Episode 16

7.8K 421 13
                                    

Setelah puas minum, aku dan Riski pulang menuju apartemen. Tapi, Riski menantangku untuk berjalan kaki dari pada naik taksi. Well, karna ga bawa mobil, aku pun menerima tantangan itu, hemat uang juga kan kalau jalan kaki.

Kami harus berjalan kaki sekitar 1,5km. Setengah perjalanan yang kami tempuh, kami di hadang oleh empat preman. Di sekitar sini memang sering ada perampokan, pemerkosaan, dan yang lainnya.

"Kalian kan cewek, gak usah berantem lah. Kasih aja barang kalian terus kalian boleh pergi. Karna kita juga ga mau sama lesbi kek kalian" kata salah satu seorang dari mereka, dan yang lain ikut tertawa.

Satu pukulanku meluncur ke arah mulut laki-laki itu. Kulihat sedikit ada darah di sana.

Dua orang melawanku dan dua lagi melawan Riski. Jujur, aku belum pernah melawan dua orang sekaligus.

Menghindar pun sangat susah, karena diserang dua arah. Aku memikirkan cara untuk menyerang balik sambil menangkis pukulan maupun tendangan mereka.

Tetapi aku kehabisan tenaga, mungkin efek minuman ini yg membuatku lemas. Satu orang berhasil menarik tanganku dari belakang dan yg satu bersiap untuk menyerang dari depan.

Orang itu memukul perutku berkali-kali. Aku tak bisa melawan balik, orang di belakangku memegangku dengan sangat kuat.

Tiba-tiba ada seorang yg menendangnya dari samping. Setelah orang itu terjatuh, aku berhasil melepaskan diri dari orang yang memegang tanganku.

Lalu menghajarnya dengan tenagaku yang masih tersisa. Mereka berempat terlihat lemas. Kulihat Riski menelpon polisi.

"Lebih kuat gue kan dari pada loe" kata Riski setelah menutup telpon itu.

"Oke gue akuin loe lebih tahan sama minuman dibanding gue" kataku sambil merangkulnya dan tertawa.

"Pukulan gue bukan minumannya" katanya memprotes kata-kataku.

"No.. Gue lebih jago dari pada loe" kataku karna tak mau kalah darinya.

"Loe ga liat nih gue ngehajar 3 orang loe cuma 1?" katanya sambil menunjuk preman yang sudah kami ikat dengan tali tadi, menghindari mereka kabur saat pikiran mereka kembali karna kami tahu mereka sedang pusing dan kesakitan.

"Efek minum, coba enggak udah gue habisin mereka semua" kataku saat mobil polisi sampai di tempat kejadian. Aku menyemprot pakaian kami berdua dengan parfum yang kubawa.

Polisi memborgol preman-preman itu dan memasukkannya ke mobil patroli. Salah satu polisi mendekati kami.

"Kalian berdua yang menghajarnya?" kata polisi tersebut. Kami hanya mengangguk cepat.

"Perlu tumpangan?" katanya, kami hanya menggelengkan kepala.

"Oke, hati-hati yaa" katanya sambil menuju ke mobil patrolinya.

Karena kami tahu, jika kami menjawab lebih dia bakal tahu bahwa kami sedang mabuk. Dan sebisa mungkin kami menahan napas sampai polisi itu pergi meninggalkan kami.

"Haaahhh butuh nafas buatan gue" kata Riski kepadaku sambil menepuk bahuku.

"Loe pikir gue nggak?" kataku sambil mengatur napasku kembali.

"Nih nih" kata Riski sambil memonyongkan bibirnya ke arahku. dan memejamkan matanya.

Aku segera membalas ciuman itu, tentu bukan dengan bibirku. Tetapi dengan tanganku yang segera menampar mulutnya.

"Sakit.." katanya sambil memelas.

"Gue nampar ga kenceng-kenceng amat" kataku sambil tertawa.

"Sakit hati gue" katanya lagi sambil meraih leherku, mendekatkan ke wajahnya dan berniat akan menciumku kembali.

Make Me Smile (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang