Episode 26

7K 378 19
                                    

Reina Pov

"Bro, belum ada kabar dari Tiara?" Tanya Riski kepadaku.

"Belum nih." Kataku sambil memandangi hpku.

Aku sudah menelponnya ratusan kali, mengirimkan sms, whatsapp, line, tapi Tiara sama sekali tak membalasnya. Mana aku tahu dia udah sampai apa belum kalau ngilang gini?

"Main aja lah bro!" Kata Riski sambil mengalungkan tangannya di leherku.

"Kalau ada yang serius ngapain main-main sama yang lain?"

"Yaudah, samperin!" Kata Riski sambil menepuk pundakku.

"Gue masih banyak kerjaan tau!"

"Cepet selesaiin, cepet cari sekretaris, terus bisa kesana."

"Enak banget loe ngomongnya."

"Enak dong, kenapa harus dibuat susah? Loe cinta dia kan? Loe mau serius sama dia? Samperin! Gue tau loe bisa dapetin dia, dapetin sekretaris, pekerjaan selesai, tanpa harus stres. Kalau loe stres karena pekerjaan, pertama loe ga dapet sekretaris, kedua loe ga dapetin dia. Gue bakal bantu nyari sekretaris kok. Tapi gue ga bisa bantuin loe dapetin dia." Jelas Riski membuatku semangat kembali.

Dia memang sahabat terbaik. Selalu ada saat gue butuh.

"Besok weekend kan, gue kenalin temen-temen sepupu gue. Oke? Loe tau dia kan? Cari yang menurut loe paling bener jadi sekretaris." Kata Riski.

Sepupu Riski, namanya Novita, dia pernah menjadi sekretaris di perusahaan, tapi sekarang dia menjadi kepala manager perusahaan tersebut. Hebat kan?

.
.
.
.
.

Aku menggunakan kantorku untuk mewawancara calon sekretaris yang di bawakan oleh Riski. Mungkin teman Novita atau adik tingkatnya. Kalau yang diatasnya mungkin sudah dapat pekerjaan semua.

Sebelumnya juga aku sudah menyuruh karyawanku untuk mencarikan ku sekretaris, tapi tak ada yang sesuai dengan apa yang ku mau.

"Masuk." Kataku.

"Selamat siang, bu." Kata peserta itu.

"Siang. Perkenalkan diri kamu."

"Nama saya Adelia Permatasari, biasa di panggil Adel, saya ..... " Dia memperkenalkan dirinya dengan sesopan mungkin.

Aku sudah mewawancara enam orang, tapi belum ada yang sesuai. Tinggal satu orang di depan, semoga sesuai.

"Masuk." Kataku. Kali ini Riski ikut masuk.

"Selamat siang, .... ehh saya enaknya manggil apa yaa?" Katanya dengan salah tingkah.

Lucu sekali tingkahnya membuatku sedikit tertawa, tapi langsung ku tahan.

Tiba-tiba Riski membisikkan ku sesuatu. "Kayaknya ini cewek L juga."

Aku langsung menatap tajam ke arah Riski, bisa-bisanya dia menyimpulkan ke arah sana.

"Dari ke enam orang tadi dan karyawan saya yang lain manggil saya dengan sebutan 'bu'. Kenapa kamu ragu? Toh saya perempuan?"

"Karena saya tahu, Anda tidak terlalu suka jika dipanggil seperti itu."

Good dia tahu itu. Oke pertanyaan yang lain.

"Terserah kamu mau panggil saya apa. Yang penting masih sopan. Saya panggil kamu Angel?" Dia hanya mengangguk.

Setelah mewawancarai dia, aku memutuskan untuk memberikannya kesempatan bekerja selama satu bulan.

"Oke, kamu bisa bekerja selama satu bulan ini. Jika kita sama-sama enak dan nyaman satu sama lain." Mukanya memerah. Apa yang sudah kukatakan? "Hhmmm... Maksud saya sebagai bos dan sekretaris. Setelah itu kita bisa ngomongin kontrak. Setuju?" Dia hanya mengangguk.

Make Me Smile (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang