"...Mereka bilang dirinya menghilang bersama pria tampan itu. Mereka berkata bahwa pria itu mengancam mereka untuk tidak menyakiti salah satu dari siswi di kelas ini."
"WWHHOOOAAAAA!!!!" takjub semua siswa-siswi.
Mereka pun saling menunjuk-nunjuk siswi yang sedang berada di kelas itu.
"Apakah itu kau, Won Hee? Kau kan cukup cantik." ucap salah satu siswa.
"Apa? Aku? Aku tidak pantas untuk dilindungi. Lagipula itu hanya racauan orang yang baru sadarkan diri." katanya tidak terima.
Woojin pun mengangkat tangan kanannya kepada daehwi. "Bukankah kau bilang mereka dikirim ke rumah sakit jiwa? Itu artinya kalian memercayai perkataan orang tidak waras."
"Wah! Kau benar-benar hebat, Woojin!" seru Daehwi.
Tiba-tiba guru matematika datang dengan tangan yang mengangkat buku tulis yang cukup banyak. Para murid pun langsung duduk di tempatnya.
Setelah pulang dari sekolah, aku memakan roti pemberian dari kak Doyoung di kamarku. Sehabis memakannya, aku keluar kamar.
Aku berniat untuk ke halaman mengerjakan tugas dari guru matematika, tapi Jiho memanggilku untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Apakah kau bosan di rumah ini? Aku sangat ingin keluar." ucap Jiho padaku.
"Hm? Apa maksudmu?" tanyaku heran.
Tak biasanya dia berbicara padaku seperti ini, apa yang dia inginkan?
"Aku ingin memperkenalkan dirimu kepada sepupuku, lebih tepatnya lagi sepupu kita." katanya sambil mengemaskan barang-barangnya.
"Ayolah.. aku ingin kau membujuk ibu. Biasanya dia akan melarang kita bepergian ke manapun. Tapi aku juga ingin kebebasan, hanya satu hari saja, kan?" kata Jiho memohon.
Aku pun mengangguk dan keluar dari kamarnya. Kebetulan sekali, saat aku sudah duduk di ayunan taman, aku melihat mobil ibu sudah terparkir di garasi. Aku pun meninggalkan buku dan peralatan lainnya di kursi ayunan.
Aku menghampiri ibu dengan niat ingin meminta izin untuk menginap di rumah sepupu itu yang dibilang Jiho.
"Ibu." panggilku kepada ibu yang sedang berjalan ke dalam rumah.
Nyonya Kim pun berhenti, "Ada apa, Nana? Apa kau sudah makan siang? Ibu membawakan sesuatu untukmu."
Sekretaris ibu memberiku sebungkus plastik yang cukup besar.
"Oh, aku sudah makan siang, terima kasih, bu. Emm.. aku dan-" kalimatku terpotong oleh Jiho yang berteriak sambil berlari ke arahku dan ibu.
"Nana! Tidak, jangan bicarakan sekarang! Biarkan ibu istirahat dulu, lalu kita akan memintanya. Ibu, masuklah dulu. Aku dan Nana akan mengobrol dengan ibu setelah makan malam."
Nyonya Kim pun masuk ke dalam rumah bersama sekretarisnya. Setelah punggung Nyonya Kim tidak terlihat lagi, Jiho pun menghela napas lega.
"Huuufff... kau belum bilang sesuatu kepadanya kan?"
Aku menggeleng.
"Baguslah. Aku masuk dulu." katanya sambil menepuk bahuku pelan.
Waktu malam hari di meja makan, Jiho segera menyebutkan permintaannya kepada Nyonya Kim.
"Bu? Boleh ya? Hanya sekali ini saja. Kumohon, aku sangat bosan di rumah ini." mohon Jiho setelah makan malam selesai.
Aku tak yakin Nyonya Kim akan memperbolehkannya untuk pergi.
"Kalian ingin menginap ke rumah Lisa? Yang benar saja." tanya Doyoung.
Jiho pun menatapnya dengan sinis, "Tutup mulutmu."
Nyonya Kim tersenyum, "Kalau begitu pergilah dan jangan kembali lagi. Ibu khawatir akan terjadi sesuatu. Pamanmu di sana sering mabuk-mabukan. Itu terlalu berbahaya."
Jiho pun mendecak kesal, "Kita sudah dewasa, bu. Paman juga sedang ke luar kota. Nana butuh perkenalan diri, dia sepupu baru Lisa kan? Lisa belum mengenalnya. "
"Baiklah, tapi hati-hati. Kalian berangkat sekarang?" tanya Nyonya Kim.
Jiho melirikku dan mengangguk mantap sembari tersenyum penuh kemenangan.
"Wahh.. kakak akan merindukanmu." kata kak Doyoung.
Aku kala itu sedang mengemasi barang-barangku untuk menginap satu malam di rumah Lisa.
Oh, kenapa kam Doyoung mengatakan hal seperti itu. Entah rasanya samar-samar mirip deja vu. Aku mengingat saat-saat aku mengemasi barang-barangku sebelum berangkat ke rumah ini. Chaeyoung, dia mengatakan hal yang sama.
"Hm? Aku hanya akan menginap satu malam. Lalu besoknya pulang."
"Nana," panggilnya kepadaku, lalu aku menatapnya.
"Maupun siapa itu. Ya, pria itu. Kuharap kau tak akan bertemu lagi dengannya. Mungkin dia akan membahayakanmu. Jika kau terbangun malam-malam, bangunkan Jiho atau Sohye, Sohye adalah sepupu yang akan kau temui nanti, selain Lisa dan Umji."
"Kakak sedang membicarakan pria aneh itu? Kakak mengenalnya?" ungkapku heran.
Doyoung menggeleng. "Tidak. Aku tak mengenalnya. Hanya saja, aku takut dia akan menculikmu."
Aku tertawa kecil. "Memangnya jika aku diculik kenapa?"
Mau tak mau, kak Doyoung akhirnya tertawa juga. "Kenapa ya? Mungkin aku akan kesepian dan merindukanmu? Tidak ada lagi tangan kecil yang akan kugandeng."
Setelah selesai mengemas barang bawaan dan berbincang sedikit. Aku naik ke mobil.
Aku melambaikan tanganku kepada kakak laki-lakiku dari dalam kendaraan beroda empat ini. Setelah acara perpisahan singkat di kamarku tadi, kak Doyoung benar-benar memperingatiku tentang pria aneh yang kucerikatan tempo hari kepadanya.Sementara, Jiho hanya memainkan gadget miliknya.
Tunggu, apa kalian bertanya-tanya kenapa aku tak memanggil Jiho dengan sebutan kakak? Baiklah, jadi begini, Jiho lebih tua dariku lima tahun, tapi aku tidak tahu haruskah aku memanggilnya dengan embel-embel kakak? Sekali pun dia tidak pernah memintaku untuk memanggilnya dengan sebutan kakak.
Aku merasa bahwa aku terlalu lama menatapnya, sehingga ia menatapku balik.
"Ada apa huh?" tanya dia dengan sedikit meninggikan nadanya.
Aku menggeleng kaku dan melihat ke luar jendela mobil lagi. Dia terlalu menakutkan bagiku. Apa maksudnya dengan mengajakku bepergian untuk menginap di rumah seseorang yang belum kukenal?
Aku tak terlalu percaya bahwa niatannya mengajakku ke sana adalah untuk mengenalkanku kepada sepupu baruku.
Sebagiannya lagi aku memercayainya. Mungkin itu akan menjadi pertemuan menyenangkan. Bermain bersama, menonton film dan memasak masakan hangat untuk malam ini adalah ide bagus. Mungkin...
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Guardian [✔]
FantasyNa Jaemin seorang keturunan dewa pelindung yang berkali-kali menyelamatkan Nana dari kejamnya dunia. © copyright 2017 by piyoowo