Autumn Anterograde 17: Mosaic (2)

2.9K 522 14
                                    

Seungcheol mengantarkan Wonwoo sampai lantai empat tempat ruangan Kyungsoo berada, setelahnya ia kembali ke lantai dua untuk memeriksa pasien-pasiennya. Wonwoo menunggu di ruangan Kyungsoo, interior yang membuat teduh dan terasa tenang. Wallpaper berwarna baby blue yang lembut dengan corak bunga daisy kecil-kecil yang berwarna cream. Banyak pertanyaan yang muncul di benak Wonwoo untuk diutarakan kepada dokter pribadinya itu, meski Wonwoo sedikit meragukan bahwa Kyungsoo akan mengungkapkan semuanya dengan gamblang. Pintu ruangan itu terbuka, Kyungsoo tersenyum sambil melepas stetoskop yang menggantung di lehernya.

"Bagaimana? Ada sesuatu hal yang mengganggu?" Kyungsoo melewati Wonwoo untuk segera duduk di hadapan pria manis itu, sebelumnya Kyungsoo menyempatkan untuk mengusak rambut Wonwoo, pasien pribadinya sejak tiga tahun lalu.

Wonwoo terlalu polos untuk memahami bagaimana bisa ia tetap melakukan kunjungan rutin pemeriksaan padahal ia tidak pernah sekali pun mengeluarkan uang untuk rumah sakit, catatan-catatan yang ia tulis tiba-tiba ada begitu saja, terpajang rapi di message board yang tertempel pada dinding kamarnya. Ternyata Tuan dan Nyonya Kim ada dibalik itu semua, masih memantau putra kesayangannya dari jauh, kedua orang tua itu masih tidak sanggup melihat Wonwoo dari dekat. Cinta untuk Wonwoo selalu ada meski pria manis itu tidak pernah menyadarinya.

"Dokter, aku tidak tahu harus memulainya dari mana. Mungkin ini terdengar tidak masuk akal, menanyakan seseorang padamu. Tadi pagi aku berkenalan dengan seorang tetangga baru, Kim Mingyu namanya. Ia selalu mengingatkan tentang sesuatu yang ia berikan padaku di hari sebelumnya. Mungkin aku telah bertemu dengannya beberapa kali, tapi aku tidak ingat. Karena tidak pernah ada catatan tentang dia di hari sebelumnya. Pagi ini aku merasa tidak asing dengan kehadirannya. Perasaan hangat sekaligus takut. Apa mungkin kau mengenal Kim Mingyu, dokter?" Wonwoo bertanya takut-takut kepada Kyungsoo yang menyiratkan ekspresi wajah serius mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Wonwoo.

Sebagai dokter pribadi yang menangani Wonwoo selama ini, Kyungsoo memang belum memutuskan untuk melakukan terapi penanganan komplikasi amnesia disosiatif yang dialami Wonwoo. Amnesia jangka pendeknyaㅡ anterogradeㅡmemang tidak bisa disembuhkan. Tetapi untuk amnesia disosiatif dan kenangan-kenangan yang terkubur di alam bawah sadarnya karena trauma psikis yang menyakitkan bisa saja disembuhkan. Bagian otak Wonwoo seperti membuat barrier untuk memblokade kenangan buruk masa lalunya. Secara tidak sadar ia memilih untuk tidak mengingat orang tuanya dan juga Mingyu.

"Apa kau bersedia melakukan terapi? Aku menyarankan dua jenis terapi yang harus kau lakukan. Psikoterapi dan terapi keluarga." Kyungsoo berkata hati-hati.

Mendengar saran Kyungsoo, kening Wonwoo berkerut bingung. Apa tadi ia tidak salah dengar dengan terapi keluarga? Wonwoo selalu bangun dari tidurnya dalam keadaan sendiri dan pergi tidur juga dalam keadaan sendiri. Bagaimana bisa ia mengikuti terapi keluarga yang disarankan oleh dokter pribadinya itu?

"Maaf, terapi keluarga?" Wonwoo tak tahan untuk menyuarakan rasa penasarannya.

"Iya, kau akan mengetahuinya nanti. Sekarang, tuliskan pada kertas catatanmu bahwa kau akan menemuiku setiap hari." Kyungsoo berkata lagi kali ini dengan intonasi khasnya yang lembut.

"Maaf, setiap hari?" Wonwoo bertanya sekali lagi dan Kyungsoo mengangguk. "Berarti aku akan menitipkan Minwoo kepada Bibi Shin setiap hari?" Nada bicara Wonwoo terdengar tidak yakin, sialnya Kyungsoo mengangguk dengan tegas.

~~~

Wonwoo keluar dari ruangan Kyungsoo dengan perasaan tak menentu. Semakin ia ingin mengetahui ingatannya, maka semakin takut ia dibuatnya. Ia teringat bahwa ia harus menjemput Minwoo di kedai Bibi Shin karena saat ia memutuskan untuk ikut Seungcheol ke rumah sakit, maka ia mempercayakan putranya kepada Bibi Shin. Di pintu keluar rumah sakit ia kembali berpapasan dengan Mingyu. Pria itu tersenyum, namun terkesan buru-buru. Wonwoo merasa heran mengapa bertemu Mingyu itu seperti kebetulan atau takdir yang telah direncanakan, Wonwoo ingin menyapa pria itu tetapi rasa segan lebih mendominasi, maka yang ia lakukan hanya membalas senyuman Mingyu. Wonwoo beranjak pergi ke kedai Bibi Shin, seperti yang sudah-sudah ia akan diberikan catatan untuk membeli bunga, pergi ke makam Minwoo, dan pulang dalam keadaan kacau.

~~~

Mingyu membuka pintu dengan hati-hati setelah mengetuknya pelan, tampak seorang pria berkacamata dan berambut cepak hitam pekat yang sedang menuliskan sesuatu pada kertas-kertas di mejanya. Pria itu menoleh ketika mendengar derit pintu terbuka yang menampakkan punggung seorang pria tinggi yang sedang berbalik menutup pintu kembali.

"Selamat siang, dokter Do." Mingyu menyapa ramah pria itu.

"Siang, Mingyu. Silakan duduk. Ada yang ingin kau bicarakan?" Kyungsoo tersenyum ramah kepada pria yang duduk di hadapannya sekarang.

"Apakah Wonwoo baru saja kemari?" Bertanya tanpa basa-basi adalah tipikal Mingyu sekali.

"Aku rasa sudah saatnya dia mengetahui. Aku menyarankan beberapa terapi untuknya. Salah satunya adalah terapi keluarga. Sudah saatnya orang tua kalian menemui Wonwoo lagi, Mingyu. Menjaganya dari dekat, memeluknya saat ia membutuhkan, meyakinkan bahwa ia bisa bertahan. Ia tidak harus melewati semuanya sendirian. He deserves more. Dan kau, berhentilah membangkitkan ingatannya dengan jalan seperti itu. Perkenalkan siapa kau sebenarnya dengan cara baik-baik. Karena cepat atau lambat, Wonwoo akan mengetahuinya. Aku yang akan membuatnya mengetahui semua ini." Dokter Do menasihati Mingyu dengan kata-katanya yang tegas. Seketika Mingyu terdiam.

"Bagaimana jika dia membenciku?" Sebuah kemungkinan menakutkan yang sangat dihindari oleh Kim Mingyu akhirnya keluar dalam bentuk pertanyaan dan membutuhkan jawaban sesegera mungkin.

"Satu lagi, berhentilah bersikap egois. Jika ia membencimu, maka itu risiko yang memang harus kau tanggung." Tidak ada lagi perangai lembut dokter Do sebagaimana ia bersikap pada Wonwoo tadi.

"Hyung, aku tidak mau kehilangan dia untuk kedua kalinya." Mingyu mengusap wajahnya dengan kasar, nada bicaranya telah merendah terkesan putus asa, panggilan formal kepada dokter Do juga telah menguap begitu saja.

"Jika kau tidak mau kehilangannya lagi, maka ikutilah saranku." Kyungsoo tetap teguh pada pendiriannya. Menurutnya, Wonwoo sudah cukup hidup dalam dunianya sendiri selama tiga tahun. Seburuk apapun kenangan-kenangan Wonwoo, ia harus mengetahuinya. Ia harus tahu bahwa pernah dan selalu ada orang tua yang menyayanginya. Memiliki suami sekaligus kakak lelaki yang sekarang begitu mencintainya, meskipun banyak kelindan rumit yang menyertai perjalanan cinta mereka. Perihal memaafkan itu menjadi masalah belakangan, namun Kyungsoo tahu cinta Wonwoo untuk Mingyu berbeda dengan kekaguman Wonwoo untuk Seungcheol. Terbukti dengan seberapa senang ketika ia mengetahui bahwa sakit kepala itu disebabkan oleh kenangan-kenangan hilang yang ingin muncul kembali.

"Aku akan memperkenalkan diriku, hyung. Secepatnya. Aku tetap akan mencoba membuat momen-momen yang hanya aku dan dia yang tahu. Tolong bantu aku untuk menebus semua kesalahanku padanya, hyung." Mingyu beranjak dari duduknya, Kyungsoo mengantarkan Mingyu hingga ke pintu ruangannya. Tangannya menepuk-nepuk punggung Mingyu dengan lembut.

"Menebus kesalahanmu bukan berarti membiarkan dia bahagia dengan orang lain, tetapi mencoba memberikan dia kebahagiaan berlimpah dari dirimu sendiri. Mingyu, kadang orang yang paling menyakiti adalah orang yang membawa kesembuhan. Dan aku yakin kau mampu membawa itu untuk Wonwoo." Kyungsoo berkata dengan tenang dan Mingyu menatapnya dengan penuh harapan.

"Semoga, hyung. Aku harap bukan hal menyakitkan yang aku bawa untuknya lagi. Aku permisi, hyung."

To be continued

P.S.

Seri Mosaic ini akan berlanjut dengan banyak part. Kepingan kenangan dalam ingatan Wonwoo sedikit demi sedikit akan kembali.

Selamat membuka kotak pandora!

Autumn Anterograde [Meanie] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang