27

2.9K 227 23
                                    

Yerim benar-benar ketakutan dengan kakaknya yang sudah menggila. Sampai tiba-tiba dua orang sudah berdiri tepat dihadapannya ketika ia membuka pintu kamar.

"Siapa kalian?"

Dia tidak bisa melihat wajah mereka lebih jelas karena gelap. Saat Yeri dapat mengenali wajah-wajah tersebut, ia sangat terkejut.

"Wonhee? Renjun?"

"Gak ada waktu lagi, ayo kita pergi lewat jendela." gusah Wonhee sambil menarik tangan Yerim mendekati jendela kamarnya.

"Tapi ini lumayan tinggi, gue takut."

"Percaya sama gue, sekarang pejamin mata lo dan genggam erat tangan kami berdua. Dalam hitungan ke tiga, lo harus lompat, satu, dua, tiga!" perintah Renjun yang segera diikuti oleh Yeri.

Mereka akhirnya berhasil turun tanpa merasakan sakit ataupun kotor sedikitpun. Gadis itu benar-benar dibuat keheranan, namun di dalam keadaan seperti ini, ia tidak akan bisa memikirkan hal-hal aneh tersebut. Sekarang yang terpenting adalah dirinya bisa selamat.

"Makasih Wonhee, Renjun." ucapnya dan sesaat kemudian suara sirene polisi terdengar.

Lampu penerangan cahaya dari mobil menyorot rumah dan para polisi mulai menyusurinya, berusaha untuk menemukan pelaku.

Hatinya benar-benar berat saat melihat kakak kandungnya, Kim Jiho memberontak seperti orang gila karena ditarik paksa oleh beberapa polisi. Sungguh hari yang berat baginya, setelah kematian woojin, hari ini ia juga harus kehilangan seorang kakak yang dulu sangat menyanginya.

Ia tau kakaknya sangat menyangi dirinya namun dengan cara yang salah. Jika ia bisa memutar balik waktu, ia ingin pura-pura tidak mengetahui kebenaran yang telah terjadi. Tidak mengetahui hal yang harusnya tidak diketahui itu lebih baik daripada harus mengetahuinya.
























2 tahun kemudian

Sekarang Nana sudah lulus dari sekolah dan berhasil menjadi mahasiswa di universitas ternama di kota Seoul. Gadis itu duduk di sebuah kafe sembari memandangi derasnya air hujan di luar sana. Orang-orang berlarian kesana kemari, menutupi kepalanya dengan tas dan jaket atau sebagainya.

Dia termenung sampai seseorang sudah duduk di kursi seberangnya. Menatap lurus ke Nana.

"Ternyata lo masih betah di sini." kata seseorang itu.

Nana tidak kaget akan kehadirannya, dia malah lebih memilih untuk melirik sejenak dan membuang muka lagi, tak menghiraukannya.

"Apa sekarang gue lagi terabaikan?" Lelaki itu mengibaskan kedua tangannya guna menyadarkan Nana.

Akan tetapi, tidak jua berhasil dan gadis itu malah merasa terganggu oleh kehadirannya.


"Cari pacar sana, jangan nempel ke gue terus." sungut Nana.

"Oh jadi lo udah berani ngusir gue secara blak-blakan?"

Pertanyaannya dibalas anggukan oleh Nana.

"Hahaha, asal lo tau ya gue udah ngedapetin banyak cewek di sini. Walaupun gak ada satu pun yang buat gue nyaman kayak lo." sombongnya.

"Itu karena kita udah temenan lebih dari sembilan tahun, Lee Haechan. Lo bahkan udah gak ada malu lagi waktu buang angin di depan gue."

Guardian [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang