Autumn Anterograde 29: Divorce?

3K 485 49
                                    

Genggaman erat nan hangat itu mendarat pada punggung tangan Wonwoo. Pria manis yang menatap ke jendela mobil kini menoleh pelan dan tersenyum. Lelaki di sampingnya menoleh sebentar lalu kembali berkonsentrasi dengan jalanan di depannya.

"Kita mau ke mana, hyung?" Wonwoo membuka suara, memecah keheningan yang tercipta di dalam mobil.

"Makan es krim vanilla di kedai Bibi Shin, bagaimana sayang? Ide bagus 'kan?" Seungcheol tersenyum dengan hiasan lesung pipi yang manis.

"Boleh saja. Aku rasa, aku memang merindukan senyuman manis Minwoo. Maka es krim vanilla Bibi Shin adalah pilihan tepat." Tangan Seungcheol terulur mengusap pelan kepala Wonwoo.

Ia tidak ingin meninggalkan Wonwoo, tetapi impiannya untuk mewakilkan Korea di organisasi kesehatan dunia itu sangat berharga. Sebuah kesempatan emas yang sayang untuk dilewatkan. Seungcheol sempat berniat untuk mengikat Wonwoo dan membawa serta kekasih manisnya itu menetap selama dua tahun di Jenewa sesuai dengan masa pendelegasiannya di sana. Namun niat itu diurungkan, karena Seungcheol takut kekasihnya itu akan bosan atau bahkan yang lebih parah, psikis Wonwoo akan kembali terganggu karena tidak memiliki kesibukan apapun. Lagipula jika ia sibuk penelitian di laboratorium, Wonwoo tidak ada yang menjaga dan tidak bisa kemana-mana sendirian.

Sedan hitam itu berhenti di pelataran kedai Bibi Shin. Dengan gentle, Seungcheol membukakan pintu untuk Wonwoo dan melindungi kepala kekasihnya itu saat turun dari mobil. Rengkuhan tangan kekar Seungcheol melingkari pinggang ramping milik pria manis itu, dengan lembut mengarahkan jalannya untuk segera masuk ke kedai Bibi Shin. Wonwoo duduk pada salah satu kursi di sudut kedai, tempat favoritnya. Sedangkan Seungcheol pergi memesan dan menyapa perempuan paruh baya itu dengan ramah. Ia kembali ke meja pilihan Wonwoo dan duduk berhadapan dengan kekasihnya itu.

"Wonwoo-ya, kau mau berjanji padaku?" Seungcheol menautkan jari-jemari mereka di atas meja, sesekali mengusap lembut punggung tangan Wonwoo.

"Janji apa?" Wonwoo mengerjapkan matanya pelan.

"Jaga kesehatanmu. Tidak boleh sedih. Tidak boleh menangis. Harus makan yang banyak. Harus istirahat yang cukup."

"Hyung ini, apa-apaan sih? Lagipula kau akan selalu mengingatkanku 'kan? Kalau aku sedih bukankah kau selalu jadi orang pertama yang meredakan tangisku?"

"Apakah kau bangga jika Korea menjadi salah satu negara dengan kualitas kesehatan mendunia dan memiliki teknologi kedokteran yang maju?" Seungcheol malah menjawab pertanyaan Wonwoo dengan hal yang sama sekali tidak berhubungan, ia masih setia mengusap punggung tangan Wonwoo dan menatap manik mata rubah itu lekat-lekat.

"Siapa yang tidak bangga, apalagi pria kesayanganku seorang dokter." Wonwoo berucap jenaka hendak menggoda Seungcheol.

Pria tampan itu tertawa melihat Wonwoo bersikap sok genit dan menggoda dirinya, sikap Wonwoo yang seperti ini sangat jarang terjadi, membuat Seungcheol semakin bimbang antara harus menggapai mimpinya atau mendiskusikan hubungan yang lebih serius dengan Wonwoo. Raut wajah Seungcheol yang tidak seceria biasanya ternyata tak luput dari perhatian Wonwoo.

"Hyuuung ... Ada yang mengganggu pikiranmu?" Wonwoo mengeratkan tautan tangan mereka.

Seungcheol menatap lekat manik mata rubah milik Wonwoo.

"Bagaimana jika aku harus pergi dan tidak bisa menjagamu dari dekat untuk sementara waktu?"

Manik rubah Wonwoo bergerak kesana kemari mencoba menghalau rasa hangat karena air mata yang hendak menetes.

"Kemana?" Hanya satu kata yang terucap dari bibir merah muda miliknya namun getaran kesedihan terasa kental pada suara parau dan nadanya yang merajuk.

Autumn Anterograde [Meanie] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang