Malam ini Nando sedang mengetikkan sebuah email untuk Arga yang berada di luar negeri. Sedangkan Agnes sedang mondar-mandir tak jelas di depan Nando.Dan hal itu membuat Nando menghentikan tarian jarinya di atas keyboard dan melepas kacamata nya. Menatap istrinya lama yang entah sudah berapa kali berbolak-balik di hadapannya.
"Honey... Apa yang membuatmu berjalan mondar-mandir di sana"
Agnes menghentikan langkah kakinya dan menatap Nando sendu. Nando menautkan alisnya sambil tersenyum dan kemudian menepuk tempat tidur disampingnya yang kosong.Agnes melangkah kedepan dan naik ke atas kasur, ia duduk di sana dan menyandar di pundak Nando.
"Ada apa ?"tanya Nando.
"Ummm" Agnes memainkan jarinya, "Apa kau serius untuk mengirim Zeca pergi ke rumah Bang Arga?"
Nando menutup laptopnya setelah selesai mengirim surelnya. "Apa kau masih tidak rela ?"
"Zeca masih terlalu kecil Do...apalagi untk jauh dari kita"
Nando meletakkan laptop di atas nakas kemudian membenarkan posisi duduknya untuk bisa menaruh kepala Agnes di dada bidangnya. Nando mengusap kepala Agnes, Nando menyadari bahwa Zeca memang masih kecil untuk berpisah dari kedua orang tuanya dan juga Elby kakanya. Tapi Nando juga tak ingin mengambil resiko lebih banyak jika Zeca bergaul dengan anak mafia itu. Bukan membatasi pertemanan Zeca tetapi, Karena ada satu hal yang harus ia waspadai bahwa ayah Eddie mempunyai masalah terhadap kematian Jessica. Lelaki itu kemungkinan masih menyimpan dendam kepada Nando.
"Kenapa tidak pindah sekolah dan masih di Indonesia ?" Agnes memecah lamunan Nando.
"Ini yang terbaik honey,"
"Tetapi aku pasti akan sangat merindukan dia... Putri kecil ku"
Nando menangkup wajah Agnes dan mendekatkan sedikit ke wajahnya, sekilas ia memandang bibir merah Agnes dan mengecupnya singkat.
"Aku juga akan merasakan itu" kata Nando lembut dan kembali menyimpan kepala Agnes di dadanya.
Agnes memeluk perut Nando erat, dan air mata jatuh membasahi pipinya. Ia tak bisa mencegah keputusan Nando yang sudah bulat.Mungkin ini berat baginya, dan Nando sendiri juga merasa berat melepas Zeca nanti. Apalah daya, istri juga harus mengikuti perkataan suami bukan ? Dan Agnes percaya bahwa semua yang Nando lakukan demi anak-anaknya dan pasti terbaik.
"Kapan Zeca akan berangkat ?"
"Besok kita urus surat transfer nya dan mungkin lusa kita berangkat kesana mengantar Zeca"
Agnes mendongak ke atas menatap wajah suaminya kemudian membentuk garis bibir lurus. "Anak perempuan kita harus berpisah sesaat, entahlah aku tak tau bagaimana tanpa Zeca"
Nando melepaskan pelukan tangan Agnes, kemudian memegang kedua pundak Agnes. Sepersekian detik ia memeluk tubuh Agnes erat, melingkarkan kedua tangan di Bahu istrinya. Dan Agnes membalas pelukan itu dengan mengeratkan tangannya di punggung Nando.
"Bagaimana jika kita membuat satu anak perempuan lagi ?" Bisik Nando dengan nada menggoda.
Agnes yang tadinya merasa sedih memikirkan Zeca tiba-tiba mencubit perut Nando sehingga membuat Nando meringis perih.
"Kenapa malah di cubit ?"protes Nando.
"Situasi saat ini tidak memungkinkan kita melakukan hal seperti itu Nando!"
"Aku kan hanya menawari saja Honey " Nando menyeringai.
Agnes merasa kesal dengan sikap Nando,"Sudahlah Do! Kita tidur saja ya"
Agnes melepaskan diri dari lingkaran tangan Nando dan kemudian menarik selimut untuk bersiap tidur. Nando pun merebahkan punggungnya di kasur, memeluk Agnes dari belakang dan menempelkan dagunya di Pundak Agnes.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERLALU ISTIMEWA ( LENGKAP )
Romance[Beberapa part di privat, follow dulu untuk baca] CERITA AKAN DI UNPUBLISH UNTUK DI REVISI KESELURUHAN. Highest rank #44 {27092017} Nando Gibran Domenic CEO muda dan tampan tersukses se-Asia adalah mantan Badboy SMA tiba-tiba datang menikahi wanit...