Episode 1

29.6K 797 26
                                    

Alunan musik yang dimainkan DJ menenangkan ku dari semua masalah yang ku hadapi. Aku dan Riski sedang berada di 'Club LesOut', club malam khusus wanita.

Riski adalah sahabat ku. Dia tomboy, memiliki tinggi 170 cm, lebih rendah dari ku 5cm.

Saat kami sedang berbincang dan meneguk minuman yang telah kami beli, seorang wanita datang kepada ku.

"Hai, Rei." sapanya, sambil memegang paha ku.

Wanita ini sangat seksi, dia menggunakan parfum vanila, kesukaan ku. Dan dia tau bagaimana cara menaklukan ku.

"Tipe gue nih." batin ku.

"Gue duluan ya, bro." kata ku kepada Riski yang dari tadi melihat sosok wanita nan jauh di sana.
"Samperinlah kalau suka!" tambah ku.

Ku lihat dia menghampiri wanita itu dan berkenalan.

Aku mengajak wanita yang telah menghampiri ku ke apartemen ku yang lokasinya tidak jauh dari club.

Setelah sampai di parkiran apartemen, ku bukakan pintu mobil untuknya, dan ku ciumi pipinya sambil menuju lift. Saat pintu lift terbuka, sambil ku rangkul mesra kami pun melangkah masuk lift, aku menekan lantai 17 di mana ku tinggal.

Ketika sampai di lantai 17, aku melihat seorang wanita tak ku kenal berpapasan masuk lift.

"Tamu apartemen sebelah?" ku bertanya dalam pikiran ku.

Di lantai ini hanya ada dua apartemen, jadi aku pasti kenal dengan penghuni apartemen sebelah.

Tak ku hiraukan dia yang berlalu begitu saja. Sambil berciuman, aku membuka pintu apartemen yang bersandi. Cukup rumit, tapi karena sering jadi aku sudah terbiasa dengan hal itu. Sesampainya di dalam, langsung ku ajak dia ke kamar ku untuk menikmati malam bersama.

.
.
.
.
.

Malam berlalu begitu cepat, sinar matahari membangunkan ku. Ku lihat di samping ku ada wanita semalam sedang tertidur pulas terbalut selimut, ku pandangi dia yang terlihat begitu seksi, pemandangan yang menggairahkan di pagi hari. Setelah cukup tersadar aku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai mandi, ku lihat wanita itu sedang memakai pakaiannya.

"Permainan semalam sungguh menyenangkan, kapan-kapan akan ku panggil dia lagi." ujar ku meyakini ingin ku dalam hati.

"Nggak mandi dulu?" tanya ku kepadanya.
"Nggak perlu, aku mau langsung pulang aja." jawabnya sambil menguncir rambutnya.
"Terima kasih ya." katanya sambil tersenyum manis dan mencium mesra pipi ku. Setelah itu dia pergi meninggalkan apartemen ku.

Pagi ini aku merasa lebih lapar dari pada biasanya, sepertinya karena aktivitas panjang semalam. Setelah berpakaian aku langsung menuju dapur dan ku buka lemari es, ternyata tidak ada roti untuk sarapan, beberapa bahan makanan pun habis. Akhirnya ku putuskan untuk pergi ke swalayan terdekat.

Saat keluar dari apartemen ku, terlihat gadis semalam keluar dari apartemen sebelah.

"Cantik" batin ku.

Kami berjalan bersamaan menuju lift. Saat di lift, keheningan pun terjadi. Biasanya wanita yang mengajak ku berbicara terlebih dulu, tapi kali ini aku mencoba untuk memecah keheningan.

"Hai, ketemu lagi yaa." sapa ku. Ku lihat dia berpikir, mungkin dia lupa kejadian semalam.
"Kenapa aku ingetin lagi? Dasar Rei" batin ku.
"Kapan kita ketemu?" tanyanya sambil terlihat berpikir keras mencari momen pertemuan dengan ku di dalam memorinya.
"Kan Rei, dia lupa." batin ku sambil tersenyum dan garuk-garuk kepala, yang sebenarnya tidak gatal. Dia pun tersenyum dan kami saling bertatapan sesaat, kemudian keheningan pun kembali terjadi. "Mata yang indah, dengan sorotnya yang lembut dan bersahabat" ujar ku dalam hati.

Pintu lift pun terbuka, aku mempersilahkan dia untuk keluar terlebih dahulu, "See yaa!" ucap ku kepadanya sambil mengangkat tangan ku sekedar melambai, kemudian aku langsung keluar dan menuju swalayan terdekat untuk membeli keperluan sehari-hari. Setelah semua yang ku butuhkan terkumpul di troli aku pun menuju kasir, rasa lapar memaksa ku untuk bergegas pulang seusai menyelesaikan transaksi di kasir.

.
.
.
.
.

*bruk*
"Woy! Liat jalan dong!" teriak ku, karena ku lihat dia sedang memainkan handphone dari tadi dan menabrak ku. Dia melihat ku lekat seakan mengenal ku.
"Hai, Reyna!" sapanya.
"Siapa?" tanya ku heran, karena aku tidak kenal dengannya tetapi dia mengenal ku.

Seorang pria, kira-kira tingginya 183cm. Cukup tampan, buktinya banyak wanita memandanginya saat ini.

"Aku Joe." katanya sambil memberikan tangan, tanda mengajak bersalaman.
"Joe siapa?" tanya ku sambil mengambil beberapa barang yang terjatuh dan menata kembali barang-barang belanjaan ku yang berantakan karena kecerobohannya.

Ku lihat dia hanya tersenyum dan bergegas meninggalkan ku, meskipun belum sempat ku balas ajakan jabat tangan darinya.

"Aneh banget jadi orang." batin ku

.
.
.
.
.

*kring*

"Siapa pagi-pagi gini telpon sih?" teriak ku sambil mencari handphone ku dengan mata masih terpejam.

"Halo?" sapa ku malas, karena aku sedang tidur di ganggu.
"Selamat pagi, Bu. Saya Dinda." oh sekretaris ku yang pagi-pagi menelpon.
"Ada apa Din?" tanya ku sembari duduk di pinggir kasur.
"Saya ingin menyampaikan jadwal Ibu, bahwa nanti jam satu siang Ibu ada meeting."
"Aku baru inget hari ini ada meeting." batin ku.
"Oke, saya segera berangkat ya." jawab ku sambil menutup telpon dan menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi, berpakaian dan sarapan, aku bergegas berangkat ke kantor. Saat di lift sebelum pintu menutup, ku lihat ada seorang wanita berlari menuju lift. Karena terlihat sedang terburu-buru, ku tahan lift dan mempersilahkannya masuk.

"Wanita ini lagi." batin ku.
Sambil tersenyum melihatnya ku buka pembicaraan. "Sering berkunjung ya?" tanya ku padanya karena sudah sering melihatnya di lantai ini.
"Aku tinggal di sini." katanya.
"Terus Pak Tjandra?" tanya ku, karena yang setahu ku dua minggu yang lalu Pak Tjandra masih tinggal di sebelah.
"Dia Papa ku." jelasnya sambil tersenyum.

Pintu lift pun terbuka, seperti sebelumnya aku mempersilahkan dia untuk keluar terlebih dahulu. "See you next time!" ucap ku, dia membalas dengan menatap ku sambil senyum dan berlalu. "Wah mata indah itu lagi dengan sorotnya yang lembut dan bersahabat." aku merasakan kehangatan dalam diri ku untuk kedua kalinya terjadi saat bertemu mata dengannya, seperti lembutnya kehangatan pagi. Kami pun menuju mobil masing-masing. Aku menuju ke kantor, entah dia pergi ke mana.

.
.
.
.
.

"Akhirnya selesai!" batin ku.
*kring*
Ku lihat handphone ku, ternyata ada telpon dari mama ku.
"Halo, Mama." suara ku manja.

Aku selalu manja dengan mama ku karena dia satu-satunya orang tua ku. Aku harus menjaganya dengan sebaik-baiknya.

"Kamu nggak pulang ke rumah? Nggak kangen Mama?" kata mama.
"Oke-oke Ma, ini mau pulang kok."
"Mama tunggu yaa." jawab mama sambil mematikan telpon.

"Oke, Let's go home!" batin ku.

.
.
.
.
.

Sesampainya di rumah, ku lihat ada sebuah mobil yang tak ku kenal parkir di halaman ku.

"Ma, mobil siapa di..." kata-kata ku terputus setelah melihat mama ku dan seorang tamu.

Bersambung

Jangan lupa add to library, vote, comment and share yaa. Buat kelanjutan ceritanya.

Terima kasih telah membaca :)

Make Me Smile (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang