Episode 5

11.4K 521 5
                                    

Aku dan Tiara pulang ke apartemen. Di dalam mobil, kulihat dia tertidur. Ku pinggirkan mobilku dan kupandanginya.

"Capek banget ya, kamu" batinku sambil memundurkan kursinya, agar tidurnya nyenyak.

Aku memandinginya kembali, lehernya terbuka sedikit membuatku memberikan jaketku untuk menutupinya.

"Bajunya kegedean" batinku sembari tertawa kecil.

Sesampainya di apartemen, dia masih tertidur. Ku putuskan untuk menggendongnya ke apartemenku, karena aku tidak mengetahui password apartemennya. Ku baringkan dia di tempat tidurku, dan aku tidur di sofa.

.
.
.
.
.

"Rei, bangun" suara itu membuatku bangun. Ya, suara Tiara yg begitu indah membangunkanku.
"Hari apa ini?" jawabku sambil mengerjap-ngerjapkan mataku.
"Hari Minggu" katanya sambil menjauhkan diri dariku.
"Yaudah aku mau tidur lagi" kataku sambil membalikkan posisi badanku.
"Ihhh, aku laper. Mau makan, di dapurku atau dapurmu nggak ada apa-apa" katanya sambil mendekatiku lagi dan menggoyang-goyangkan badanku. Aku hanya tertawa kecil melihat tingkahnya.

Dia sudah mengetahui password apartemenku, begitupun aku sudah mengetahui pasword apartemennya. Pagi hari seperti ini, dia selalu saja mengganggu aktivitas tidurku.

"Yaudah, kamu mau kemana?" kataku sambil bangun dari tempat tidur.
"Mandi dulu sana, bau!" katanya sambil menutup hidungnya.

Aku sangat gemas melihat tingkahnya, aku membuka ketiakku dan kutempelkan ke hidungnya. Kami pun tertawa bersama. Setelah puas mengerjainya, aku putuskan untuk mandi.

Setelah selesai mandi, aku keluar kamar mandi hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawah. Aku tidak tahu jika Tiara masih disana.

Dia melihatku setengah telanjang, pipinya memerah. Dia pun langsung lari keluar kamar.

"Lucu banget sih kamu" batinku.

Setelah berpakaian, aku keluar dari kamar. Ku lihat dia tersenyum sendiri duduk di bangku balkon.

"Senyumin apa sih? Ada yg ganteng? Mana mana?" kataku sambil melihat keluar apartemen membuyarkan lamunannya.
"Ihh, ganggu aja kamu" katanya sambil memukulku, tidak terlalu kencang.
"Ayo, mau kemana?" ajakku sambil bergegas menuju parkiran.

Setelah berpikir lama, dia memutuskan untuk sarapan kue.

"Ini nih, kayaknya enak" katanya sambil menunjukkan ponselnya.
"Oke google, kemana arahnya?" kataku sambil tersenyum lebar.
"Ihh, aku bukan google!" katanya sambil memukul bahuku.
"Suka banget mukul-mukul" jawabku sambil memanyunkan bibir.
"Salah siapa rese?" katanya tak mau kalah memanyunkan bibir.
"Itu kan kamu nunjukin maps, makanya aku tanya kemana arahnya?" kataku sambil menyalakan mobil.

Di jalan, dia menunjukkan arahan dari maps yg dilihatnya di hp. Sekitar 45 menit, kami sampai di Restoran itu. Kami memilih tempat duduk, yg kami suka. Setelah itu kami memesan makanan.

10 menit kemudian pesanan kami diantar oleh pelayanan. Kami pun segera melahap kue tersebut. Ketika dia menikmati kue, ku coba untuk memandanginya.

"Kamu cantik banget" batinku.

Setelah dia selesai makan, aku bertanya, "Dikit doang, udah kenyang kamu?"
"Tapi kan enak" katanya sambil memamerkan lidahnya.
"Mau pesen lagi apa udah?" tanyaku karena sepertinya tadi dia sangat lapar dan ini porsi yg sangat kecil.
"Enggak usah, ayo jalan aja" ajaknya sambil berdiri dan menarik tanganku.

Menuju mobil, kami bergandengan tangan. Dan keheningan pun terjadi. Ketika sampai di mobil dia baru melepaskan genggaman tangannya.

"Mau kemana lagi kita?" kataku setelah menutup pintu mobil dan menggunakan sabuk pengaman.
"Kesini yuk, bagus" katanya sambil menunjukkan hpnya kembali.
"Oke.." belum sempat aku bicara, dia sudah mendekatkan jarinya ke bibirku, mengisyaratkan aku untuk diam.
"Haha lucu kamu, udah tau yg mau aku omongin" batinku sambil tertawa kecil.
"Udah ini ke kiri, lurus terus sekitar 5 kilo, terus belok kanan, masuk tol" katanya sambil memakai sabuk.

Ku lajukan mobilku sesuai arahannya. Selama 15 menit dia hanya diam memainkan hpnya.

"Udah taruh hpnya, nanti kamu pusing naik mobil sambil mainan hp terus" kataku sambil mengambil hpnya dan meletakkannya.

Dia tidak merespon sama sekali. Melihatku pun tidak. Tangan kiriku meraih tangan kanannya lalu menggenggamnya erat.

Dia seperti kaget, sedetik melihatku lalu melihat jalanan kembali. Tapi, tangan kanannya menggenggam tanganku, diikuti tangan kirinya.

Perjalanan ini menempuh waktu cukup lama. Di pintu keluar tol pun, banyak sekali kendaraan mengantri.

Setelah sampai di tempat tujuan, kami turun dari mobil. Kami melihat-lihat sekitar, menghirup udara yg sangat segar ini. Tidak seperti di kota, banyak asap kendaraan. Disini sangat udaranya sangat sejuk.

Kami menuju loket, setelah membayar petugas memberi peta lokasi tersebut.

"Ini udah jam segini, kita nggak mungkin datengin semuanya. Pilih salah satu aja yaa" kataku saat melihat jam pukul 02.15.
"Ke sini aja" kata Tiara sambil menunjuk sebuah arena.

Kami pun langsung menuju arena tersebut. Tangga demi tangga kami lalui.

"Aku capek, ayo balik aja" kataku berpura-pura kelelahan.
"Ini udah di tengah, masa balik gitu aja. Mau aku gendong?" tanyanya sambil berhenti berjalan.
"What? Kamu gendong aku? Enggak salah? Emang kuat?" ledekku sambil tertawa.

Lalu ku gandeng tangannya dan kami menaiki tangga bersama.

Setelah kami melewati tangga demi tangga, akhirnya kami sampai di arena tersebut. Tiara terlalu bersemangat, entah apa yg di laluinya dia tergelincir.

Bersambung

Jangan lupa add to library, vote, comment and share yaa. Buat kelanjutan ceritanya.

Terima kasih telah membaca.

Make Me Smile (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang