Autumn Anterograde 10: Good Memory

3.3K 602 34
                                    

Asap yang mengepul dari teapot bening di atas meja makan menjadi saksi percakapan dingin yang terjadi menjelang sore hari. "Sejak kapan kau kembali? Sudah puas berlari?" Denting cangkir yang beradu dengan sendok aluminium memecah keheningan yang sejak tadi merambati meja makan keluarga Kim. Suara tegas namun lembut milik sang ibu membelai telinga Mingyu sore ini. Sedangkan Tuan Kim selaku kepala keluarga masih setia membungkam mulutnya, menelanjangi Mingyu lewat tatapannya.

"Aku ingin menebusnya, Bu ... Sudah hampir dua bulan. Aku tinggal di unit apartemen sebelah Wonwoo." Kata-kata nyatanya hanya menggantung, tercekat dalam kerongkongannya yang kering dengan sesak yang mencekik dadanya. Dipikir-pikir, apa lagi yang harus ditebus. Tak ada. Semua selesai. Wonwoo telah kehilangan segalanya.

Darah memang lebih kental dari air, benang merah ayah dan anak memang tak bisa diputus begitu saja. Seperti Mingyu dengan Minwoo, selayaknya Tuan Kim dengan Mingyu. Seakan tahu apa yang ada di pikiran Mingyu, Tuan Kim akhirnya angkat suara. "Memangnya apa yang kau harap bisa ditebus? Apa yang tersisa yang dimiliki Wonwoo? Bahkan mengingatmu saja ia tidak." Menurut Mingyu, sang ayah lebih baik tidak berkomentar. Karena kata-kata orang yang jarang berbicara justru seringkali lebih menohok ulu hati.

Mingyu menunduk. Ayahnya benar. Pemikirannya juga benar. Apa yang harus ditebus? Tidak ada hutang di antara mereka. Hanya Mingyu yang dihantui rasa bersalah, Wonwoo? Tuan Kim benar untuk kedua kalinya, bahkan mengingat saja Wonwoo tidak. Bukan Mingyu namanya jika ia menyerah begitu saja. "Baiklah aku tidak akan menebus apapun Yah, Bu. Jika ia memang tidak mengingatku, maka akan kubuat kenangan baru. Semuanya akan kuulang dari awal." Mingyu berkata mantap diiringi helaan napas dari sang Ayah dan Ibu yang tiba-tiba mengangkat wajahnya.

~~~

Wonwoo beranjak dari single sofa yang ada di ruang baca kecilnya, ketika mendengar bel apartemennya berbunyi. Mingyu sangat hafal jika dongsaeng-nya, ah istrinya sangat menyukai buku. Maka beberapa tahun silam ketika hubungan mereka berjalan baik selayak pasangan pada umumnya, sebuah sudut pada ruang tamu di apartemennya dibuat sekat dengan rak-rak buku minimalis, ditambahkan karpet lembut berwarna biru langit dan sebuah single sofa biru navy.

Perlahan pemuda manis itu menekan tombol intercom, matanya memicing melihat seseorang yang tergambar di layar. Sedikit ragu ia membuka pintu dan terlihat sosok Mingyu sedang menggosok-gosokkan telapak tangannya yang sedikit memucat. Angin musim gugur memang selalu membuat kedinginan.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" Wonwoo berkata pelan dan sedikit was-was. Pasalnya, ia tak pernah sekali pun menerima tamu di apartemennya.

"Wonwoo. Jeon Wonwoo. Boleh aku masuk? Di luar dingin sekali." Mingyu tersenyum canggung sambil mengusap tengkuknya.

"Maaf, apa aku mengenalmu?" Satu langkah mundur diambil Wonwoo, masih tidak yakin dengan orang di hadapannya, tetapi rasanya tak sopan jika langsung menutup pintu begitu saja.

"Kau mengenalku, aku akan menjelaskannya ..." Mingyu berkata lagi, firasat Wonwoo seakan mengalahkan ketakutan yang sejak tadi ia pikirkan. Wonwoo yakin di hadapannya adalah sosok yang baik. Maka beberapa langkah mundur kembali diambil Wonwoo, mempersilakan Mingyu untuk masuk ke apartemennya.

"Silakan duduk, ah maaf apartemenku sedikit berantakan karena aku baru saja pulang dari pemakaman." Sebuah rutinitas harian Wonwoo yang tentunya tidak pernah dilewatkan.

"Aku ingin memberikanmu ini ..." Mingyu menyodorkan sebuah paper bag berwarna cokelat. "Ini serbuk teh chamomile dari ibuku dan oh ... jika kau lupa, aku tetangga barumu sejak satu bulan yang lalu. Unit apartemenku tepat di sebelahmu, kita hanya pernah bertemu sesekali di lift, tak apa jika kau tidak ingat." Rencana yang telah disusun ulang oleh Mingyu, perlahan namun penuh perhitungan.

Lelaki tampan yang masih berstatus suami dari Jeon Wonwoo itu telah berkonsultasi dengan dokter Doーdokter pribadi yang memantau perkembangan Wonwoo jika kau tidak lupaーmengenai kemungkinan apa saja yang akan terjadi pada ingatan Wonwoo. Dokter Do telah menjelaskan bahwa amnesia anterograde yang diderita oleh pemuda manis itu akan bersifat permanen, ia akan tetap bangun dengan ingatan yang sama. Tetapi amnesia parsial yang dideritanya bersifat disosiatif, artinya Wonwoo kemungkinan hanya menghilangkan ingatan-ingatan buruk yang tak ingin lagi dikenangnya. Kepingan memorinya yang baik mungkin masih bisa disatukan lagi di kemudian hari, dengan kemauannya sendiri atau dengan perjuangan orang-orang yang menyayanginya. Berbekal penjelasan yang Mingyu dapat dari dokter Do, maka ia akan berusaha sekuat tenaga untuk merangkai mozaik-mozaik kenangan indahnya bersama Wonwoo secara perlahan.

~~~

"Ah tetangga baru ya. Maafkan aku Tuan ..."

"Kim Mingyu, panggil saja Mingyu." Sambar Mingyu dengan cepat ketika kata-kata Wonwoo menggantung begitu saja.

"Maafkan aku Mingyu-ssi, aku memang agak jarang berinteraksi dengan orang baru." Pemuda manis seputih porselen yang duduk di hadapan Mingyu tersenyum canggung.

"Tidak apa-apa Wonwoo-ssi, maafkan juga aku yang baru sempat mengunjungimu dan memberimu buah tangan sebagai tanda perkenalan." Mingyu pada akhirnya mengulurkan tangan yang kali ini benar-benar akan mengubah dunia repetitif dalam hidup Jeon Wonwoo, Mingyu memilih untuk mengulang segalanya dari awal.

"Maaf jika terkesan tidak sopan, tapi bolehkah aku mengambil fotomu?" Wonwoo hampir akan beranjak dari sofa ruang tamunya, berniat mengambil kamera polaroid di rak buku dalam ruang baca kecil miliknya. Mingyu menggenggam pergelangan tangan Wonwoo dengan tiba-tiba.

"Tidak usah, aku akan kemari mengenalkan diri setiap pagi. Kau tak perlu repot-repot." Mingyu memasang senyum manisnya kepada Wonwoo yang kebingungan.

"Eh? Ba ... Baiklah. Bagaimana jika kita mencoba teh cha...mo...mile... dari ibumu, aku akan membuatkannya." Wonwoo terbata saat mengatakan teh chamomile, seperti minuman kesukaan seseorang, tetapi siapa. Otaknya tidak bisa dipaksa, ia menjambak rambutnya secara refleks membuat Mingyu khawatir.

"Kau, baik-baik saja?" Mingyu merangkul bahu Wonwoo dengan lembut, memberi usapan ringan di bahu kiri pemuda manis itu. Wonwoo menoleh dan tersenyum. Sungguh wajah Wonwoo yang terlampau dekat dengan Mingyu membuat jantung pilot tampan ini berdegup tak karuan. Jika saja Mingyu tak ingat rencananya untuk membuat kenangan indah bersama Wonwoo dari nol, maka detik ini juga ia akan mencium bibir dongsaeng kesayangannya itu.

~~~

Wonwoo masih mengaduk teh chamomile pada dua cangkir putih, memikirkan semua yang terjadi beberapa saat yang lalu. Perasaan-perasaan tidak asing yang datang secara tiba-tiba. Tetangga barunya seperti telah ia kenal sejak ribuan hari yang lalu dan kepalanya yang berdenyut sakit sejak kedatangannya.

"Wonwoo-ssi, apa aku boleh menyalakan televisi?" Mingyu sedikit mengeraskan volume suaranya, berbicara dari ruang keluarga ke dapur memang harus sedikit usaha.

Wonwoo berjalan ke arah Mingyu dengan baki berisi dua cangkir teh chamomile yang masih saja ia pandangi dengan lekat, menaruhnya dengan perlahan pada meja di hadapan mereka. Mingyu sedikit menggeser duduknya, memberi ruang agar Wonwoo mengambil tempat tepat di sampingnya. Tanpa sadar, neuron efektor pada tubuhnya menuruti begitu saja segala impuls yang diberikan oleh Mingyu.

"Kau ingin menonton apa memangnya?" Wonwoo bertanya sambil sesekali menyesap tehnya yang masih mengepulkan uap hangat.

"Pororo. Aku suka sekali dengan Eddy, rubah kecil teman Pororo." Mingyu menjawab pertanyaan Wonwoo dengan senyuman, sekali lagi.

Teh chamomile. Eddy. Rubah kecil.

"Semua ini apa ...?" Batin Wonwoo mencicit lirih disertai sakit yang kembali mendera kepala, di sampingnya, Mingyu masih setia memberi usapan ringan pada lengannya.

To be continued

P.S.

Maafkan aku yang telat update salahkan saja semuanya pada Thanos ya ㅋㅋㅋㅋ
Selamat membuka kotak pandora!

Autumn Anterograde [Meanie] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang