Aku menekan bel berkali-kali, tapi Tiara tetap tak membukakan pintu. Aku mencari hp di saku celanaku, nihil. Aku teringat bahwa hpku masih di dalam sana, beserta tas kerjaku.
"Tiara, please bukain. I can explain" kataku sambil tetap menekan bel.
Setelah sekian lama menunggu, kulihat jam menunjukkan pukul 1 siang dan perutku sudah berdendang dari tadi.
Aku memutuskan untuk mencari makan di luar, karena sangat lapar. Ketika aku akan memencet tombol lift, pintu apartemen Tiara terbuka, aku pun langsung masuk apartemen Tiara.
Ku cari di seluruh ruangan, Tiara sedang memasak. Aku duduk di meja makan dan memandanginya memasak.
Dia meletakkan dua piring di meja makan dan duduk di depanku. Tanpa sepatah katapun dan tanpa melihatku dia melahap makanannya. Aku pun ikut melahap makan yg di buatkannya.
Seperti biasa, setelah kami selesai makan dia mengambil piringku dan mencucinya bersamaan dengan piringnya. Aku masih duduk memandangi setiap apa yg dilakukannya.
Dia mengambil dua gelas dan meletakkan satu gelas di depanku, lalu dia pergi menuju sofa. Aku meminum air yg telah dia ambilkan dan berjalan menuju sofa, mengikutinya.
"Maaf" ya hanya kata itu yg terlintas di pikiranku untuk ku sampaikan ke Tiara.
Dia hanya terdiam sambil menegak habis minuman di tangannya. Keheningan pun terjadi.
Aku tak tau kapan dia melihatku dan Chintya, apa dia melihat semalam atau tadi pagi saat mengantar sarapan. Tapi bukannya sama aja kalau dia melihatku tidur dengan Chintya, dia pasti tau semalam aku berbuat apa.
"Yakin cuma mantan?" kata Tiara memecah keheningan.
Aku tak tau harus membalas apa, yap kalau cuma mantan kenapa bisa ngelakuin hal itu? Kenapa gue juga ngelakuin hal itu sama istri orang?
Aku yg biasanya masa bodo dan cuek sama cewek yg marah karna aku main sama cewek lain, kenapa bisa peduli gini? Kenapa nggak pengen dia marah gini terus?
Tiara Pov
Semalem denger suaranya aja udah sakit, tadi ngelihat mereka pelukan. Kenapa juga tadi ikutan keluar?
Ini juga kenapa Rei diem aja, ngeliat gue aja nggak.
Tiba-tiba hpku bergetar, ada telpon masuk dari Papa.
"Hallo, pa?" sapaku suaraku masih terdengar serak setelah menangis.
"Kamu kenapa?"
"Gapapa kok"
"Yaudah besok Sabtu Adit jemput kamu yaa, di sini udah siap semuanya"
"Besok ini? Adit?"
"Yap, udah dulu yaa. Papa masih sibuk"
Telponpun terputus. Setelah aku bercertia ke papa kalau ada kejadian di kerjaanku dulu, papa bilang kalau aku akan diajak pindah ke luar negeri.
Adit? Dia anak sahabat papaku. Kami sering bermain bersama sejak kecil. Perfect boy kalau kata orang mah. Anak orang kaya, ganteng, pintar, baik, nggak ngerokok, nggak suka main cewek, nggak suka minum. Nggak kaya orang disampingku ini, suka minum dan suka main cewek, kalau rokok sih aku belum tau.
Tak kuhiraukan Rei dan aku menuju kamar untuk menata baju untuk besok. Maklum cewek, banyak banget peralatannya. Mulai dari baju, daleman, sepatu, tas, alat make up, alat mandi, masih banyak pokoknya.
.
.
.
.
.Aku sedang memasak untuk sarapan, ku dengar bel apartemen berbunyi.
"Rei?" pikirku.
Aku membuka pintu apartemen dan ternyata itu Adit. Dengan balutan kemeja hitam dia bersandar di dinding sambil melipat tangannya di depan dada dan tersenyum ke arahku.
Aku mempersilahkan dia masuk dan aku melanjutkan acara memasakku. Seperti biasa aku membawa dua piring.
"Ngapain bikin dua sih?" pikiku.
"For me? Aku udah breakfast tadi di hotel" kata Adit.
Oke ini buat Rei, dari pada mubadzir.
"Udah sarapan? Yaudah bentar yaa"
Aku menuju apartemen Rei dan meletakkan makanan di meja makan. Kulihat sekeliling dia belum ada.
"Apa belum bangun yaa? Di bangunin jangan? Ah bodo weekend juga dia libur"
Aku meninggalkan surat kecil di samping makanannya untuk berpamitan, karna aku malas untuk ketemu dia.
Aku kembali ke apartmen dan menyantap sarapan yg kubuat.
Setelah selesai makan aku menuju sofa tempat Adit duduk. Aku duduk di sampingnya.
"How are you?" kataku.
"Great, how about you princess?" katanya sambil merubah posisi duduk menghadapku.Setelah berbincang tentang kisah kami, jam menunjukkan pukul 11 dan pesawat kami sekitar jam 1. Karena jakarta kadang macet kami memutuskan untuk berangkat sekarang dari pada terlambat.
Ketika keluar apartemen kulihat Rei juga keluar dari apartemennya. Dia kaget melihatku dengan seorang laki-laki. Dengan cepat ku gandeng tangan Adit menuju lift.
Dia hanya diam terpaku melihatku membawa koper dan bergandengan dengan seorang laki-laki yg tak dikenalnya.
Aku dan Adit menuju bandara tanpa memperdulikan Reina.
Reina Pov
Aku segera keluar apartemen dan menuju apartemennya. Ketika membuka pintu apartemen, kulihat Tiara bersama seorang laki-laki yg membawa koper, bergandengan tangan dengannya, dan mereka tersenyum penuh kegembiraan.
Dadaku terasa sesak melihatnya tersenyum untuk orang lain, melihatnya bahagia bersama orang lain. Bahkan mereka akan pindah ke luar negeri berdua?
Aku teringat Tiara kemarin menerima telpon dari papanya, mungkin papanya menyuruh Tiara ke luar negeri.
Aku hanya bisa melihat mereka berlalu menuju lift.
Bersambung
Target vote yg kemarin belum terpenuhi, tapi berhubung total votenya udah seribuan jadi author berbaik hati untuk update.
Nah, untuk part selanjutnya bakal di update lagi kalau part ini votesnya 100 dan comentnya diatas 10 😊
Jangan lupa add to library, vote, comment and share yaa. Buat kelanjutan ceritanya dan biar semangat nulisnya.
Don't be silent reader.
Gak baik juga jadi silent reader 😘
Terima kasih telah membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Me Smile (gxg)
Romance18+ Reyna adalah seorang wanita tomboy dan lesbian, sangat suka pesta dan one night stand dengan wanita. Orang tuanya mengenalkan dia dengan banyak laki-laki, berharap dia menyukai salah satunya. Akankah dia setuju dengan orang tuanya? Akankah dia b...