BBB 20

8.4K 311 30
                                        

Brakk brakkk

Suara barang-barang yang sengaja dijatuhkan terdengar tak berhenti juga dan semua itu ulah Ali, kamar yang ditempatinya itu sekarang bak kapal pecah, semua barang berserakan dilantai dan ditempat tidur. Bantal, guling juga selimut berceceran dilantai seperti lupa dimana letak sesungguhnya, cermin pecah dan pecahannya ada dimana-mana, semuanya ulah Ali.

Antara kesal, marah, kecewa semuanya mendominasi menjadi satu, entahlah apa yang ada difikirannya saat ini, apakah dia harus senang, sedih atau yang lainnya, yang pasti kini keadaan Ali jauh dari kata baik. Fikirannya melayang kemana-mana, seolah memory ingatannya sedang memutarkan kejadian demi kejadian yang baru dialaminya beberapa hari belakangan hingga saat ini, dan entah kenapa saat bayang-bayang keributannya dengan Prilly seolah berputar di ingatannya, hatinya merasakan ngilu, ngilu yang paling ngilu dari pada saat dia tau bahwa Rere selama ini tak mencintainya dengan tulus.

Entahlah setelah ini dia harus menyalahkan siapa, orang tuanya yang memaksa menikahkannya? Atau harus marah dengan takdir yang tak adil padanya? Ali dibuat pusing oleh masalahnya akhir-akhir ini, dan finish nya adalah kejadian tadi, kejadian yang tak pernah di duganya, Rere kekasihnya ternyata hanya menipunya selama ini dan semuanya hanya karna harta, dan lagi-lagi Ali merutuki kebodohannya itu yang sama sekali tak mau dengar ketika orang tua juga istrinya berkata jujur kala itu.

Lihatlah sekarang bukan hanya kamar yang menjadi berantakan, tapi Ali pun menjadi berantakan, baju yang biasa bertengger rapih di tubuh nya kini menjadi berantakan, wajah yang selalu terlihat segar kini berubah menjadi kusut, terlihat sekali bahwa yang mempunyai wajah sedang banyak masalah, dan semuanya hanya karna dua persoalan, yang pertama Prilly pergi dari rumah, dan yang kedua Rere yang ternyata menipunya. Dan entahlah kali ini Ali merasa bahwa masalahnya tak berhenti sampai sini saja, seolah tau bahwa sesudah ini ia akan mengalami masalah yang lebih sulit lagi terutama tentang Prily, ya nama yang beberapa bulan ini masuk kedalam hidupnya, nama yang bisa membuat ramai suasana apartment tempatnya tinggal, senyum terukir diwajah Ali saat ini saat bayangan keributan kecil antara dirinya juga Prilly kerap terjadi, dan tanpa ia sadari sebenarnya dirinya sudah memiliki hati pada wanita itu, wanita yang beberapa bulan lalu sah menjadi istrinya, dan kebodohan yang ia miliki karna telat menyadari hal itu justru membawa hubungannya dengan sang istri berada diujung tanduk, dan sekarang yang jadi beban fikiran terberatnya adalah, dimana Prilly?

"Gue emang bego! Harusnya gue sadar dari awal, harusnya gue denger dari awal!" rutuk Ali pada dirinya sendiri

"Terus apa yang harus gue lakuin sekarang? Gue harus cari Prilly kemana? Terus kalo tiba-tiba Mama sama Papa nanya gue harus jawab apa? Astaga!!!" Ali benar-benar pusing saat ini

"Gue pokoknya harus cari Prilly! Iya! Guee harus nemuin dia dan minta maaf, setelahnya gue harus bawa dia balik lagi kesini" dengan cepat Ali menyambar kunci mobilnya mencari Prilly entah kemana saja yang penting Prilly bisa ditemukannya

***

"Jadi lo sekarang sudah bener gak sama Ali lagi Prill?" tanya Mila dan Prilly hanya menggeleng

"Astaga Prill lo sadar gak sih kalo sekarang lo lagi hamil anaknya dia? Buang jauh-jauh ego lo buat dia Prill" ucap Mila sambil memegang perut Prilly yang masih rata

"Gue capek Mil, gue udah bener-bener gak kuat ngejalanin semuanya lagi, gue udah gak minat ketemu dia lagi, dan bahkan mungkin gue udah beneran benci sama dia sekarang, lupain tentang cinta gue yang pernah ada buat dia dulu" ucap Prilly tegas namun tak setegas hatinya, bahkan hatinya menolak kasar ucapan yang baru saja diucap olehnya sendiri

"Terus? Gimana nasib anak lo nanti ketika dia lahir tapi ayahnya gak ada?"

"Gue janji kalo gue bakal kasih tau siapa ayah nya nanti"

Benci Berujung Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang