Hasil CT scan kepala Wonwoo telah keluar beberapa menit yang lalu. Kini ia sedang duduk di ruangan dokter Do untuk menunggu penjelasan dokter mungil itu. Derit pintu terdengar, dokter Do masuk disertai perawat Lim yang membawa hasil CT scan dalam map berwarna biru. Tak seperti biasanya kali ini Wonwoo merasa gugup ketika dokter Do tersenyum saat memperlihatkan hasil CT scan yang dipegangnya itu.
"Apa kabar Wonwoo-ya? Bagaimana kabar Minwoo?" Dokter Do tersenyum sangat hangat ketika menyapa Wonwoo.
"Minwoo baik-baik saja dokter. Kalau aku ... Eum ... Entahlah." Pria manis dengan rambut hitam pekat itu selalu antusias jika ada yang menanyakan putranya.
Ia akan menceritakan dengan semangat kalau Minwoo baru saja masuk sekolah Taman Kanak-Kanak. Minwoo anak yang pintar. Minwoo tidak pernah menangis. Minwoo suka es krim vanilla. Semua memori tentang Minwoo sampai yang rinci sekali pun lekat dalam ingatan Wonwoo yang terbatas. Hanya ada ruang untuk Minwoo di kepalanya, serta beberapa potongan acak yang kerap membuatnya sakit kepala. Sebuah ingatan-ingatan yang terputus seakan mencari sebuah benang merah, ingatan tentang Wonie, tentang teh chamomile, tentang daun maple, tentang es krim choco-avocado, tentang Eddy si rubah kecil, tentang rengkuhan hangat, tentang pengkhianatan, tentang rasa sakit, tentang kehilangan, tentang kesendirian, tentang ditinggalkan, semua membuat Wonwoo kerap merasa sesak.
"Wonwoo-ya, apa akhir-akhir ini ada sesuatu yang kau ingat? Atau sesuatu yang mengganggumu?" Dokter Do kembali menanyakan sesuatu setelah memperhatikan dengan saksama hasil CT scan di tangannya.
"Eum ... Apa ya dok? Ah iya, aku sering tiba-tiba sakit kepala. Tapi aku tidak tahu kenapa." Wonwoo menjawab sambil memegang kepalanya, berusaha keras untuk mengingat apa yang membuatnya seperti itu.
"Seperti apa rasa sakitnya?" Dokter Do menaikkan kacamatanya yang turun di hidung putihnya yang bangir.
"Seperti dihantam sesuatu, berdentum-dentum, seperti ada sesuatu yang memaksa masuk. Sekelebat kejadian yang sepertinya aku pernah mengalaminya, tetapi aku tidak ingat." Wonwoo mencoba menjelaskan agar Kyungsooㅡdokter Doㅡdapat sedikit mengertinya. Dokter Do menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti penjelasan Wonwoo.
"Apa kau merasakannya sudah lama?" Dokter Do kembali bertanya.
"Entahlah dokter, aku tidak tahu." Wonwoo mengedikkan bahunya sambil menunduk lesu.
"Wonwoo-ya, bagaimana jika kau mulai bisa mengingat sesuatu yang sempat hilang?" Kyungsoo bertanya hati-hati kepada pria manis di depannya yang telah ia anggap adik sendiri.
"Sungguhan dokter?" Wonwoo memekik tak percaya sambil tersenyum, ia paham dengan amnesia jangka pendeknya yang membuat ia bangun dengan ingatan yang selalu sama.
Tetapi untuk amnesia disosiatif yang dideritanya, itu terjadi di alam bawah sadar karena trauma psikis yang berat sehingga otaknya berusaha melupakan semua yang membuatnya merasakan sakit. Kini semuanya kembali, ingatan-ingatan itu perlahan akan memenuhi kepalanya lagi. Wonwoo tidak pernah tahu apa akibat yang akan terjadi jika semua ingatannya kembali. Ia tersenyum begitu lebar hingga Kyungsoo yang melihatnya menampakkan wajah prihatin.
"Aku akan mengingatnya lagi dokter?" Kini wajah Wonwoo benar-benar terlihat senang.
"Pelan-pelan saja Wonwoo-ya, jangan terlalu dipaksakan. Oh ya, apa akhir-akhir ini ada sesuatu hal yang menurutmu terasa tidak asing?" Kyungsoo bertanya lagi, memastikan bahwa Mingyu telah benar-benar berusaha untuk masuk ke kehidupan Wonwoo lagi.
"Hmm, sepertinya ada. Ah iya, tetangga baru!" Wonwoo menjentikkan jari di hadapan wajahnya. Kyungsoo mengernyit heran. "Di sebelah unit apartemenku ada tetangga baru, namanya Kim Mingyu. Tadi aku kemari bersamanya. Ia meninggalkan catatan-catatan di apartemenku, dokter. Ia mencatat tentang apa saja yang telah kami lakukan saat bersama. Ia memberikanku buah tangan, sekantung teh chamomile. Namun ia berkata aku langsung sakit kepala karena itu. Entahlah." Baru kali ini Kyungsoo mendengar Wonwoo bercerita sangat banyak. Kyungsoo tersenyum bimbang, akankah ingatan yang kembali itu akan membawa dampak baik bagi Wonwoo atau justru sebaliknya. Sepertinya Kyungsoo harus bertemu lagi dengan Mingyu secepatnya.
~~~
Mingyu masih berada di lantai dua, tempat di mana ruangan Seungcheol berada. Ia harus memastikan ada hubungan apa Seungcheol dengan Wonwoo. Derap langkah santai terdengar oleh telinga Mingyu, terlihat Seungcheol baru saja keluar dari ruangannya menuju lift, Mingyu refleks melihat jam yang melingkar gagah di pergelangan tangan kirinya. Jam makan siang. Mingyu segera menyusul dokter muda itu untuk masuk ke dalam lift yang sama, karena Mingyu yakin dokter Choi ini akan menemui Wonwoo-nya. Bunyi denting pintu lift terdengar, kedua pria itu segera masuk ke dalam kubikel kecil bersama.
"Kau mengikutiku?" Seungcheol berbicara dan tertawa remeh melihat ekspresi Mingyu yang seperti maling tertangkap basah.
"Ada hubungan apa kau dengan Wonwoo?" Mingyu segera menetralkan kegugupannya dan balik bertanya kepada dokter muda itu.
"Time is healing for him. Waktu telah menyembuhkannya secara perlahan Kim Mingyu-ssi, dan biarkan waktu menyelesaikannya. Ingatan lama yang kau bawa jangan sampai menghancurkannya kembali. Aku tahu masa lalu Wonwoo, aku tahu bagaimana kau meninggalkannya. Biarkan ia lupa, maka ia akan baik-baik saja. Dan kau bebas pergi lagi, tidak perlu merasa bersalah." Seungcheol berkata dengan sangat ringan, sedangkan Mingyu merasa beban berat tiba-tiba menghantam dadanya. Sesak.
Pintu lift terbuka menampakkan lobby rumah sakit yang tampak lengang, hanya ada pria manis yang tampak sedang menunggu seseorang di salah satu kursi tunggu. Langkah Seungcheol yang cepat membuatnya menoleh.
"Seungcheol-hyung! Sudah selesai menangani pasien?" Dokter muda itu mengangguk sambil mengusap kepala Wonwoo dengan lembut. "Ayo kita makan siang." Wonwoo hendak menggenggam pergelangan tangan Seungcheol namun atensinya teralihkan dengan pria tinggi yang berdiri beberapa langkah di belakang Seungcheol.
"Eoh, Mingyu-ssi. Bagaimana, kau sudah bertemu kerabatmu?" Mingyu mengangguk, melihat Wonwoo yang lebih ceria dan banyak bicara di dekat Seungcheol. Mingyu merasa menemukan kembali sifat dongsaeng kesayangannya seperti dulu.
"Kau akan pulang lebih dulu? Atau kau mau makan siang bersama? Sebaiknya kita makan siang bersama." Wonwoo bertanya dan segera menggamit lengan Mingyu dengan sebelah tangannya yang bebas. Mingyu terkejut dengan pergerakan Wonwoo yang begitu cepat dan pandangan Seungcheol yang terlihat kaget.
~~~
Mereka bertiga duduk di salah satu meja kantin rumah sakit. Wonwoo mengeluarkan semua bekal yang telah ia buat pagi tadi dari tas tangannya yang berwarna biru. Beberapa kotak bekal berwarna biru dengan motif lumba-lumba. Mingyu ingat, sangat ingat bahwa itu adalah seperangkat kotak bekal yang pernah ia belikan untuk Wonwoo. Pria manis bermata rubah itu membuka kotak-kotak bekal di hadapannya. Potongan buah melon di kotak yang berukuran sedang. Beberapa potong sandwich isi tuna di salah satu kotak yang besar dan kimbap di kotak besar lainnya.
"Ini apa?" Mingyu bertanya, tangannya menunjuk kotak berisi potongan sandwich di depannya.
"Sandwich isi tuna, Mingyu-ssi. Aku membuatnya tadi pagi, silakan mencicipi. Hyung, kau juga harus makan." Wonwoo menjawab pertanyaan Mingyu sedangkan tangannya mengambilkan makanan untuk Seungcheol.
"Oh, putraku sangat menyukai sandwich isi tuna, begitu pun aku. Ia selalu membawanya ke sekolah, istriku sangat pandai membuat sandwich isi tuna yang enak." Mingyu berucap lirih.
Lalu setelahnya hanya ada suara denting sumpit yang terjatuh ke lantai marmer kantin rumah sakit dan Wonwoo yang melemas sambil memegangi kepala yang kembali terserang rasa sakit.
To be continued
P.S
Hopefully this story doesn't disappoint you all.
Selamat membuka kotak pandora!
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Anterograde [Meanie] ✓
FanfictionDunia repetitif milik Jeon Wonwoo tidak akan pernah sama lagi sejak datangnya Kim Mingyu. Jabatan tangan hangat milik lelaki itu yang akan membuat Wonwoo mencatat lebih banyak lagi. Serta tatapan mata mengunci milik Mingyu yang nantinya membuat Wonw...