"Masak apa kamu?" tanyaku ketika sudah sampai dapur, melihat Tiara sedang memasak.
"Nasi goreng" katanya sambil mengangkat nasi dan memindahkannya ke piring.Dia berjalan ke arah meja makan dan meletakkan dua piring makanan di meja. Dia kembali lagi ke dapur dan menuju meja makan meletakkan minuman di meja.
Kami menyantap masakan Tiara, setelah selesai kami menuju parkiran dengan bergandengan tangan.
"Tadi katamu di kantor bentar?" katanya sambil memakai sabuk pengaman.
"Iya, soalnya kerjaan cuma dikit. Lainnya bisa diselesaiin sama sekretarisku" kataku sambil melajukan mobilku menuju kantor.
Sesampainya di kantor, ku gandeng dia menuju ruanganku. Semua mata tertuju pada kami. Aku belum pernah membawa seseorang ke kantorku, apa lagi seorang wanita, dan bergandengan tangan seperti ini.
Mungkin ini membenarkan gosip yg sudah menyebar, bahwa mereka punya bos seorang lesbian.
Aku punya ide untuk mengerjai mereka, aku melihat Tiara dan menaik turunkan alisku dan tersenyum sinis. Seperti mengerti maksudku, dia mengangguk.
Ku pindahkan tanganku dari menggandeng tangannya jadi memegang pinggangnya, hampir memeluk seperti sepasang kekasih. Tak lama kemudian sambil berjinjit, dia mencium pipiku.
"Ini berlebihan" pikirku.
Kulihat pipinya memerah.
"Yg dicium pipiku, kok yg merah pipinya" batinku sambil tertawa kecil.
Setelah sampai ruanganku, aku duduk di kursi kerja ku dan Dinda memberikan beberapa dokumen yg perlu ditandatangan.
Kulihat Dinda memandang ke arah Tiara yg sedang duduk di sofa.
"Kenapa liatin pacar saya?" kataku sambil tetap menandatangani dokumen.
"Eh, enggak bu" katanya sambil fokus kepadaku kembali.
"Cantik ya? Kamu pikir pacar saya ganteng?" kataku sambil melihat ke arah Dinda. Dia hanya tersenyum.
Mendengar ucapanku membuat pipi Tiara memerah kembali. Aku hanya bisa menahan tertawaku.
Setelah selesai menandatangani semua dokumen, aku dan Tiara keluar kantor dan menuju ke parkiran mobil.
"Dilihat dari sebelah manapun dia tetap cantik" pikirku sambil memandanginya dari belakang.
"Mau kemana?" tanyaku sambil menyalakan mobil.
"Belanja aja yuk, kulkas kita kan udah kosong" katanya sambil memakai sabuk.
Kami pun memutuskan untuk pergi ke Mall terdekat dari kantorku. Sekalian membelikan kado untuk Riski.
"Mau belanja dulu apa beli kado dulu?" tanyanya sambil menggandeng tanganku.
"Hhmmm beli kado dulu aja, nanti pas di bungkus kita belanja" kataku sambil memikirkan apa kado yg pas untuk sahabatku itu.
Toko demi toko kami masuki dan mencari kado yg pas, tapi tak terpikirkan olehku satupun.
"Sahabat kamu tomboy?" tanyanya.
"Iya, ini fotonya" sambil ku tunjukkan foto Riski di hpku.
Dia memilih baju satu persatu.
"Ini aja, bagus" katanya sambil memperlihatkan kaos.
"Boleh, ayo ke kasir" kataku.
Aku membayar kaos tersebut dengan kartu kreditku.
"Bisa di bungkusin buat kado, kak?" tanyaku kepada petugas kasir.
"Wah toko kami tidak bisa bungkus kado, kak. Coba ke toko sebelah sana" katanya sambil menunjuk toko accessories.
Setelah transaksi selesai, kami menuju toko accessories tersebut.
"Kak, bisa bungkus kado baju?" tanyaku ke pegawai toko tersebut.
"Bisa, kak" katanya sambil mendekati kami.
Kami memilih tempat untuk membungkus kado tersebut dan memberikannya kepada pegawai toko.
"Bisa ditinggal sebentar kan, kak?" tanyaku kepada pegawai toko yg sibuk membungkus kado.
"Bisa, kak"
Kami pun berbelanja kebutuhan sehari-hari. Setelah itu kami kembali ke toko accessoris untuk mengambil kado dan menuju parkiran.
Ketika menutup pintu mobil, hpku berbunyi. Kulihat telpon dari Riski.
"Halo, bro?" ucapku setelah mengangkat telpon.
"Makan tempat biasa, yuk" ajaknya.
"Oke, gue balik dulu. Baru jemput lo yak" kataku lalu kututup teleponnya.
Aku melajukan mobil ke apartemen. Ku parkirkan mobilku di depan apartemen dan memberitahu ke satpam bahwa kami hanya ke atas sebentar.
Aku membuka bagasi belakang dan mengambil belanjaan, Tiara juga membantuku. Kami menuju lift.
"Riski ngajak makan, ikut ya?" ajakku kepadanya.
"Boleh" katanya, pintu lift terbuka dan kami masuk.
Aku menekan angka 17, lantai apartemen kami. Setelah lift sampai di lantai 17, pintu lift terbuka, kami menuju apartemen Tiara.
Dia memasukkan passwordnya dan membuka pintu. Kami menaruh beberapa bahan makanan di dapur. Dan segera keluar apartemen kembali.
Rumah Riski tidak terlalu jauh dari apartemen. Aku melajukan mobilku ke rumah Riski, tiba-tiba ada notifikasi WhatsApp.
Ku berikan hpku ke Tiara dan ku suruh dia membukakannya.
"Ini Riski, katanya jemput di depan perum aja" kata Tiara membaca WhatsApp dari Riski.
"Bales, oke gitu yaa" kataku sambil fokus menyetir.
"Kenapa depan perum?" pikirku.
Riski tidak pernah meminta jemput di depan perum, karena memang rumahnya bukan di perumahan, hanya bersebrangan jalan. Aku tau dia sangat malas menyebrang jalanan yg sangat ramai itu.
"Gapapa lah dari pada muter" pikirku kembali.
Ketika sampai di depan perum, ku lihat Riski bersama dua orang wanita. Yg satu jelas dia adalah kekasihnya dan yg satu...
Bersambung
Jangan lupa add to library, vote, comment and share yaa. Buat kelanjutan ceritanya.
Don't be silent reader.
Terima kasih telah membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Me Smile (gxg)
Romance18+ Reyna adalah seorang wanita tomboy dan lesbian, sangat suka pesta dan one night stand dengan wanita. Orang tuanya mengenalkan dia dengan banyak laki-laki, berharap dia menyukai salah satunya. Akankah dia setuju dengan orang tuanya? Akankah dia b...