baru saja aku masuki. Barang pecah belah telah menjadi serpihan yang tercecer di sana sini. Tumpahan cokelat hangat yang mengering menyisakan noda-noda lengket di meja makan. Taplak meja kusut dengan pigura dan vas bunga yang telah terpental jauh dari tempat seharusnya. Jangan lupakan aroma anyir darah yang menguar dari kamar mandi dan bunyi shower yang masih terdengar mengericik.
"Wonwoo-ya! Wonie! Jeon Wonwoo! Bibi datang sayang." Tidak ada sepatah kata pun yang menjadi jawaban dari sapaanku yang baru datang.
Aku sudah tidak sempat lagi berkeliling, pintu kamar mandi menjadi ruang yang aku buka paling pertama.
"Astaga Wonie!" Aku memekik tidak tertahan melihat darah yang mengucur deras dari kepala dan pergelangan tangan kiri Wonwoo. Ada pecahan kaca kamar mandi yang masih bertengger di genggaman tangan kanan pemuda manis itu. Kulitnya yang putih pucat semakin terlihat pasi karena kehilangan banyak darah dan terjebak dibawah guyuran shower yang entah telah berapa lama menyala.
.
.
.
.
2 minggu sebelumnya
.
.
.
.
"Wonwoo-ya, keadaan yang terjadi setiap harinya harus kau catat di sticky notes biru muda ini ya. Sudah Bibi belikan banyak sekali, kau suka warna biru kan? Abadikan setiap orang-orang yang kau temui, catat namanya, usianya, dan pada keadaan apa kalian bertemu. Mengerti Wonwoo-ya?" Aku mengeratkan rengkuhanku pada pemuda manis yang telah kuanggap anakku sendiri dalam ruangan dengan aroma medis yang pekat.Aku menerangkan dengan hati yang berat setiap detail kejadian yang menimpa Wonwoo dan putranya, termasuk kematian. Mata rubahnya memerah basah, helaan napas terputus-putus diselingin isakan yang menyesakkan, teriakannya telah reda beberapa waktu yang lalu. Ia melemas dalam pelukanku, kepalanya masih terbungkus perban putih pasca kecelakaan bulan lalu.
"Bi ... bibi, berapa lama aku tertidur? Mengapa bibi tidak membangunkan aku? Aku ingin melihat Minwoo, Bi." Aku hanya diam mengelus punggungnya yang bergetar.
Dokter Do telah menjelaskan semuanya padaku beberapa jam yang lalu sebelum Wonwoo siuman, Nyonya Kim, juga Mingyu tentang apa yang terjadi pada pemuda manis itu. Benturan yang terlalu keras pada bagian diencephalon akibat kecelakaan yang menimpanya akan membuat Wonwoo bangun dengan ingatan yang sama setiap hari. Bahkan mungkin lebih buruk karena komplikasi amnesia anterograde dan amnesia parsial. Tidak hanya terbangun dengan ingatan yang sama, tapi beberapa ingatan Wonwoo akan hilang secara perlahan. Seluruh unit saraf pada otaknya tidak mampu mentransfer informasi jangka pendek ke dalam memori jangka panjangnya. Wonwoo hanya akan mengingat kejadian sebelum kecelakaan itu terjadi, bagaimana dia memiliki Minwoo dan bagaimana dia melihat Mingyu yang menyakitinya.
Pada hari itu pertama kalinya aku melihat Nyonya Kim berteriak di depan putra tampan kesayangannya. Menunjuk tepat di depan batang hidungnya dan memerintahkan untuk enyah dari hadapannya. Hari itu juga, aku terakhir kali melihat wajah Tuan Muda Kim Mingyu.
.
.
.
.
1 minggu sebelumnya
.
.
.
.Wonwoo teratur menuliskan kejadian yang ia alami setiap hari pada sticky notes biru mudanya, termasuk kematian putranya, setelah keadaannya membaik Wonwoo pergi ke pemakaman tempat Minwoo disemayamkan, dengan satu buket bunga lily berwarna putih campur merah muda. Lalu ia akan mencatat kematian Minwoo dan ditempel di meja tempat ia membaca buku.
Ketika pagi datang, Wonwoo akan berteriak seperti orang kesetanan, menjambak rambutnya, dan melempar semua benda yang ada di dekatnya.
~~~
Hari ini menjadi titik terendahnya, Wonwoo yang mencoba bunuh diri, Tuan Muda yang pergi entah kemana, dan Nyonya Kim yang berduka hingga tak mau lagi melihat putra manis kesayangannya. Dan aku berjanji, tak akan lagi membuat Wonwoo menuliskan kematian Minwoo pada sticky notes biru mudanya.
To be continued
P.S.
Iya aku tahu ini pendek, nggak apa-apa biar penasaran. Ehehehe. Selamat membuka kotak pandora!
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Anterograde [Meanie] ✓
FanfictionDunia repetitif milik Jeon Wonwoo tidak akan pernah sama lagi sejak datangnya Kim Mingyu. Jabatan tangan hangat milik lelaki itu yang akan membuat Wonwoo mencatat lebih banyak lagi. Serta tatapan mata mengunci milik Mingyu yang nantinya membuat Wonw...