Episode 7

9.7K 445 3
                                    

Ketika aku bangun, mobil berhenti di sebuah parkiran gedung. Tapi bukan parkiran apartemenku, seperti mall.

"Ngapain kesini?" tanyaku kepadanya yg sedang melepaskan sabuk pengamannya dan mematikan mesin mobil.
"Udah ikut aja" katanya sambil keluar mobil.

Benar saja, ini parkiran mall. Kami pun masuk ke mall dan berjalan-jalan. Ku lihat dia menuju toko yg berjualan pakaian wanita.

"Pilih aja" katanya sambil memasukkan kedua tangannya ke celana.
"Siapa lo suruh gue pake baju cewek" kata ku sambil keluar toko.

Dia pun menarik tanganku ke toko lain, disana terdapat bermacam-macam model baju, mulai dari baju anak-anak, dewasa laki-laki maupun perempuan.

"Apaan sih, narik-narik nggak jelas" kataku sambil menarik tangangku kembali.

Maklum tingginya 178cm, tenaganya sangat kuat sekali.

"Sorry, gue cuma mau nyenengin lo aja" katanya sambil memegang tanganku dengan lembut.
"Gue nggak suka dengan cara ini" kataku sambil menghindari tangannya.

Tiba-tiba perutku pun berbunyi. Maklum perjalanan dari rumah mama jauh.

"Makan aja yuk" katanya sambil menarik tanganku lembut.

Pelayan memberikan kami menu. Rizal memesan makanan dan minuman.

"Lo mau apa?" katanya sambil melihat ke arahku.
"Sama aja" kataku karena aku memang tidak berselera makan.

Setelah selesai makan kami menuju apartemenku.

"Aku boleh nginep?" katanya saat aku memasuki lift.
"Apaan? Pulang sono!" kataku sambil menekan tombol lift.

.
.
.
.
.

"Selamat pagi, Rei" kata Tiara sambil membangunkanku.
"Good Morning, cantik" kataku sambil mengerjap-ngerjapkan mata.
"Mimpi apaan kamu bilang aku cantik?" katanya sambil duduk di tepi tempat tidurku.
"Kan emang kamu cantik" kataku sambil ikut duduk.

Dia tersenyum lebar dan pipinya pun memerah. Tak lama kemudian hpku berdering. Ku lihat ada panggilan dari mama.

"Halo, mah?" kataku setelah mengangkat telponnya.
"Rizal ada di depan apartemen kamu, tolong buka ya pintunya. Ajak lah dia main, kan weekend" kata mama sambil menutup telpon.

"Mama? Kenapa? Oiya tadi ada orang di depan, mau ketemu kamu tapi aku bangunin kamu dulu aja" katanya sambil berdiri meninggalkan kamarku.
"Oiya, itu udah ada makanan buat kamu. Terserah mau di makan atau makan di luar, aku ada pemotretan" katanya sambil keluar dari apartemenku.

"Dia kenapa?" batinku.

Aku membukakan pintu untuk Rizal dan menyuruhnya untuk masuk.

"Gue mandi dulu yaa, lo duduk aja di situ. Jangan kemana-mana!" kataku sambil menunjuk sofa dan meninggalkannya ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, aku menuju dapur untuk melihat masakan Tiara. Aku memutuskan untuk memakannya. Setelah itu aku mengajak Rizal untuk keluar.

"Kalau bukan karna mama, ga bakal deh gue mau jalan sama ini anak" batinku.

Kami menuju parkiran, kali ini kami keluar mengendarai mobilnya.

"Mau kemana?" katanya sambil menyalakan mobil.
"Terserah" kataku sambil menggunakan sabuk pengaman.
"Kayak cewek aja ngomongnya terserah" katanya sambil melajukan mobil.
"Maksud lo?" kataku sambil memelototinya.
"Santai-santai gue bercanda" katanya sambil tetap fokus menyetir.
"hhmm" aku hanya berdehem menanggapinya.

Selama aku jalan sama Tiara, ataupun beberapa wanita yg lain selalu mereka yg memutuskan akan kemana.

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, kami sampai di Pantai. Dia mematikan mesin dan keluar dari mobil, begitupun aku.

"Lo suka pantai?" katanya sambil menggunakan kaca mata hitam dan memberiku kaca mata senada.
"Suka" kataku sambil menerima kaca mata itu dan memakainya.

"Dia tau dari mama atau inisiatif sendiri?" batinku.

Awalnya kami bermain air, kemudian kami bermain pasir. Dia membuat istana pasir yg cukup besar.

Setelah puas bermain, kami memutuskan untuk pulang.

"Gimana?" katanya sambil fokus menyetir mobil.
"Apanya?" kataku bingung karena pertanyaannya tidak spesifik.
"Gue.. ya pantainya lah" katanya.
"Udah pernah kesana" kataku.
"Pantai mana yg belum pernah lo datengin?" tanyanya sambil memindah gigi mobil.
"Emang kenapa?" tanyaku sambil melihat kearahnya dan menaikkan satu alisku.
"Ya kapan-kapan gue ajak kesana" katanya sambil melihat lampu lalu lintas yg berwarna hijau dan menjalankan mobil kembali.
"Males" kataku singkat.
"Yakin males? Gue bikinin sand castle lagi" katanya sambil menengok ke arahku sedetik dan kembali fokus menyetir.
"Sand castle doang bisanya?" kataku sambil melihatnya dan menaikkan satu alisku kembali.
"Bikin lo jadi milik gue juga bisa" katanya sambil tersenyum.
"Shut up! Nyetir aja sono" kataku membentak.

Dia hanya tertawa melihat tingkahku.  Setelah itu kami pun diam.

"Mau kemana ini?" katanya ketika sampai di pusat kota.
"Pulang" kataku dengan malas.
"Pulang? Pulang ke rumah gue?" katanya dengan nada menggoda.
"Ke apartemen gue!" kataku sambil membentak.
"Nggak makan dulu?" tanyanya.
"Nggak, mau pulang aja"

.
.
.
.
.

"Akhirnya sampai" batinku sambil membaringkan badan di tempat tidur.

Dalam posisi setengah tidur, hp ku berbunyi. Ku lihat, ternyata telpon dari Riski.

"Halo, bro?" kataku setelah mengangkat telpon.
"Lo dimana?" tanyanya.
"Apartemen" kataku singkat.
"Wahh lo sahabat sendiri ultah, lupa" katanya membuatku segera berpindah ke posisi duduk.
"Sh*t gue lupa dia ultah" batinku.

Bersambung

Jangan lupa add to library, vote, comment and share yaa. Buat kelanjutan ceritanya.

Terima kasih telah membaca.

Make Me Smile (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang