20

1.5K 227 5
                                        

Arin sedang berfoto bersama Haechan. Lelaki itu tersenyum bahagia bersama gadis di sampingnya yang sedang ia rangkul.

"Baguslah Haechan, ternyata lo bisa senyum lagi."

Nana sadar jika hatinya sekarang berdegup nyeri. Tau rasanya kan? Iya, nyesek.

Mana mengerjapkan matanya berulang kali, sekaan sadar jika apa yang ia rasakan tak seharusnya ia rasakan. Apa artinya ia menyukai Haechan?

"Dia itu buaya, Nana. Jadi biasa bagi dia untik dekat-dekat sama semua cewek, bahkan mantan pacarnya. Haha lucu." Nana bermonolog.

Nana mengalihkan pandangannya dari Haechan. Ia berjalan menjauh dari Haechan, gadis itu mengarahkan kameranya kemana saja. Memotret asal untuk dijadikan kenangan.

Tiba-tiba kamera terfokus pada satu wajah. Nana menurunkan kameranya dan tersenyum kecil pada siswa itu.

"Lo mau fotoin gue?" tanya Jaemin.

Nana tertawa kecil.

"Jangan kegeeran."

Jaemin pun berjalan mendekati Nana dan mengambil paksa kamera Nana.

"Ayo foto berdua."

Jaemin mengarahkan kameranya ke wajah Nana dan wajahnya.

Setelah satu jepret selesai, Jaemin mengambil kesempatan untuk merangkul Mana. Jika Haechan penyebabnya, maka dirinya akan berlaku seperti ini selamanya.

Nana kaget karena tangan jaemin menyentuh bahunya, dan tentu saja Jaemin menarik tubuh Nana menggunakan tangannya yang besar itu. Setelah tubuh Nana dan Jaemin berdempetan, Jaemin langsung menekan tombol jepret lagi.

Sesudahnya, Jaemin tersenyum puas dan melihat hasil potret dirinya dan Nana. Ia melihat senyuman Nana hanyalah sebuah senyuman paksa. Jaemin mengalihkan pandangannya dari kamera dan menatap Nana yang sedang lesu.

Ia pun mengelus puncak kepala gadis tersebut. Nana yang diperlakukan seperti itu, hanya bisa melihat wajah Jaemin yang sedang tersenyum.

"Jangan hapus hasil foto ini, paham?" perintah Jaemin yang dibalas oleh anggukan kecil dari Nana.

Wisata di Jeju Folk Village Museum sudah selesai pada jam satu siang. Para siswa-siswi naik ke bus masing-masing dan pergi ke restoran untuk makan siang.

Mereka sampai sekitar jam setengah dua lewat. Semuanya turun dan mengambil tempat masing-masing. Satu meja berisi 10 kursi, Jaemin duduk di samping Nana, sementara samping Nana ada Somi, Siyeon, dan chenle. Lima kursi depan mereka ditempati oleh, Wonhee, Renjun, Woojin, Yeri, dan Jisung.

Suara dentingan sendok dan garpu menghapus keheningan di meja itu. Bahkan Jisung yang cerewet pun harus diam karena ucapannya tak pernah digubris oleh siapapun.

"Wah gue gak nyangka kita bisa satu meja ya hahaha." ujar jisung, tak ada yang menyahut bahkan melirik pun tidak.

Hanya Woojin yang berbaik hati di sini. "Hahaha iya iya. Ngomong-ngomong air putihnya enak."

Woojin dan Jisung tertawa hambar. Membuat Yeri mendengus kesal dan menatap mereka tidak suka.

"Hahaha iya. Oh iya! Haechan mana?" sambung Jisung yang membuat semua melirik ke meja sebelah kiri mereka.

"Terpampang jelas kalau dia lagi sama Arin, bodoh." jawab yeri ketus.

Jisung pun mengerucutkan bibirnya. Ya, benar kata yeri. Terpampang jelas di sana jika haechan sedang makan bersama arin. Haechan satu meja dengan daehwi dan yang lainnya.

Nana menatap sekilas ke haechan yang sedang tertawa bahagia dengan teman barunya.

"Dia ngelupain sahabat lamanya." gumam Somi.

"Berpikir positif aja, mungkin haechan gak dapat tempat di meja ini karena ada seseorang yang gak diundang." sindir Siyeon kepada Yeri dan membuat semua penghuni meja itu meliriknya, lalu kembali pada tatapan masing-masing.

Semua makan dengan suasana yang masih sama, hening.

Sementara dari tadi haechan terus mencuri pandang ke meja sebelahnya. Ia mengalihkan pandangannya saat penghuni meja sebelah meliriknya. Tapi aksi itu berhenti saat Arin menepuk bahunya.

"Haechan, jadi lo udah buat keputusan?" tanya Arin sambil tersenyum.

Haechan memandang siswi yang sedang tersenyum lembut itu, dia tak tau apakah seharusnya melakukan hal tersebut.

"Hm iya."

"Baguslah, gue mau denger itu nanti dan jangan sampai salah ambil keputusan atau lo bakal nyesel."

Haechan kembali melirik meja sebelahnya yang sekarang sudah melanjutkan makannya. Ia sengaja melihat Nana yang sepertinya tak punya nafsu untuk makan. Kenapa tak nafsu makan? Bukankah jaemin ada di sampingnya?

Kali ini haechan tak sengaja melihat jaemin yang tersenyum sendiri dengan tatapan kosong. Haechan mengacuhkan Jaemin dan lebih memilih untuk makan kembali.

Haechan tak tau jika jaemin sebenarnya sedang tersenyum bahagia. Jaemin tersenyum bahagia saat mengingat kembali hasil foto di Jeju Folk Village Museum bersama Nana. Mereka bertiga berfoto bersama dan Nana belum sempat melihat hasil foto itu. Nana dan jaemin yang tersenyun dan di belakang mereka, haechan sedang menatap kamera dengan tatapan tidak suka.

Setelah makan siang berakhir. Semua siswa-siswi berangkat menuju ke tempat wisata selanjutnya. Museum Teddy Bear. Tak lama kemudian, mereka sampai dan turun dari bis. Berbaris sesuai kelompok, lalu masuk ke dalam gedung.

Pengunjungan sudah selesai, karena sekarang sudah jam lima sore. Para siswa-siswi langsung pulang ke penginapan. Melepaskan kelelahan di badan mereka, hampir seluruh anggota badan hana pegal. Yang dilakukannya hanyalah merebahkan badan ke kasur. Sementara teman satu kasurnya, arin, sedang menatap ke luar jendela.

Dalam satu kamar tersebut, ada dua ranjang. Ranjang yang pertama, diisi oleh hana dan arin. Sedangkan ranjang lainnya diisi oleh tzuyu dan yoojung. Nana merapatkan kedua kelopak matanya, berusaha untuk tidur. Walaupun ia tau jika jam tujuh malam nanti akan ada acara makan malam di lobi penginapan.

"Nana... Nana... Nana... bangun. Sekarang udah waktunya makan malam." ucap Arin berusaha membangunkan Nana sambil menggoyang-goyangkan bahu gadis tersebut.

Nana mengerjapkan matanya berulang kali dan perlahan wajah arin yang sedang tersenyum sudah tampak jelas di matanya. Nana merubah posisinya menjadi duduk di pinggir kasur sambil menggosok kedua matanya.

"Ah iya gue udah bangun."

"Cuci muka lo dulu." arin mengingatkan.

Setelah semua beres, Nana, Arin dan kawan-kawan lainnya turun ke lantai dasar menggunakan lift. Tidak hanya ada mereka di dalam lift, ada haechan bersama keempat teman sekamarnya. Walaupun kedua kelopak mata Nana sudah sepenuhnya terbuka lebar, ia masih saja mengantuk.

Beruntung ia bisa menyandar di dinding lift, posisinya sedang ada di paling belakang dan pojok kiri. Bahkan nana tidak sadar jika samping kanannya ada haechan. Haechan melirik sekilas hana yang sesekali dengan tidak sengaja menyentuh pundaknya.

Gadis itu tidak mampu menahan kepalanya yang terus menyender di dinding lift jadi sesekali kepalanya oleng menyentuh bahu haechan. Haechan mulai merasa resah dan langsung menarik kepala Nana ke bahunya untuk bersandar di sana. Setelah itu tak ada pergerakan lainnya.

Haechan menghela napas lega sembari melirik Nana yang sedang tertidur di bahunya. Berpikir bagaimana dia bisa tidur sambil berdiri?

Perlahan haechan menarik kedua sudut bibirnya dan menghasilkan sebuah senyuman kecil. Berdiaman selama dua hari rasanya sedang berdiaman selama 2 tahun dan sekarang Haechan merindukan Nana.

Haechan menyesal telah bersikap acuh selama dua hari. Di dalam hatinya sekarang tertanam bahwa ia harus meluruskan masalah dan meminta maaf pada gadis itu.








TBC

Guardian [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang