Nana membuka kelopak matanya saat cahaya matahari mengenai kulitnya. Saat matanya terbuka, dia melihat Arin sedang membuka seluruh gorden di kamar tersebut. Ia tersenyum saat tatapannya bertemu dengan mata Arin.
"Oh maaf. Gue ganggu lo tidur ya?" tanya Arin dan hendak menutup kembali gordennya, tapi aksinya dihentikan oleh Nana.
"Enggak kok buka aja gordennya, lagipula memang udah waktunya buat siap-siap ke bawah untuk sarapan."
"Iya gue kebiasaan buka gorden di kamar setiap bangun pagi, jadi gue kelupaan kalau ini kamar hotel bukan kamar gue." Arin terkekeh saat mengingat kejadiannya dulu.
"Cahaya matahari sehat buat kulit biar glowing ya kan hahaha."
Nana pun turun dari ranjang dan berdiri di depan jendela. Ia meregangkan tubuhnya yang agak pegal sambil mengerang. Mereka berdua melakukan sedikit pemanasan dan tertawa kecil saat melihat satu sama lain.
"Yang lain juga harus sehat, jadi ayo kita bangunin mereka hahaha."
Para penghuni kamar 607 sudah bangun dari tidurnya dan sekarang mereka sedang mengantri untuk mandi. Di dalam kamar mandi sedang ada Sanha.
Sisanya menunggu di dapur atau sekedar menonton tayangan telivisi. Mereka kurang satu, hanya Jaemin yang belum menampakkan dirinya.
Dan saat pintu kamar mandi terbuka, Jaemin langsung bangun dari tempat tidurnya. Menampakkan wajahnya yang kusut dan kantung mata yang cukup hitam.
Semua orang terpaku melihat wajah Jaemin yang cukup mengerikan, baru bangun dari ranjangnya. Ia berjalan ke dapur untuk mengambil air minum, lalu meminum tiga gelas air putih.
Jihoon yang sedang mengemil kue sontak terkaget dan akhirnya kue yang sudah dikunyah tak sengaja keluar lagi dari mulutnya.
Sanha yang baru saja keluar kamar mandi, tampak kaget dan handuk yang ia pakai hampir saja copot dari pinggangnya.
"HA-" Ia memekik tertahan dan menelan salivanya.
"Woy! Kenapa lo? Lo gak kenapa-kenapa kan? Kemarin lo abis dari mana? Bilang sama gue, Jaem. Jaemin! Na Jaemin! Itu lo kan? Jawab gue! Lo Na Jaemin bukan? Hmmphh!"
Jihoon terpaksa berlari ke arah Sanha untuk mengentikan ocehannya yang membuat sakit telinga. Semua terkaget, kecuali Renjun.
Setelah minum, Jaemin berjalan ke sofa dan duduk di samping Renjun yang sedang menonton kartun pagi. Renjun yang sadar akan keberadaan seseorang di sampingnya, ia pun menoleh dan melirik Jaemin sambil menghela napas.
"Kena debu?" tanya Renjun seraya menunjuk kelopak mata Jaemin.
Jaemin pun menggeleng lemah dan ikut menunjuk kelopak matanya. "Arang."
Bus yang ditunpangi siswa-siswi melaju ke rekreasi berikutnya. Setelah sampai, mereka menjelajahi Gua Manjanggul dengan instruktsi yang diberi. Suasana hari ini, tidak seburuk yang Nana alami kemarin.
Sekarang ada banyak orang di sampingnya. Terutama Haechan dan Jaemin yang terus mengikuti Nana kemanapun ia pergi. Walaupun sebenarnya gadis itu merasa agak risih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardian [✔]
FantasyNa Jaemin seorang keturunan dewa pelindung yang berkali-kali menyelamatkan Nana dari kejamnya dunia. © copyright 2017 by piyoowo