If They're (chap 2: In Jealousness) edisi Dreamies pt 1

47 8 6
                                    

Mark: Jadi ngambekan, tapi masih kegolong polos karena jujur pake banget

Mark pendiem banget akhir-akhir ini. Kamu bingung kenapa Mark yang biasa cerewet bisa super diem kayak sekarang. Kamu jadi takut kalau aja Mark sakit atau apalah itu.

Mark juga kelihatan kusut karena wajahnya yang terus cemberut. Ia jarang terlihat mengembangkan senyumnya hampir ke semua orang. Wajahnya memang terkadang terlihat cerah saat ia tertawa. Namun, ketika tawanya berhenti ia akan menekuk wajahnya lagi.

Tiap kamu ngajak jalan, Mark mau-mau aja. Tapi pas pelaksanaan, Mark juga cuma nganut kamu kemanapun kamu pergi. Kamu ngode apapun, langsung dikasih tanpa komentar. Termasuk kode cium yang kamu pikir cuma bakal jadi candaan.

"Mark, are you sure just want to kiss that doll?" Tanyamu pas lihat Mark lagi nyiumin boneka panda yang kata dia mirip kamu.

Ga pakai lama, Mark tiba-tiba nyosor pipi kamu. Kamu kaget karena mikir Mark ga bakal mau ngelakuin satu hal itu.

"I think i just kidding you. Why you did this?" Kamu memegang bekas ciuman Mark.

"You always coding Me. So, I think that is one of code what do You want. But, are you sure that is not Your first kiss? " Mark sedikit khawatir dengan kelakuannya sendiri.

"Hmm... I think, ya. That is my first kiss. Tapi, tak masalah jika itu belum di bibir," ujarmu santai.

Mark kembali cemberut. Kamu bingung karenanya. Kamu tak yakin kalau ada perkataanmu yang salah tadi. Kamu tidak tahu penyebab Mark kembali cemberut.

"Kamu kenapa sih? Kamu lagi sebel?" tanyamu.

Mark mengangguk kecil. Ia kelihatan sangat jujur dengan anggukan manisnya itu.

"Kamu ngambek nih ceritanya? Ada apa sih?" tanyamu lagi.

"Ya kamu itu yang bikin aku kayak gini tau," Mark berusaha jujur. "Aku cemburu,"

Kamu terkejut karena penuturan Mark yang kamu anggap terlalu jujur. Kamu mencari-cari kesalahan kamu selama ini. Kamu hanya terpaku di tempatmu saat ini merutuki dirimu sendiri. Ketika kamu akhirnya ingat, kamu mengumpat dirimu sendiri.

"Bodoh, maafkan aku Mark. Waktu itu aku tidak sengaja bertemu dengan mantanku," katamu. "Aku juga tidak bermaksud berduaan dengannya," tambahmu.

"Lalu?" tanyanya datar.

"Maaf," kamu hampir meneteskan air mata.

"Begitu kan lebih baik. Aku tidak jadi ngambek lagi," kata Mark. "Tapi jangan menangis, kamu jelek."

"Bisakah kamu tidak terlalu jujur Mark? Aku jadi takut," katamu.

"Kenapa? Itu memang sifatku," katanya.

"Aku jadi takut kehilanganmu maksudnya," kamu memeluk tubuh Mark yang notabene lebih besar darimu. "Aku janji, ga bikin kamu ngambek lagi."

Mark menyambut pelukanmu itu dengan membalasnya.

Renjun: cuek-cuek kretek #2

Renjun sama kamu lagi diem-dieman ga tau karena apa. Udah beberapa hari ini Renjun cuma diem ladenin kamu. Udah kayak supir tiap berangkat sama pulang sekolah. Kamu aslinya ga nyaman sama Renjun yang diem banget gitu. Mana pacar rasa supir gitu kan juga ga etis.

Pas pulang sekolah di suatu hari, Renjun sengaja ngajak kamu muter karena alasan pengen mampir ke minimarket. Renjun nolak waktu kamu bilang juga pengen ikut turun. Kamu jadi kepaksa nunggu di dalem mobil.

20 menit kamu nunggu, Renjun balik bawa minuman kemasan sama snack kesukaan kamu. Dia juga bawa makanan cepat saji semacam rice box buat kamu.

"Makan ya? Aku ga mau kamu sakit. Habis ini aku antar kamu pulang," kata Renjun yang menutupi wajahnya dengan masker.

Kamu menerima makanan dari Renjun lalu segera menghabiskannya. Kamu menatap Renjun yang berdiri di samping dan terus mengusap pelupuk matanya. Wajah Renjun terlihat agak memerah. Kamu khawatir jika Renjun justru yang sedang sakit.

"Kamu ga makan Njun?" tanyamu.

Renjun menggeleng. Ia membenarkan rambutnya yang maju karena gelengannya. Ia menghembuskan napasnya kasar.

"Makanlah sedikit agar kamu tidak sakit. Kemari," kamu menyiapkan satu suapan khusus.

Renjun yang memang dasarnya penurut langsung mendekat dan menurunkan maskernya, ia menerima suapan darimu. Kamu dapat dengan jelas melihat kantung mata Renjun yang membengkak. Kamu mencari alibi untuk bertanya agar tidak terlalu frontal.

"Mata kamu berair terus ya? Kantung matamu bengkak sayang," kamu khawatir.

"Oh? Eh? Kantung mataku bengkak ya?" Renjun melihat wajahnya di kaca spion. "Ah, kenapa jadi parah begini?" Renjun tampak berakting menanggapimu.

Kamu sebal karena akting Renjun sudah tertebak olehmu sebelumnya. "Jangan alibi, aku tahu kamu baru saja menangis. Kenapa?"

Tiba-tiba tangis Renjun pecah saat kamu menyindirnya. Kamu membuka pintu mobil dan membiarkan Renjun menangis di dalam mobil. Renjun memang terkenal dengan gampangnya ia menangis.

"Kamu pasti ingin kembali ke mantanmu kan? Kamu pasti ingin kembali ke Junjie kan? Jujur saja padaku," ucapnya terisak.

"Hah? Tidak Renjun. Aku tak suka lagi dengan Junjie," tepismu. "Aku bertemu dengannya hanya sebagai teman dekat saja. Kamu lihat kan, ada Jia dan Xiu juga di sana," ujarmu.

"Tapi kenapa kamu romantis sekali dengannya hah?" Renjun meninggikan suaranya yang kini serak.

"Itu tidak sengaja. Injun, aku minta maaf," ucapmu.

"Jangan ulangi," kata Renjun singkat.

"Iya, sudahlah. Biarkan aku yang menyetir, emosimu belum terkontrol," kamu pindah ke jok pengemudi dan mulai menjalankan mobil Renjun untuk pulang.

Jeno: preman #2

Kamu lagi dilabrak Jeno karena kamu jalan bareng temen cowok kamu. Kamu juga lupa bilang ke Jeno kalau alasan kamu ketemu temen cowok kamu juga karena reuni SMP. Jeno udah terlanjur marah ke kamu.

"Pokoknya kamu harus sama aku. Kalau mau pergi sendiri juga harus izin. GA BOLEH KETEMU MANTAN KAMU KALO ITU GA KEPEPET EMANG HARUS KETEMU! TITIK!!" ancam Jeno. "Kalo engga, kita putus!" tambahnya.

"Tap...Tapi aku kan kumpul sama anak SMP aku yang lain juga Jen. Aku ga kumpul sama dia doang," bantahmu.

"Tapi ngobrol berduaan aja, terus jalan keliling juga berdua itu apa?" Jeno marah besar.

Kamu kicep karena harusnya itu tak diketahui siapapun. Jeno bisa saja mengintaimu dari manapun. Kamu ga nyangka kalau Jeno sudah tahu.

"Ma...maaf, dia itu sahabat aku dari kecil. Aku ga akan tega kalau dia juga sendirian," katamu.

"Ga tega? Kamu ga mikirin aku ya? Aku yang lebih sakit lihat kamu perhatian lebih ke dia," Jeno memuncak. "Kemanapun kamu sekarang, harus sama aku. Ga ada kata tapi, ga ada penolakan. Aku janji turutin kemauan kamu kalau kamu juga nganut aku. Pokoknya harus YA??"

"I... Iya deh. Aku bakal nurut. Tapi kamu jangan marah lagi ya? Serem tau," kamu gelagapan.

Jeno tiba-tiba senyum cerah dan cubit pipi kamu gemas. "Kamu bisa aja ya bikin aku senyum? Suka deh," pujinya. "Kalo yang gitu, baru y/n ku," tambahnya.

TBC

Tolong aku hikseu... Kenapa ideku semuanya ilang?? Kudu eottokhae??

Random NCT StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang