Mingyu merebahkan dirinya, ia telah kembali ke kamar masa kecilnya. Menerawangkan pandangannya ke langit-langit kamar, melihat lukisan langit malam yang sengaja ia pilih sebagai dekorasi kamarnya. Berbagai rasi bintang yang dilukis dengan cat glow in the dark menghidupi malam-malam gelap sewaktu dirinya masih kecil dulu. Sebenarnya lukisan di kamarnya itu adalah ide Wonwoo, saat pertama kali Mingyu menentukan cita-citanya sebagai pilot maka dengan ringannya Wonwoo berkata bahwa kakak lelakinya itu harus lebih dekat dengan langit. Sebuah ocehan anak kecil yang manis, entah apa hubungannya dengan profesi pilot, Mingyu menurut saja saat Wonwoo memberikan usulan lukisan langit malam di atap kamarnya.
Jika bertanya pada Wonwoo mengapa harus langit malam, karena kalau siang itu terang benderang, pilot akan lebih mudah terbang pada siang hari. Maka langit malam dipilih anak manis itu karena menurutnya lebih menantang terbang di malam hari. Saat penumpang sibuk tertidur, pilot harus tetap terjaga demi tercapainya tujuan. Lagi-lagi itu hanya ocehan anak kecil dan Mingyu dengan antusias menyetujui pemikiran Wonwoo. Satu hal lagi, Wonwoo ingin kakak lelakinya itu menjadi pilot yang tangguh. Lalu di sinilah Mingyu, mencoba menjadi kuat dan tangguh untuk tetap berada di samping Wonwoo.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Hyung ... Ibu memanggil kita untuk sarapan." Suara berat Wonwoo terdengar lembut, sebuah sapaan yang dirindukan Mingyu.
"Iya sebentar." Ia menyahut, namun tubuh tingginya tak kunjung beranjak dari ranjang.
Mata Mingyu memejam, ini benar-benar seperti kehidupan yang diatur ulang ke mode awal. Hubungan keluarga yang terbatas adik kakak. Baru semalam mereka kembali lagi tinggal bersama di rumah orang tua mereka, tetapi Wonwoo telah membangun sebuah benteng tinggi dan merentangkan jarak sejauh mungkin untuk hubungan mereka. Wonwoo telah menata ulang kamar masa kecil itu, menempelkan kertas catatan ingatannya dan foto-foto polaroid orang terdekatnya, termasuk foto pemakaman Minwoo yang ia ambil kemarin sore. Pagi ini ia bangun dengan sedikit terkejut karena interior kamar yang berubah, namun dengan cepat ia mengendalikan dirinya setelah membaca catatan yang telah ia susun di message board kamarnya.
"Hyung ... Mengapa tak keluar? Aku masih menunggu di depan pintu." Suara Wonwoo terdengar lagi, membuat Mingyu tersentak dan menyelesaikan kegiatan merenungnya. "Bukankah kita selalu pergi ke meja makan bersama? Tak ada satu pun di antara kita yang akan turun jika salah satu belum turun." Wonwoo mencicit kecil, namun masih dapat didengar Mingyu karena ia telah berdiri tepat di balik pintu. Air mata lolos dengan mudahnya dari manik kelam milik Mingyu, ia kembali memandang sebuah map cokelat yang tergeletak di meja belajarnya, meja yang juga tak pernah berubah sedari dulu. Haruskah ia meminta Wonwoo menandatangani surat cerai yang telah ia urus tanpa sepengetahuan orang tuanya? Jika memang harus melepas Wonwoo, ia akan melepas sepenuhnya.
"Hyuuung ..."
"Baiklah. Baiklah. Rubah kecilku cerewet sekali." Mingyu berkata setelah ia menghapus air matanya dan membuka pintu. Nada bicara yang ia buat-buat menjadi jenaka, menghasilkan kerucut bibir di wajah Wonwoo.
"Habisnya kau lama!" Wonwoo berbalik dan hendak berjalan lebih dulu, namun Mingyu mencegahnya. Menautkan jemari besarnya ke jari-jari lentik milik Wonwoo.
~~~
Seungcheol baru saja menggantungkan jas putih di loker miliknya. Mendapat jatah menjadi dokter hospitality membuatnya harus terjaga semalaman di ruang emergency. Suara berat yang ia kenali menyapanya sepagi ini.
"Pagi, dokter Choi." Kali ini giliran Kyungsoo memakai jas putih yang baru saja ia ambil di loker miliknya.
"Oh, dapat giliran jaga pagi dokter Do?" Seungcheol balik menyapa dan Kyungsoo hanya menggangguk ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Anterograde [Meanie] ✓
FanfictionDunia repetitif milik Jeon Wonwoo tidak akan pernah sama lagi sejak datangnya Kim Mingyu. Jabatan tangan hangat milik lelaki itu yang akan membuat Wonwoo mencatat lebih banyak lagi. Serta tatapan mata mengunci milik Mingyu yang nantinya membuat Wonw...