Autumn Anterograde 3: Quebec City

4.1K 646 30
                                    


October, 15th 2005.

Keluar dari hotel tempatku menginap, aku disambut pemandangan warna-warni. Kuning dan merah dedaunan Maple ーyang menjadi ciri khas musim gugurー terselip di antara pohon cemara yang masih setia dengan hijaunya. Aku mendapat rest period selama sembilan jam di Quebec City sebelum nanti mendapat jadwal flight kembali ke London sampai akhirnya pulang ke tanah kelahiranku. Kupikir sepertinya tidak buruk untuk sedikit menikmati sembilan jam dengan berjalan-jalan menelusuri kawasan sekitar hotel.

Berjalan kaki sekitar sepuluh menit dari hotel, aku menuju kedai teh yang lumayan terkenal di sini, DAVIDsTEA. Melalui Rue de Carriéres ke arah barat laut hingga Rue Saint Louis, lalu belok kiri sedikit kemudian belok kanan menuju Rue de Trésor. Sepanjang jalan bangunan bergaya Eropa kuno berdiri megah di kanan kiri, serta jangan lupakan deretan pohon Maple yang daunnya mulai menguning sampai oranye menghiasi ruas-ruas jalan di setiap sudut Quebec City. Guguran daunnya membentuk hamparan permadani. Perpaduan antara warna kuning keemasan dan merah yang merona. Aku menyukai musim gugur, karena alam seakan bersolek, berubah menjadi penuh warna.

Aku melanjutkan langkahku, belok kiri menuju Rue Sainte-Anne, membungkuk sedikit mengambil sehelai daun Maple yang baru saja terjatuh di depan ujung sepatuku.

"Mengambil kenang-kenangan, Captain?" Suara lembut itu menyapa indra pendengaranku, kutegapkan badanku sambil menyelipkan tiga helai daun Maple yang telah berwarna oranye sempurna.

"Oh, Minkyung. Sedang berjalan-jalan?" tanyaku terkejut, yang ditanya hanya mengedikkan bahunya sambil tersenyum simpul.

"Rest period selama sembilan jam akan sangat rugi jika hanya dihabiskan di dalam kamar hotel, Capt." Aku mengangguk dengan cepat menyetujui pendapatnya.

Angin membelai poni yang jatuh di dahi perempuan di hadapanku. Rambut cokelat terang sebatas leher yang ia ikat asal membentuk half bun di kepalanya. Syal rajut berwarna maroon membungkus leher jenjangnya. Dipadukan mantel hitam dan celana panjang yang juga berwarna hitam. Penampilan yang sempurna pagi ini.

"Ingin minum teh, Captain? Aku berencana ke DAVIDsTEA di Rue Saint-Jean. Kita hanya tinggal melanjutkan ke Rue Cook, berbelok kanan sedikit hingga Rue Saint Stanislas, kemudian belok kiri ke Rue Saint-Jean, maka di sebelah kiri jalan kita akan menemukan DAVIDsTEA." jelas Minkyung panjang lebar.

"Panggil aku Mingyu. Cukup Mingyu." ujarku tersenyum, tanpa sadar aku telah menggenggam tangannya yang dingin lalu kumasukkan ke dalam saku mantel biru navy milikku. Minkyung diam sedetik kemudian, menundukkan wajahnya yang merona mengalahkan perubahan warna daun-daun Maple.

~~~

Lelaki ini, juniorku semasa di akademi dulu. Muda, tampan, dan cerdas, sebuah kombinasi yang sempurna. Di usianya yang bahkan baru menginjak 21 tahun dia sudah menjadi pilot utama di maskapai tempat kami bekerja. Penerbangan yang dilakukannya sudah bukan penerbangan domestik lagi, tapi penerbangan antar benua. Sebagai flight attendant, ah seharusnya aku bersikap profesional kepadanya. Tapi, hei apa-apaan ini, tangannya yang hangat masih bertahan menggenggam jemari dinginku yang dia selipkan di saku mantel biru navy miliknya.

"Mingyu, aku tidak terlalu kedingingan. Bisa kau lepaskan tanganku?" ucapku kikuk.

"Tidak, aku ingin menggenggamnya lebih lama. Hmm, sebenarnya aku sudah lama menyimpan perasaan untukmu. Sejak aku memulai penerbangan pertamaku. Sejak cangkir teh chamomile pertama yang kau buatkan untukku." Mingyu berbicara dan aku mendadak menghentikan langkah dan mengerjapkan mata, serta memastikan bahwa telingaku masih berfungsi dengan baik.

"Apa aku tidak salah dengar, Capt? Apa ini berarti perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan?" Aku terkekeh dengan kata-kataku sendiri.

"Maksudmu?" Wajah kebingungan Mingyu mulai muncul ke permukaan.

"Ya juniorku yang tampan dan cerdas, aku juga menyukaimu, menyimpan perasaan untukmu sejak pertama kali kau bertanggung jawab atas hidupku di ketinggian 20.000 kaki. Lebih tepatnya, aku mencintaimu." Aku mengecup sekilas pipi dingin lelaki disampingku ini, dia hanya tertawa sambil memelukku erat sambil mengucapkan terima kasih tepat di telingaku yang membuat rambut-rambut halus di tengkukku sedikit meremang.

"Ayo kita lanjutkan perjalanan ke DAVIDsTEA, teh akan membuat mood kita lebih baik lagi. Ah sebentar, bisakah kau ambilkan fotoku di bawah pohon Maple itu, adikku selalu merengek memintaku untuk mengirimkan foto terbaru di setiap negara yang aku singgahi." Aku mengangguk, mulai membidik dan memilih angle yang bagus untuk kekasih baruku ini.

Sepertinya memiliki adik ipar laki-laki bukan sesuatu yang buruk. Ah apa yang aku pikirkan, bahkan kami baru saja menjalin cinta beberapa menit yang lalu, aku malah sudah memikirkan adik ipar, yang benar saja kau Minkyung. Rutukku dalam hati.



To be continued







P.S.

Nama jalan di Quebec City ini hasil effort saya bolak-balik membuka Google Maps, maafkan jika penyampaiannya kurang bisa dibayangkan yaa. Bagaimana chapter ini? Saya menyediakan kolom hujat karena masa lalu Mingyu dan Minkyung yang terlalu indah. Maaf juga di chapter ini tidak ada Meanie yaa. Hehehe. Selamat membuka kotak pandora!

Autumn Anterograde [Meanie] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang