2

6.6K 1K 268
                                    

"Ibu, aku ingin tas sekolah seperti yang dipakai Ji Won." ucap anak perempuan berumur 6 tahun itu.

Ibunya yang sedang menyisir rambut anaknya pun menghela nafas sembari tersenyum, "Tasmu jauh lebih bagus. Itu hadiah dari ayahmu bukan?"

"Tapi.. tasku sudah robek. Teman-teman menertawakanku." anak itu menatap ibunya.

"Itu bukanlah hal yang buruk. Teman-temanmu tidak tau seberapa berharganya tasmu ini. Semua yang kau miliki termasuk diriku, itu lebih berharga ketimbang tas Ji Won, mengerti?" kata Ibu Nana sambil mengelus kepala Nana.

"Pokoknya aku tetap menginginkan tas Ji Won!" teriak Nana sambil berlari ke dalam rumah.

Ibunya pun menghela nafas pasrah karena tingkah laku anaknya. Seharusnya Nana mendapatkan semua yang ia inginkan pada umurnya yang masih muda. Tapi keadaan ekonomi keluarganya yang membuat dirinya harus kehilangan mimpi kecilnya.

***

Aku merebahkan tubuhku di atas kasur yang empuk ini. Sangat berbeda dengan tempat tidurku di panti asuhan. Hhh... aku jadi teringat Chaeyoung.

Aku tak terlalu memikirkan ucapan wanita berumur itu. Jika memang ada malaikat pelindung, apakah malaikat pelindung milikku sedang tersesat? Mengapa ia tidak kunjung datang? Apa mungkin sebab aku pindah tempat tinggal jadi dia sedang kebingungan mencari diriku?

Brakk!

Suara pintu yang terbuka dengan keras membuatku sontak terduduk di pinggir kasur.

"Cepatlah ke bawah. Ibu sudah menunggumu untuk makan siang." kata Yerim dengan suaranya yang lantang sedang menahan amarah besar.

Aku pun turun ke bawah dan ke ruang makan. Aku melihat Nyonya Kim, Doyoung, dan Jiho sedang duduk di meja makan.

"Duduklah, Nana. Kita akan makan siang bersama." ucap Nyonya Kim yang tidak menatap diriku.

Aku pun duduk di sebelah Doyoung. Sepertinya ia yang paling normal di antara ketiga anak yang lain, buktinya ia tersenyum ramah kepadaku.

"Aku sudah sangat lapar." ucapnya dengan suara yang kecil seperti bisikan. Lantas diriku tertawa geli.

Yeri tiba-tiba turun ke bawah dan berjalan cepat ke pintu luar tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Memijakkan kakinya dengan dentuman keras penuh amarah.

"Kim Yerim! Kau mau kemana dengan terburu-buru seperti itu? Kita akan mengadakan makan siang bersama untuk hari pertama Nana berada di sini." tegur Nyonya Kim sambil meninggikan nada suaranya.

"Aku akan pergi ke luar untuk jalan bersama teman-temanku." papar Yerim.

Nyonya Kim bangun dari kursinya dan berjalan ke arah anak perempuannya. Setelah sudah tepat berada di depan Yeri, Nyonya Kim menatapnya dalam-dalam.




Plak!




Yerim memegangi pipi sebelah kanannya yang telah ditampar oleh Nyonya Kim. Sepertinya tamparan itu terlalu keras untuk seorang perempuan. Yerim sampai meringis kesakitan dan menahan air matanya.

"Jaga sikapmu." tegas Nyonya Kim.

Lalu Nyonya Kim kembali lagi ke tempat duduknya seperti tidak ada sesuatu yang baru terjadi.

Yeri menatap Nyonya Kim dengan amarah, "Kenapa? Kenapa kau harus mengambil anak panti asuhan lagi? Kau sudah mempunyai kami! Tapi kenapa kau memungut anak menjijikan itu?" Kata Yeri sambil menangis.

Guardian [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang