3

5.9K 920 192
                                    

Aku membuka kedua mataku perlahan. Cahaya terang dari atas langit-langit membuat tanganku reflek menutupi kedua mataku. Kepalaku terasa nyeri dan sakit.

"Nana? Ibu, Nana siuman." ucap seseorang yang sepertinya adalah suara kak Doyoung.

Tangan Nyonya Kim menyentuh lembut dahiku. "Nana, bagaimana ini bisa terjadi? Ucapkan saja yang sebenarnya, ibu akan dengarkan."

"A-aku... kak Doyoung... dipukuli oleh sekelompok orang-orang berseragam sekolah. Lalu... ada orang yang menyelamatkan kita, setelah itu kepalaku terasa sakit dan aku tak ingat apa-apa lagi."

Seketika Nyonya Kim menatap Doyoung penuh amarah. "Itu adalah teman-temanmu, bukan?"

"Tentunya tidak, mana ada seorang teman menyakiti temannya." elak Doyoung.

"Kalau bukan, siapa? Atau jangan-jangan, mereka adalah musuhmu? Oh, mereka membencimu. Kau sering membuat masalah di sekolah?"

"Haisshh! Tidak, tapi mereka memang musuhku. Aku sama sekali tidak pernah membuat masalah di sekolah, bu." sanggahnya lagi.

"Lihatlah, jika hal ini terjadi lagi. Ibu tidak akan memaafkanmu. Ibu ada pekerjaan darurat, ibu akan pergi, Nana. Jagalah Nana dengan baik." Nyonya Kim pun keluar dari ruangan.

"Nana, apa kau baik-baik saja?" tanya kak Doyoung.

"Ya." jawabku sambil mengangguk.

"Apa ada yang sakit?"

Aku pun membalasnya dengan gelengan kepala.

Setelah beberapa waktu, aku pulang dari rumah sakit karena dokter mengizinkanku untuk kembali ke rumah. Ketika menaiki tangga aku dibantu oleh kakak Doyoung.

Jiho melihatku sedikit kaget, "Apa yang terjadi denganmu?"

"Kau tak perlu tahu." balas Doyoung yang langsung membukakan pintu kamarku.

Jiho pun mendengus kesal, "Aku tak bertanya kepadamu!"

Aku membaringkan tubuhku di atas kasur dan kak Doyoung menarik selimut untukku, "Tidurlah yang nyenyak. Besok adalah hari pertamamu di sekolah, kan?"

Aku tersenyum dan mengangguk.

"Selamat malam." ucapnya sebelum keluar dari kamarku.

Aku menghela napas dan membalik tubuhku ke kanan melihat jendela kamar yang terbuka. Dibalik gordennya seperti ada seseorang sebab timbul sesuatu berbentuk badan, saat angin berhembus kencang, kedua mataku reflek berkedip dan ia menghilang.

Keesokan harinya adalah waktu pertama ku ke sekolah bersama dengan kakak Doyoung. Aku memandang gedung sekolah dengan mulut yang terbuka, betapa besarnya sekolah ini! Kak Doyoung tersenyum saat melihatku.

"Kelasmu disini." Doyoung oppa menunjuk sebuah kelas yang cukup ramai suara tawa ceria dari banyak murid.

"Masuklah, aku akan menunggumu sampai kau mendapatkan teman." ucap kak Doyoung.

Ia adalah kakak laki-laki idaman semua adik perempuan. Wajahnya yang lemah lembut serta menggemaskan, sikapnya yang kekanakan dan khawatiran, tapi tubuhnya tetaplah tubuh seorang pria yang berotot.

"Kak Doyoung, sedang apa kau di sini?" sapa seorang gadis cantik seumuran dengan Doyoung oppa.

"Oh! Sooyoung. Aku sedang mengantar adikku ke kelasnya." sahut Doyoung oppa sambil tersenyum.

Guardian [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang