Autumn Anterograde 26: Endeavour (4)

2.5K 492 52
                                    

Bibi Shin terlihat sibuk menyuguhkan minuman hangat dan kudapan ringan untuk kedua orang yang bertamu pada pukul sepuluh pagi di kedainya. Nyonya Kim terlihat santai dengan blouse berwarna merah maroon yang dengan dilapisi coat panjang berwarna kelabu misty serta celana panjang yang berwarna senada dengan coat panjangnya. Sedangkan Mingyu tampak tampan dengan sweater biru navy yang mencetak jelas tubuh atletisnya dan dipadukan dengan celana berwarna hitam yang membalut kaki jenjangnya. Di sinilah mereka berada, kedai es krim Bibi Shin yang meninggalkan banyak kenangan dirasa menjadi tempat yang cocok untuk menemui Wonwoo. Setelah menyuguhkan minuman hangat dan kudapan ringan, perempuan paruh baya itu kembali menyibukkan diri di dapur kedainya. Mulutnya sibuk merapalkan doa-doa agar keluarga Kim yang begitu disayanginya selalu diberikan berkat oleh Tuhan di atas sana.

Lonceng kedai seketika berbunyi, memecah keheningan yang tercipta antara Mingyu dengan sang ibu. Menandakan bahwa ada pelanggan lain yang masuk dan membuka pintu. Mata Mingyu menangkap sebuah siluet yang tak asing dari meja di sudut kedai yang ditempatinya. Seseorang pria manis yang kurus dengan sweater berwarna kuning pastel dan celana denim berwarna putih. Nyonya Kim menegakkan duduknya, memperhatikan gerak-gerik Wonwoo dengan saksama. Untaian kalimat demi kalimat meluncur dari bibir mungil merah muda milik Wonwoo. Memesan es krim vanilla untuk porsi anak-anak, namun kali ini Wonwoo telah mengenal Bibi Shin dengan baik dan sudah ingat bagaimana enaknya rasa es krim vanilla di kedai ini. Ingatan tentang Mingyu yang sering mengajaknya kemari ketika kecil dulu kembali menyergap dan menghangatkan hatinya.

Wonwoo berbalik ketika cup es krim vanilla sudah berpindah ke tangannya. Sedikit terkejut dengan pandangan yang jatuh pada sang ibu yang kini berdiri tak jauh di hadapannya. Mata rubahnya berkabut tertutup air mata yang menggenang tanpa aba-aba. Nyonya Kim berjalan mendekat, menghapus jarak antara dirinya dengan Wonwoo. Ibu jarinya dibawa terangkat menghapus air mata yang turun membasahi pipi Wonwoo yang sedikit tirus. Tapak kakinya diajak berjinjit untuk dapat mengecup kening putranya. Kening yang sedari dulu sering ia usap ketika si empunya merengek tak bisa tidur.

"Ibu kembali sayang, maafkan Ibu ..." Dengan suara parau, Nyonya Kim memaksakan kata-kata agar keluar dari bibirnya.

Wonwoo diam tak bergeming, namun getaran pada tubuhnya memperlihatkan bahwa ia tak dapat lagi menahan tangisannya. Pada akhirnya benteng pertahanannya runtuh, memeluk sang ibu adalah satu-satunya yang ingin ia lakukan detik ini juga. Bibi Shin menyeka air mata dengan saputangan yang sejak tadi ia sembunyikan di dalam saku apron yang dikenakannya, Wonwoo anak yang terlalu baik jika harus hidup tanpa kasih sayang dan dukungan orang-orang terdekatnya. Maka Wonwoo berhak atas semuanya, atas kasih sayang, perhatian, maupun cinta. Mingyu yang tak tahan dengan pemandangan mengharukan itu bangkit dari posisi duduknya dan menghampiri Wonwoo serta sang ibu. Pelukan itu pada akhirnya ia sematkan pada kedua orang berharga dalam hidupnya.

Punggung Wonwoo menegang, tersentak kaget ketika tiba-tiba ada lengan kekar yang melingkarinya. Menengadahkan kepalanya dan bertemu pandang dengan manik mata sekelam malam milik Mingyu. Pria tinggi itu tersenyum yang balas dihadiahi oleh senyuman indah paling tulus milik Wonwoo. Ribuan helai daun maple seakan berguguran dari rongga paru-parunya menyisakan sensasi lega yang menghangatkan. Setidaknya Wonwoo menerima kehadirannya, sebagai apapun itu.

"Kembalilah pulang Wonwoo-ya. Kembalilah ke rumah kita." Suara serak milik sang ibu kembali mengudara.

"Ibu ... Jangan terlalu cepat. Jangan memaksanya." Intonasi datar dikeluarkan Mingyu untuk mendebat pelan sang ibu.

Nyonya Kim hanya terdiam mendengar debatan pelan putra sulungnya.

"Tidak apa-apa, Hyung." Wonwoo menatap lembut ke arah Mingyu. Lalu pandangannya teralihkan pada sang ibu di hadapannya. "Apakah tawaran ibu masih berlaku? Jika iya, selepas menjemput Minwoo, aku akan menyiapkan barang-barangku untuk kembali menemani ibu di rumah besar itu. Bunga-bungaku masih ada 'kan, bu?" Nyonya Kim mengerjap tak percaya mendengar penuturan Wonwoo yang terdengar yakin dan ceria, begitu pun Mingyu. Ekspresi wajahnya tak bisa lagi digambarkan, perasaan bahagia terlampau ingin membuncah dari dadanya.

Autumn Anterograde [Meanie] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang