15 November, 2013
"Mingyu, aku telah memutuskan sesuatu. Aku tahu semua yang kita lakukan saat ini adalah suatu kesalahan. Aku ingin kita memperbaikinya." Minkyung mengusap punggung tangan Mingyu yang bertumpu di atas meja kaca restoran favorit mereka.
"Minkyung-ah, apa maksudmu?" Posisi duduk Mingyu menegap sejurus dengan arah pembicaraan yang semakin serius.
"Aku menyadari, bahwa tidak seharusnya aku menyakiti Wonwoo yang telah begitu tulus mencintaimu. Kau tahu, sebelum aku berangkat untuk menyelesaikan tugas kali ini, Wonwoo mengajakku bertemu. Ia tahu semuanya Mingyu. Se-mu-a-nya. Tentang hubungan kita yang kembali." Mingyu terpaku, masih mencerna setiap kata yang dilontarkan wanita di hadapannya.
Minkyung melanjutkan kata-kata yang sempat terputus, "Ia tidak pernah memperlakukanku dengan buruk. Bahkan ia masih membatasi diri, menganggap kau masih hyung-nya yang dulu, bukan seorang suami. Dia dengan tulusnya berkata bahwa tak mempermasalahkan hubungan kita, hanya saja ia ingin aku memastikan kau tidak lupa untuk mencurahkan kasih sayang kepada Minwoo. Ia tidak ingin anaknya tumbuh tanpa sosok seorang ayah penuh waktu. Hanya sesederhana itu permintaannya. Tidakkah kau merasa bersalah Mingyu-ya?" Mingyu terdiam menghela napas dan mengusak wajahnya kasar, ia telah lupa dengan Wonwoo dan Minwoo.
"Lagi pula, Junhui mengajakku segera menikah dan pindah ke China." Minkyung meneruskan dengan jeda. Ekspresi wajah Mingyu bercampur aduk, ada bingung, marah, sedih, menyesal semua menjadi satu. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras.
"Kau, sebatas ini saja perjuanganmu? Aku masih bisa mengusahakan, aku tetap mencintaimu, Wonwoo hanya adikku." Lirihan Mingyu terdengar memohon.
"Kau mencintainya, Mingyu. Aku bisa melihat itu. Kau hanya ... Entahlah masih tidak bisa menerima hubungan kalian yang menurutmu sedikit aneh. Tidak ada yang berbeda, Mingyu. Apalagi Wonwoo telah memberikanmu seorang anak yang lucu seperti Minwoo, sesuatu yang tidak akan pernah bisa aku berikan." Minkyung menunduk sedih, genggaman tangannya meremat kencang punggung tangan Mingyu.
"Kau ... Apa?!" Kepala Mingyu rasanya ingin pecah mendengar penjelasan bertubi-tubi dari Minkyung, perihal pernikahan lah, tidak bisa memiliki anak lah, dan permintaan untuk kembali kepada Wonwoo.
Keduanya masih diam dengan tangan yang saling menggenggam. Dua anak manusia yang pernah begitu saling mencintai, sekarang bahkan tak mengerti lagi apa arti genggaman tangan mereka. Hanya penyaluran afeksi yang entah kapan sudah bukan romansa. Mingyu mendekatkan wajahnya mengecup pelan bibir Minkyung yang pernah menjadi candunya, sekali lagi mungkin untuk yang terakhir. Ia sadar bahwa semua salah dan Minkyung telah menyadarkannya. Semua hanya perasaan ingin saling menyeimbangkan, Minkyung telah menerima banyak cinta dari Junhui bahkan ketika tahu bahwa kehidupan pernikahan mereka kelak tak akan pernah diramaikan oleh suara tawa dan tangis seorang anak. Dan Mingyu, seharusnya ingat bahwa ia pernah menjadi orang paling bahagia karena memiliki Wonwoo dan Minwoo, dua orang berharga yang menjadi wujud kesempurnaan seorang Kim Mingyu.
~~~"Wonwoo-ya ...!"
"Eomma ...!"
Ckkiiit ...
Braaak ...
Orang-orang di dalam restoran seketika menjadi gaduh, ada yang menutup mulut dengan tangannya karena rasa terkejut yang tak dapat dibendung, ada juga yang refleks berteriak hingga mengalihkan sebagian atensi orang-orang karena menjadi saksi detik-detik kecelakaan itu terjadi. Pun Mingyu dan Minkyung yang sedang ada di dalam restoran sontak menoleh ketika samar-samar mendengar nama satu orang yang tidak asing bagi mereka diteriakkan dengan begitu kencang. Posisi duduk yang terletak di dekat jendela restoran membuat Mingyu dan Minkyung dapat dengan mudah melihat ke arah luar jalan raya di depannya. Mingyu membeku, Minkyung menutup mulutnya dengan air mata yang berurai sesaat ketika mereka mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Siluet bibi Shin yang familiar dikenali oleh Mingyu terlihat sedang berlari ke arah tiga orang yang bergeletakan di jalan dengan darah yang mengalir deras dari kepala.
Mingyu berlari ke luar restoran diikuti oleh Minkyung. Seketika ia bingung melihat Wonwoo yang terpental jauh akibat dorongan paman Shin dan Minwoo yang sudah tak bernyawa lagi dalam pelukan lelaki paruh baya itu. Mingyu akhirnya memutuskan untuk menggendong putra kecilnya, tiga mobil ambulans tak lama berdatangan. Minkyung bersama dengan Wonwoo, Mingyu dengan Minwoo, dan bibi Shin yang setia di samping suaminya. Paman Shin dan Minwoo segera masuk ke ruang perawatan jenazah, sedangkan Wonwoo segera ditangani di dalam emergency room. Tatapan bibi Shin menyendu ketika menyadari bahwa ada Mingyu dan Minkyung.
"Mingyu-ya ..."
Mingyu menoleh menatap wanita paruh baya itu dengan tatapan sesal. "Ya bibi?"
"Aku tahu tentang rumah tangga kalian, Wonie sering menceritakannya padaku. Aku telah melihatnya dari jauh, ketika ia hendak menyeberang sambil menggenggam tangan Minwoo, tatapannya menuju restoran sebelah kedaiku. Benar bukan? Saat itu kau di sana?" Bibi Shin berbicara tanpa menatap Mingyu, pandangannya kosong ke depan yang kadangkala diselingi oleh pejaman yang terasa berat.
Mingyu mengangguk perlahan, menunduk lesu dengan tetesan air mata yang membasahi ujung sepatunya. "Semuanya salahku, Bi." Mingyu berucap pelan dengan suara serak yang bergetar. Keterdiaman mereka bertiga teralihkan oleh suara langkah yang terkesan terburu-buru. Terlihat Tuan dan Nyonya Kim tergopoh-gopoh menghampiri mereka. Sebuah tamparan keras dari tangan Nyonya Kim menghampiri pipi kiri Mingyu.
"Eomma ..." Mingyu berucap lirih, menerima apa pun yang dilakukan oleh ibunya.
"Nyonya ... Tampar saja aku, jangan Mingyu." Minkyung akhirnya membuka suara.
"Diam kau! Kau tidak memiliki hak untuk bicara denganku." Tatapan tajam bergantian menghampiri Mingyu dan Minkyung yang berada di hadapannya.
"Eomma ..." Mingyu berucap kedua kalinya.
"Di mana cucuku? Di mana putraku?" Nyonya Kim mengguncang bahu tegap Mingyu yang kini melemas lesu.
"Eomma ..." Air mata Mingyu mengalir sangat deras di hadapan ibunya.
Terbukanya pintu emergency room, mengalihkan atensi Nyonya Kim.
"Keluarga pasien Jeon Wonwoo?" Seorang dokter ber-name tag Do Kyungsoo keluar dan menghampiri keluarga yang refleks mengangguk ketika nama Wonwoo digaungkan.
"Bagaimana keadaan putra saya, dokter?" Tuan Kim yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara.
"Adakah yang bergolongan darah A di antara keluarganya?" Sang dokter bertanya, semua yang ada di situ menggeleng. Wonwoo adalah anak angkat keluarga Kim, tidak ada di antara mereka yang memiliki golongan darah yang sama dengan Wonwoo. "Dia kehilangan banyak darah karena trauma berat pada kepalanya." Dokter Do menjelaskan lagi. Minkyung mengangkat tangannya perlahan, menjawab lirih bahwa ia memiliki golongan darah yang sama dengan lelaki manis yang sedang meregang nyawa di dalam emergency room.
Setelah mempersilakan Minkyung mengikuti arahan dari dokter Do, Minkyung kemudian pergi bersama salah satu perawat. Atensi dokter Do kembali beralih pada keluarga Kim. "Maafkan kami Nyonya, Tuan. Kita hanya perlu berdoa dan menunggu keajaiban dari Tuhan. Jeon Wonwoo mengalami benturan dan luka yang berat pada bagian kepalanya, kami belum selesai memeriksa kemungkinan akibat apa saja yang akan terjadi karenanya. Tapi satu hal yang bisa saya pastikan, ia akan mengalami koma dalam jangka waktu yang lama. Dan satu lagi, jenazah seorang anak kecil dan pria paruh baya dalam kecelakaan itu telah selesai dibersihkan, pihak keluarga boleh melihat dan mengurus pemakamannya sesegera mungkin." Dokter Do menyudahi penjelasan singkatnya untuk kembali menangani Wonwoo, sebelum ia pergi, ia menyempatkan diri menepuk bahu Mingyu yang terduduk lemas di kursi tunggu rumah sakit.
"Kau puas, Kim Mingyu?" Suara bariton serak milik sang ayah kembali mengudara, menambah sesak dada Mingyu kala itu.
To be continued
P.S.
Minkyung nya baik 'kan? Ehehehe. Aku nya juga baik 'kan update cepet? Ehehehe (lagi).
Selamat membuka kotak pandora!
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Anterograde [Meanie] ✓
FanfictionDunia repetitif milik Jeon Wonwoo tidak akan pernah sama lagi sejak datangnya Kim Mingyu. Jabatan tangan hangat milik lelaki itu yang akan membuat Wonwoo mencatat lebih banyak lagi. Serta tatapan mata mengunci milik Mingyu yang nantinya membuat Wonw...