Dering alarm menyadarkan Hyungseob dari mimpinya, di mana ia dapat bersantai dengan Woojin yang berbaring di pahanya, menorehkan cerita satu sama lain, hingga terbuai dalam ciuman hangat.
Perutnya terasa berat. Dengan menambah kekuatan dalam tubuhnya, ia bangkit, mendudukkan tubuhnya untuk sekedar bersandar pada kepala ranjang.
Tangannya tergerak untuk mengangkat tangan kekar Woojin yang semalam penuh merengkuh tubuh kecilnya. Diciumlah punggung tangan tan sang kekasih, mengusapnya pelan supaya sang empunya bangun.
"Woojin-ah, ayo bangun.." Hyungseob kini menciumi kepala Woojin di bawahnya.
"Ngh.. jam?" Woojin menggeliat kecil dan melirik jam tangan di lengan kirinya, "masih pukul empat subuh, istirahatlah."
"Hei," Hyungseob masih berusaha membangunkan Woojin yang mulai menutup matanya kembali, "kau harus ke apartemenmu dulu untuk berganti baju. Lihat, kemejamu kusut!"
Woojin akhirnya luluh, ia bangun dengan mata sayunya yang tidak beralih dari wajah Hyungseob.
"Kau manis."
"Jangan menggombal!"
Cup
Woojin mengecup sekilas bibir Hyungseob di depannya, kemudian berkata dengan senyumnya,
"bolehkah aku menikmati cappucinomu lagi pagi ini?"
{···}
Ketukan jari mungil Jihoon di meja kerjanya menyiratkan sebuah kekhawatiran. Bagaimana tidak, Woojin yang notabene lelaki disiplin itu hingga pukul 08.42 belum juga menampakkan batang hidungnya.
Ia hendak mengecek kembali ke dalam ruangan Woojin yang berada tak jauh dari ruangannya sebelum telepon di meja berdering.
"Selamat pagi, dengan Yonghwa Group, ada yang bisa kami bantu?"
"Selamat pagi, Jihoon-ssi."
Deg
Suara berat itu, tidak salah lagi, Woojin!
"Ah, y-ya, Woojin-ssi," Jihoon terbata, "ada yang bisa saya kerjakan? Oh, dan apa Anda akan izin hari ini?"
"Adakah jadwal meeting hari ini?"
Dengan sigap, Jihoon segera membuka halaman demi halaman buku bersampul kulit yang berisi jadwal Woojin.
"Menurut catatan tidak ada jadwal apapun untuk hari ini," Jihoon menetralkan degupan jantungnya, "untuk pertanyaanku?"
"Oh ya, aku akan berangkat di jam makan siang nanti. Segera hubungi jika ada pekerjaan mendesak."
"Baik, laksanakan, Pak."
"Terima kasih. Aku akan matikan tel--"
"Tunggu!" tolong ingatkan Jihoon jika memotong pembicaraan boss adalah hal yang tidak sopan, "jika kau tidak keberatan, mari makan siang di kantin bersama."
{···}
Busway berhenti. Langkah-langkah kaki mulai berebut, mencari jalan untuk keluar. Sepasang kaki Hyungseob ada di antaranya. Dengan masih sibuk membenarkan kemeja yang ia pakai asal, ia menggerutu pelan. Jika saja Woojin tidak rewel dan tidak memintanya membuat menu sarapan pagi yang lengkap, mungkin ia tidak akan terlambat.
Bruk
Nasib sial datang lagi. Hyungseob menabrak seseorang ketika pandangannya tertuju pada kemejanya, tanpa memandang lurus ke depan.
"Ah, maafkan aku, maafkan aku," Hyungseob membungkuk beberapa kali pada orang yang ia tabrak, kemudian mulai memberanikan diri memandangnya.
Mata Hyungseob membulat. Ia tajamkan kembali penglihatannya, berharap supaya objek di depannya bukanlah ilusi semata.
"Hai, Hyungseob."

KAMU SEDANG MEMBACA
Boss? +jinseob
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Ahn Hyungseob bekerja pada perusahaan yang sama dengan kekasihnya, Park Woojin, dengan segala rahasia yang tersimpan. Masalah banyak bermunculan, apakah mereka dapat melewati semuanya? #101 in Fanfiction [171109] 2017, jidatoppa