Seorang perempuan paruh baya yang terlihat berwibawa dengan tas tangan yang tidak terlalu mahal namun tetap elegan karena dipakai olehnya, memasuki kedai dengan wajah teduh dan perangai anggun. Mencari posisi nyaman di sudut ruangan dengan pemandangan langsung ke jalan. Sesekali membenahi lilitan scarf pada leher putihnya yang mulai dihiasi guratan halus. Helaan napasnya terlihat lelah dan tidak sabar, beberapa kali melirik jam ーyang lagi-lagi harganya tidak terlalu mahalー di tangan kirinya.
Triingg...
Lonceng kedai kembali berbunyi tepat pada pukul sepuluh pagi. Seorang pemuda manis dengan sweater oversize berwarna coklat pastel dengan denim biru mudanya terlihat memasuki kedai dengan wajah ceria. Perempuan paruh baya di sudut ruangan kedai ini menatapnya tanpa berkedip ketika melihat seorang lelaki lain yang berperawakan lebih tinggi dengan kulit kecoklatan mengekor di belakang pemuda manis itu dengan setia.
Pemuda manis itu berdiri di depan etalase kaca tempat berbagai rasa es krim disajikan terlihat begitu sibuk membongkar tas selempang hitamnya, mencari selembar foto polaroid demi melancarkan komunikasinya dengan sang lawan bicara yang dengan sabar menunggu di seberang etalase kaca.
"Ah ketemu! Bibi Shin, 1 cup es krim vanilla ukuran kiddos. Ini untuk anakku, dia bilang rasa es krim di sini sangat enak. Aku sih tidak begitu mengingatnya." Seseorang yang dipanggil Bibi Shin hanya mengangguk, padahal di tangannya telah siap sedia pesanan si pemuda.
"Apa kabar Minwoo hari ini Wonwoo-ya?" tanya Bibi Shin sedikit berbasa-basi.
"Ehm, sewaktu aku bangun tidur sepertinya Minwoo sudah berangkat ke sekolahnya, Bi. Kalau dia sekolah sudah tentu dia baik-baik saja." Wonwoo menjawab dengan senyum terkembang membuat lelaki yang mengekor di belakangnya tersenyum getir.
Tak jauh dari pemandangan di etalase kaca, Mingyu bertemu tatap dengan wanita paruh baya berperangai anggun yang sedari tadi terduduk di sudut ruangan kedai. Wanita itu menatap Mingyu penuh harap, yang ditatap hanya mengangguk menandakan semua akan baik-baik saja. Bibi Shin yang berdiri tepat di hadapan Wonwoo pada akhirnya mengikuti arah pandang Mingyu dan refleks membelalakkan matanya.
"Kau tidak memesan es krim cokelat alpukat, Mingyu-ya?" Wonwoo menarik lengan kemeja navy blue milik Mingyu yang digulung sampai siku.
Mingyu lalu memutus pandangan dengan wanita paruh baya dan langsung memusatkan atensinya pada Wonwoo. "Ah iya, Bibi 1 cup es krim cokelat alpukat dengan choco chips. Kau tidak memesan apapun Wonwoo-ya?" tanya Mingyu sambil mengusap lembut kepala Wonwoo diluar kesadarannya.
Wonwoo tertegun dan cepat-cepat menjawab dengan gugup. "Daya tahan tubuhku sungguh buruk, Mingyu. Selain lambungku yang tidak berkompromi dengan kopi, hidungku juga tidak bisa berdamai dengan sesuatu yang dingin." Wonwoo menjawab sambil memperpanjang jaraknya pada Mingyu dengan mengambil satu langkah mundur. Mingyu yang tersadar akan perbuatan Wonwoo dengan tergesa mengangkat tangannya dari puncak kepala Wonwoo.
"You're so stupid, Kim!" rutuknya dalam hati. Mingyu benar-benar bertindak diluar kehendak, otaknya mendadak tak bisa memproses setiap impuls jika Wonwoo berada di dekatnya. Sistem kerja neuron pada tubuhnya melambat akibat adiksi yang ditimbulkan oleh pemuda manis bermata rubah itu. Mingyu ingin kembali, mengulang masa ketika ia bisa dengan bebas menyentuh setiap inchi tubuh Wonwoo serta menyalurkan jutaan afeksi pada cinta pertamanya. Bagi Mingyu, Wonwoo adalah entitas nyata sebuah kotak pandora, sebuah kelemahan, rasa sakit, peristiwa kehilangan, dan segala keburukan lain pernah menghampiri pemuda manis itu, namun ada satu hal yang tak pernah mati dalam diri Wonwoo menurut Mingyu, yaitu harapan.
~~~
Bibi Shin berjalan perlahan ke sudut ruangan kedainya, menghampiri wanita paruh baya nan anggun yang sejak tadi menunggu dengan sabar. Tangannya meremat apron bermotif bunga peony kecil-kecil yang melekat pas di tubuhnya. Tatap teduh keibuan wanita paruh baya di depannya sedikit banyak meredakan deru tak beraturan dari jantungnya.
"Bibi Shin, kabarmu baik?" Suaranya terdengar lembut mengalun ciri khas seorang Ibu.
"Aku baik Nyonya, menjadi lebih baik saat melihat mereka bertemu lagi. Saat Tuan Muda akhirnya kembali dari pelarian rasa bersalahnya." Jelas Bibi Shin dengan suara parau yang menahan tangis.
"Apa dia selalu datang ke sini setiap hari sejak saat itu? Aku menyesal membiarkannya sendirian. Tampaknya aku bukan ibu yang baik, aku malah tenggelam dalam kesedihanku sendiri. Aku tidak mencoba mengembalikan ingatan-ingatannya dan Mingyu, dia malah membawa lari perasaan bersalahnya." Sang wanita paruh baya terus saja meracau sambil meremas saputangan sutra merah mudanya.
"Nyonya Kim, berhentilah merasa bersalah. Banyak yang menjaga Wonwoo dari jauh Nyonya, putramu mendapat banyak cinta, jangan khawatir. Dan hyung-nya, mampu menekan rasa bersalahnya dan rela kembali karena ia teramat mencintai Wonwoo. Mingyu mencintai Wonwoo." Tangis sudah tidak dapat dibendung dari mata bening seorang Bibi Shin.
"Aku juga teramat mencintainya. Aku mencintai kedua putraku."
To be continued
P.S.
Sudah terjawabkah rasa penasarannya? Sudah tau kan hubungan Mingyu dan Wonwoo? Hahahaha. Selamat membuka kotak pandora!
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Anterograde [Meanie] ✓
FanfictionDunia repetitif milik Jeon Wonwoo tidak akan pernah sama lagi sejak datangnya Kim Mingyu. Jabatan tangan hangat milik lelaki itu yang akan membuat Wonwoo mencatat lebih banyak lagi. Serta tatapan mata mengunci milik Mingyu yang nantinya membuat Wonw...