Hari ke dua puluh Wonwoo berada di rumah sakit. Setiap hari Bibi Shin mengirimkan catatan bahwa Minwoo aman dan senang berada di rumahnya karena mendapat es krim vanilla setiap hari, pergi ke sekolah seperti biasa, dan pulang dijemput oleh Bibi Shin. Kyungsoo menyarankan orang-orang terdekat Wonwoo untuk tetap mempertahankan ingatan tentang Minwoo agar tidak memperburuk keadaan psikisnya pasca pria manis itu mengingat semua tentang Mingyu. Seungcheol semakin sering menemani Wonwoo di rumah sakit, entah menyuapinya ketika waktu makan siang tiba atau sekadar mendorong kursi roda yang diduduki Wonwoo untuk berkeliling taman rumah sakit agar kekasihnya itu tidak bosan. Selama itu pula Mingyu berada tak jauh dari mereka.
~~~
Selesai melihat catatan tentang Seungcheol dibalik foto polaroid yang ia genggam sejak tadi, Wonwoo menyunggingkan senyum manisnya. Menyadari bahwa pria yang berdiri di dekat nakas ranjangnya bukan orang asing. Seungcheol telah terbiasa, ia sedikit bersabar memberi Wonwoo waktu untuk mengenali dirinya setiap hari.
"Kau tidak ada pasien, hyung?" Wonwoo bertanya diiringi oleh elusan kepala yang diberikan Seungcheol untuknya.
"Ini jam istirahat makan siang, asal kau tahu. Dan aku, akan makan siang denganmu di sini. Setiap hari juga seperti itu." Pria tampan bermata bulat di hadapannya tersenyum dengan lesung pipinya yang tampak manis, Wonwoo hanya menunduk, membiarkan rasa bersalah melingkupi hatinya. Ia tidak pernah ingat jika Seungcheol setiap hari menemuinya.
"Hei, kenapa?" Jemari tangan milik Seungcheol mengangkat dagu Wonwoo dengan lembut ketika melihat pria manis itu menunduk dengan sendu.
"Maafkan aku." Wonwoo mencicit lirih dan Seungcheol segera membawa Wonwoo ke dalam pelukannya. Membiarkan kepala Wonwoo bergerak secara teratur di dadanya seiring dengan suara hela napas mereka di tengah keheningan.
Ada sepasang mata yang menyendu dibalik pintu kamar rawat dengan kaca kecil di tengahnya ketika melihat Wonwoo terpejam dan tersenyum dalam pelukan pria yang terbalut jas putih di dalam sana. Mingyu mengusap air mata dengan punggung tangannya, pengharapan sederhana meluncur begitu saja dalam doanya di hati paling dalam, sekadar berharap bahwa ia yang seharusnya memberikan pelukan itu tidak salah 'kan? Mingyu berbalik ketika pandangannya memastikan bahwa Wonwoo telah menghabiskan makan siangnya yang disuapi oleh Seungcheol dengan sabar. Baru saja beberapa langkah ia menjauh, derit pintu terdengar menandakan ada orang yang masuk atau keluar dari kamar rawat Wonwoo namun ia terus berjalan tanpa mempedulikan lagi.
Seungcheol mengenali siluet punggung tegap yang berjalan menjauh dari tempatnya berdiri saat ini, ia mempercepat langkahnya agar bisa menyusul pria itu.
"Masih setia kemari, Kim?" Seungcheol menepuk pelan bahu pria yang berjalan satu langkah di depannya.
"Oh, dokter Choi. Hanya melihatnya dari jauh tak masalah 'kan? Setidaknya ia sudah lebih baik." Mingyu menoleh dan menghentikan langkahnya, membiarkan dokter muda itu kini berjalan di sampingnya.
"Tentu tidak masalah, beberapa hari lagi ia juga akan pulang. Tapi aku mohon, sebesar apapun keinginanmu untuk menunjukkan wajah di hadapannya, tolong jangan kau lakukan." Seungcheol kembali menepuk pelan punggung Mingyu dan berjalan lebih dulu kemudian berbelok kiri menuju ke ruangan kerjanya. Mingyu menghela napas panjang, sesakit inikah perasaan Wonwoo di masa lalu?
~~~
Nyonya Kim berkunjung ke kedai Bibi Shin beberapa hari setelah ia melihat Mingyu di rumah sakit tempat Wonwoo dirawat. Ibu mana yang tega melihat anaknya menangis, ia melihat Mingyu hanya mampu menatap Wonwoo dari kejauhan. Namun ia juga tak bisa membiarkan Mingyu mendekati Wonwoo, itu hanya akan kembali memperburuk keadaan Wonwoo yang saat ini telah jauh lebih baik. Nyonya Kim masih saja hanya memantau Wonwoo dari kejauhan, maka jangan bertanya dari mana sifat egois Mingyu diturunkan.
"Aku ingin membawanya tinggal bersama lagi dengan kami. Tapi sepertinya tidak mungkin." Nyonya Kim berkata dengan pelan di salah satu kursi kedai Bibi Shin.
"Sabar sedikit, Nyonya." Perempuan paruh baya itu menggenggam lembut tangan Nyonya Kim yang mulai berkerut namun tetap halus sebagai hasil dari perawatan mahal orang terpandang pada umumnya.
"Bagaimana keadaannya sekarang? Aku belum sempat ke rumah sakit lagi. Entahlah, aku tidak tega melihatnya." Sebuah kebohongan besar untuk menyelamatkan perasaannya sendiri. Tatapan Nyonya Kim berharap jawaban baik yang keluar dari mulut perempuan kepercayaan yang duduk di depannya.
"Sudah lebih baik, ia sudah mau menghabiskan makanannya. Sudah lebih banyak tersenyum juga, Seungcheol menjaganya dengan baik." Bibi Shin memberi penjelasan dengan wajah berseri mengingat wajah bahagia Wonwoo tiap kali bersama Seungcheol.
"Dokter muda itu?" Nyonya Kim sedikit memicingkan matanya mendengar penuturan Bibi Shin. "Kau tahu 'kan Bi, tidak pernah ada surat cerai antara Mingyu dan Wonwoo. Aku memang menyalahkan Mingyu atas semuanya, tapi bukan berarti aku menginginkan mereka berpisah." Nyonya Kim menghempaskan punggung pada sandaran kursi di belakangnya.
"Nyonya aku mohon, sungguh aku bukan ingin menggurui. Aku sama sekali tidak berniat lancang bicara, hanya saja Wonwoo seperti ini karena Nyonya dan Tuan Kim menjodohkan mereka dulu sampai akhirnya Mingyu membenci Wonwoo, membenci dongsaeng kesayangannya." Bibi Shin menggenggam erat punggung tangan Nyonya Kim.
"Itu karena aku terlalu menyayangi mereka berdua. Aku tidak ingin kasih sayang itu terbagi. Aku bukan ibu yang baik." Kepala Nyonya Kim tertunduk di atas tangan mereka yang saling menggenggam.
~~~
Hari di mana Wonwoo akan pulang telah tiba. Kyungsoo membantu Wonwoo duduk di atas kursi roda. Perawat Kang terlihat sibuk membereskan barang-barang milik pria manis itu. Bibi Shin telah mengabari Kyungsoo bahwa ia akan sedikit terlambat menjemput Wonwoo, karena ia akan datang bersama Nyonya Kim. Di depan pintu, Mingyu terlihat memandangi pria manis yang hanyut dalam buku bacaan di tangannya. Ada boneka Eddy yang sejak tadi Mingyu sembunyikan di punggungnya. Ia cepat-cepat menarik tangan perawat Kang yang baru saja keluar dari kamar rawat Wonwoo.
"Tolong berikan ini padanya." Mingyu menyodorkan boneka itu ke tangan perawat Kang yang diterima dengan bingung, namun dengan segera perawat Kang kembali masuk dan memberikan boneka itu untuk Wonwoo.
Mingyu dapat melihat wajah Wonwoo yang mengerut bingung saat menengadahkan kepalanya untuk menatap perawat Kang.
"Dari siapa?" Wonwoo bertanya lembut.
"Entahlah Wonwoo-ssi, dia bilang boneka itu untuk menemanimu agar tidak kesepian." Perawat Kang tersenyum dan beranjak keluar lagi dari kamar rawat itu.
"Katakan padanya, terima kasih. Aku menyukainya." Wonwoo sedikit berteriak kepada perawat Kang yang telah hampir menutup pintu. Mingyu bisa melihat itu, senyuman saat Wonwoo memeluk erat boneka pemberiannya. Namun sesaat yang ia lihat adalah tatapan sendu Wonwoo saat membelai dan mengecup lembut boneka yang Wonwoo letakkan di pangkuannya.
"Maafkan aku, hyung. Semuanya sudah tidak sama." Bisikan lirih keluar dari mulut Wonwoo seiring air mata yang mengalir sedikit-sedikit dari manik rubahnya.
Mingyu berbalik, ia memang tidak tahu mengapa ekspresi wajah Wonwoo bisa berubah sedemikian cepat, ia hanya tahu bahwa perjuangannya kali ini tidak sebanding dengan kesalahan besarnya di masa lalu. Bagaimana hasil akhirnya nanti, Mingyu tidak peduli. Mingyu hanya ingin Wonwoo bahagia. Itu saja.
To be continued
P.S.
Kita lihat perjuangan Kim Mingyu, seri Endeavour ini akan ada beberapa. Karena kemalasan author untuk mikir judul chapter.
Selamat membuka kotak pandora!
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Anterograde [Meanie] ✓
FanfictionDunia repetitif milik Jeon Wonwoo tidak akan pernah sama lagi sejak datangnya Kim Mingyu. Jabatan tangan hangat milik lelaki itu yang akan membuat Wonwoo mencatat lebih banyak lagi. Serta tatapan mata mengunci milik Mingyu yang nantinya membuat Wonw...