"When tears fall, even my smallest cherished memories don't know what to do."
**
Seoul, 2019
Haze's Art
"Lukisanmu kemarin mendapat penghargaan besar dari seniman terkenal. Mereka ingin bekerja sama denganmu untuk membeli karya-karyamu dengan harga tinggi. Itu menakjubkan!" tutur Hoseok yang terlihat sangat bersemangat.
Jimin tersenyum dengan apa yang dikatakan Hoseok.
"Tapi Jimin-ah. Apa kau tidak punya pikiran untuk mengambil liburan? Sudah berapa tahun kau mengabdikan dirimu untuk pekerjaan, huh? Pikirkanlah juga tentang kesenangan pribadimu." Tutur Hoseok.
Senyuman Jimin kembali mengendur. "Kau selalu seperti ini, Hyung. Setelah membuat mood-ku baik, lalu dengan cepat kau menjadikan mood-ku menjadi jelek."
"Eoh? Apa pertanyaanku tentang liburan itu salah, huh? Apa kau juga tidak bisa menyimpulkan perkataanku itu dengan perkataanku sebelumnya?"
Jimin menatap Hoseok bingung.
"Kau sudah mendapatkan uang banyak dengan keuntungan-keuntungan yang kau dapat. Itu berarti kau bisa, kan, membeli tiket liburan untukku juga?" tanya Hoseok dengan aegyo yang susah dibuatnya itu.
Jimin tertawa pelan. "Aku akan belikan! Untukmu saja. Kau mau ke mana, Hyung?"
"Eei, aku juga ingin kau ikut. Mungkin Yoon Gi dan Ji Na juga. Ayolah, kita bersenang-senang."
Jimin melemparkan pandangannya keluar jendela ruang kerja nya. "Aku tidak butuh liburan, Hyung."
Drrttt... Drrttt...
"Ponselmu." Tutur Hoseok yang menunjuk ponsel Jimin dengan dagunya, "Yasudah, aku ingin mencari makanan. Kau mau menitip?"
Jimin menggelengkan kepalanya sambil meraih ponselnya.
Yoon Gi Hyung calling ....
"Aish, baiklah. Aku pergi!"
"HMM!!" jawab Jimin dengan gumaman kencangnya untuk Hoseok dan setelahnya langsung mengangkat telepon dari Yoon Gi.
"Eoh? Ne, Hyung?"
"Kau ada di rumah?" tanya Yoon Gi dari seberang sana.
"Aniya, aku sedang di tempat kerjaku. Ada apa?"
"Aku sudah di depan rumahmu."
"APA?!"
**
"Biar aku saja, Ji Na," ucap Jimin yang membantu Ji Na membawa tas-tasnya itu.
"Kau pasti ngebut ya, Oppa? Mianhae ...."
Jimin tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa, Ji Na. Kalian sudah biasa seperti ini, tidak seharusnya aku terkejut tadi."
Ji Na hanya tertawa tipis mendengar jawaban Jimin yang memang sama setiap mereka berkunjung.
"Aigoo, apa rumah seniman seperti ini?" tanya Yoon Gi yang tidak hentinya mengeluh dengan keadaan rumah Jimin, begitu dengan Ji Na yang mulai menggulung kemejanya untuk membantu Jimin membereskan rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry...
Fanfiction[Re-Editing Process] Kesalahanku di masa lalu tentu saja tidak bisa dimaafkan. Begitu dalam aku menyakitinya, aku bahkan pantas mendapatkan balasan karena telah menyakitinya, tapi kali ini... Aku ingin sekali bisa kembali bertemu dengannya untuk men...