22

3.6K 283 7
                                    

“I have to say goodbye even though it’s words that I don’t want to say.”

**

“Ada satu pertanyaan yang selalu aku tanyakan pada diriku sendiri saat mengingatmu, dan kau tau itu sangat menyiksaku karena aku tidak tau jawaban dari pertanyaanku itu.” Lirih Jimin.

Seul Hee tidak tau ingin menjawab apa dan juga tidak tau apa yang harus dilakukananya sekarang. Perlahan Jimin mendekatkan wajahnya lebih dekat lagi pada wajah Seul Hee hingga tidak meninggalkan sedikit jarak pun di antara mereka, sampai akhirnya mereka menyadari bahwa bibir mereka sudah menempel.

“Aku hanya ingin tau apa perasaan cintaku masih sama atau sudah benar-benar hilang tertimbun oleh amarahku padamu, Seul Hee.” Batin Jimin.

Air mata Seul Hee terjatuh saat menyadari Jimin menciumnya dengan lembut. Seul Hee tidak mengerti dengan apa yang Jimin katakan, atau lebih tepatnya lagi Seul Hee takut salah menangkap maksud Jimin. Matanya pun ikut terpejam sama dengan mata Jimin yang sudah terpejam saat dia berhasil mencium bibir Seul Hee.

Tidak lama setelah itu Jimin melepaskan ciuman mereka. Masih dengan jarak yang dekat, Jimin menempelkan keningnya dengan kening Seul Hee.

“Beritahu aku jika aku salah dengan jawabanku ini. Aku mohon, Seul Hee.” Batin Jimin. Bahkan dia belum bisa mengeluarkan suaranya, dia lebih memilih berperang dengan suara hatinya sendiri.

Jimin menatap wajah Seul Hee sejenak dan menghapus air mata Seul Hee. Lalu dijauhkannya wajahnya itu dari wajah Seul Hee. Seul Hee masih dengan posisi yang sama ditemani dengan napasnya yang masih terengah-engah karena menangis.

Jimin melepaskan mantelnya dan diberikannya pada Seul Hee, dia masih belum bisa berkata-kata setelah mencium Seul Hee, dan akhirnya dia hanya bisa berkata.

“Tidurlah. Gunakan itu sebagai selimut.” Ucapnya dan langsung menyandarkan tubuhnya lagi, tapi kali ini Jimi  memilih untuk membelakangi tubuh Seul Hee. Tanpa Seul Hee ketahui air mata Jimin mengalir tepat saat dia membelakangi Seul Hee.

Sedangkan Seul Hee, dia kembali menangis kencang tanpa suara sambil mencium mantel hangat Jimin. Dia tidak mengerti kenapa dia menangis. Seharusnya dia bahagia Jimin menciumnya dengan cara yang seperti itu, tapi entah kenapa saat Jimin menciumnya dia bisa merasakan kepahitan hati yang Jimin rasakan padanya.

“Aku ingin menjelaskan semuanya padamu sekarang, tapi aku begitu takut untuk kembali mengingat semuanya, Jimin-ah.” Batin Seul Hee.

“Aku masih mencintaimu, Jimin.” Ucap Seul Hee berharap Jimin masih bisa mendengarkannya.

**

“Konsleting pada mesinnya saja, tuan. Semuanya sudah kubetulkan jadi tidak ada kemungkinan untuk mati ataupun rusak seperti tadi malam.” Terang Ahjussi yang kebetulan lewat, dan kebetulan juga dia adalah ahli mesin mobil ini.

“Ne, gomawo ahjussi.”

Ahjussi itu tersenyum dan mengangguk. Pandangannya perlahan bergantian ke dalam mobil tempat Seul Hee masih tertidur, dia melihatnya karena Jimin tidak menutup pintu mobilnya itu.

“Biasanya aku lewat jalan ini malam-malam, jika saja tadi malam aku lewat.. Istrimu tidak akan menunggu dan kedinginan seperti itu.” Ucap Ahjussi itu yang membuat Jimin hingung.

“Istriku?” tanya Jimin bingung.

“Itu istrimu sampai tidak bangun, padahal berapa kali suara mesin ini menimbulkan suara keras.” Tambahnya lagi.

“Ah, dia bukan istriku, ahjussi.” Jawab Jimin ditemani dengan tawa canggungnya.

“Astaga. Kalau begitu cepat nikahi dia, anak muda. Dia begitu cantik, dan terlihat cocok denganmu. Yasudah, lanjutkan perjalananmu.”

Sorry...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang