Matanya membuka perlahan, membias aroma pinus yang terkesan steril kini tergantikan oleh segarnya pengharum ruangan beraroma baby powder yang lembut. Atap tinggi berwarna putih dengan lampu neon yang terlampau terang kini berubah dengan langit-langit yang sedikit rendah dengan cahaya kuning keemasan. Sempitnya ranjang rumah sakit bertranformasi menjadi ranjang kamarnya yang luas dan hangat dengan beberapa boneka yang tersusun rapi. Ketika kesadarannya telah pulih, Wonwoo ingat ini kamarnya. Meski tidak sama persis dengan hari kemarin, karena ada beberapa kertas catatan oranye yang tersusun rapi kontras dengan miliknya yang berwarna biru teduh.
Keramik putih khas rumah sakit telah melebur menjadi karpet bulu lembut yang menghangatkan kaki telanjangnya. Ia melangkah membuka tirai gorden kamarnya dan membuka jendela. Membiarkan angin musim gugur masuk membuat kertas catatannya melambai-lambai memberikan efek aplaus pada heningnya pagi Wonwoo selepas kembali dari rumah sakit. Setelah membasuh wajahnya dan membaca catatan-catatannya, ada satu kertas berwarna oranye yang sepertinya baru saja ditempel karena posisinya yang tidak tersusun rapi dan terkesan buru-buru.
~~~
Aku mencintaimu.
Kemarin, hari ini, dan besok.-Mingyu-
~~~
Kepalanya berdenyut dan hatinya serasa dicubit. Barangkali esok nanti atau kapan pun jika bertemu dengan Mingyu, ia akan meminta agar lelaki itu berhenti memberikan cinta untuknya. Karena tiba-tiba perhatiannya teralihkan dengan rangkaian catatan tentang Seungcheol yang datang dan membawa rasa bahagia. Wonwoo memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan membuat sarapan sebelum ia pergi mandi dan bersiap menjemput Minwoo ke sekolahnya. Iya, ingatan Wonwoo tentang Minwoo tetap ada.
Langkahnya terhenti dan menegang penuh keterkejutan ketika melihat sesosok siluet di dapur apartemennya yang sedang menyusun roti panggang dan diisi dengan lettuce segar, tomat cherry yang telah diiris dan potongan fillet tuna yang telah dibumbui. Setelah selesai membuat sandwich isi tuna, lelaki itu kembali sibuk menyeduh teh chamomile. Wonwoo menajamkan penglihatannya untuk meyakinkan siapa yang sibuk sepagi ini di dapurnya.
"Kau sudah bangun? Aku sudah membuatkan sarapan untukmu." Lelaki itu berkata lembut sambil tersenyum manis.
Wonwoo mengangguk, mencoba mengumpulkan ingatannya hingga akhirnya ia balas tersenyum dan membawa langkah ringannya mendekati lelaki itu.
"Sepagi ini mengapa kau di sini, hyung?" Wonwoo bertanya ketika ia telah mengambil posisi di samping lelaki itu.
"Aku menginap jika kau lupa." Lelaki itu kembali menyunggingkan senyumannya sambil membelai kepala Wonwoo dan turun ke pipi putih tirus pria manis itu.
Dalam sekejap mata belaian tangan lelaki itu turun menggapai dagu Wonwoo dan membawanya mendekat untuk tenggelam dalam manik mata kelamnya yang tulus. Wonwoo tersenyum, mata rubahnya berkaca entah karena perasaan apa, yang ia tahu kini bibirnya telah dikecup dengan lembut hingga ia refleks memejamkan mata dan memeluk punggung lelaki di hadapannya. Telapak tangan lebar milik lelaki itu bertumpu manis menutup pipi dan rahang Wonwoo, mereka tenggelam dalam hangatnya sebuah ciuman pagi hari yang menenangkan. Sebuah sapuan pelan menyapa bibir bawah merah muda milik Wonwoo, seketika mulut mungil pria manis itu terbuka membiarkan kehangatan menyelimutinya lebih dalam. Tangan Wonwoo berpindah ke bahu kekar milik lelaki itu dengan pinggang Wonwoo yang telah dipeluk erat untuk lebih mendekat. Perlahan kakinya tak lagi menjejak lantai marmer dapur apartemennya, tubuh ringannya telah duduk di atas meja makan di dapur apartemennya. Kakinya dengan leluasa melingkari pinggang lelaki di hadapannya, sebuah tuntutan lebih yang tersirat. Namun, lelaki di hadapannya segera melepas kehangatan di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Anterograde [Meanie] ✓
FanfictionDunia repetitif milik Jeon Wonwoo tidak akan pernah sama lagi sejak datangnya Kim Mingyu. Jabatan tangan hangat milik lelaki itu yang akan membuat Wonwoo mencatat lebih banyak lagi. Serta tatapan mata mengunci milik Mingyu yang nantinya membuat Wonw...