9

3.7K 602 20
                                    

Para siswa-siswi menatap dirinya dan Jaemin kaget.



Ya Tuhan, apa salahku?



Begitu juga dengan guru pelajaran jam pertama yang kala itu pun dibuat bingung serta agak panik sembari menatap Nana dan Jaemin bergantian. Lalu tatapannya berhenti kepada siswi yang menjadi tersangka dalam kejadian ini.



"Dia curiga sama gue?" batin Nana.



Nana menggeleng cepat tanda bukanlah dirinya yang membuat Jaemin seperti itu. Nana menyadari jika gerak-geriknya pasti terlihat seperti sang pelaku. Tapi tunggu dulu! Pelaku bersalah macam apa yang membuat seseorang menangis tanpa sebab?

"Bukan saya pak, saya bahkan gak kenal dia!" sangkal Nana tak terima.

"Gimana bisa? Apa kalian saling kenal? Terus Na Jaemin, kenapa kamu nangis?"

Jaemin menatap Nana, lalu ia mengalihkan pandangannya kepada pak Lee. Cowok itu menggeleng sembari menghapus air matanya dan kembali menunjukkan senyumnya.

"Enggak pak, enggak ada apa-apa. Saya cuma... cuma bahagia akhirnya bisa sekolah di sini."

Wajah pak Lee kini sudah tak berkerut lagi, melainkan tertawa terbahak-bahak. Bahkan siswa-siswi juga mengiringi tawa wali kelas mereka.

"Hahaha, hey Na jaemin! Kamu ini ada-ada aja. Apa kamu nangis karena sangking terharu nya punya wali kelas segantenng saya? Hahahaha."

Na jaemin menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil tertawa hambar. Mereka masih menikmati tawa mereka, namun tidak dengan Nana yang masih sedikit bingung serta barangkali trauma atas kejadian yang tadi.

Jaemin yang merasa ditatap, perlahan melihat kearah gadis itu juga. Tapi tidak dengan senyumnya, ia masih terlihat lesu dan sedih.

Ada sepasang mata yang melihat ini, yaitu Yeri yang menatap sinis pada mereka.

Suara gelak tawa mereka pun berhenti. Pak Lee menyuruh Jaemin untuk segera duduk dan memulai pelajaran. Jaemin duduk di belakang Nana, suara tas dan kursi yang berdecit membuat suasana pojok belakang ini canggung. Apalagi Haechan sang pemilik tempat duduk di samping Nana sedang izin tidak masuk sekolah.

"Haechan lagi gak hadir, mendingan Jaemin maju aja, biar lo kelihatan jelas apa yang lagi diterangin bapak itu." Ujar Somi dengan senyumannya yang jahil.

Anak baru itu benar-benar menuruti apa yang dikatakan oleh Somi, ia menaruh tasnya dan duduk di samping Nana.

Selama pelajaran dimulai manusia di sebelah Nana ini selalu saja sesekali menatap kearahnya dan membuat Nana sangat risih. Gadis itu menopang dagunya menggunakan tangan kiri sembari mencatat di buku tulis.

Bel istirahat berbunyi, para siswa-siswi langsung berhamburan ke kantin. Sementara di kelas tersisa Wonhee, Yeri, Minjeong, Daehwi, Chenle dan Jaemin.

"Nana, ayo kita ke kantin." ajak Somi.

Nana mengangguk dan pergi keluar kelas.

"Jaemin, kenalin nama gue Chenle."

"Dan gue Daehwi."

Guardian [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang