Matahari sudah di puncak ketika Woojin dan Hyungseob sampai di Kim Hanguk Group, tempat di mana Woojin akan mengungkap semuanya dan menolak perjodohan dengan Dongbin. Hyungseob runtuh keberaniannya ketika melihat bangunan megah tepat di depan matanya, bahkan perusahaan besar yang dipimpin Woojin di Korea masih kalah megahnya dengan Kim Hanguk.
"Woojin-ah, kau yakin?"
"Bagaimana tidak yakin? Kita sudah sampai di sini."
"Aku rasa kita benar-benar akan dibenci," Hyungseob melangkah mundur perlahan, "lihat! Ini benar-benar seperti dalam drama!"
"Sudahlah," Woojin menggandeng Hyungseob masuk, "aku sudah sangat ingin memerkenalkanmu."
Woojin terus membawa Hyungseob sampai ke ruang direktur tanpa sepatah kata. Setelah diizinkan masuk, terasa udara dingin dari pendingin ruangan yang menusuk kulit Hyungseob. Tidak ada suara yang menyentuh gendang telinganya, terlalu hening.
"Pak Kim."
Kursi di belakang meja bername tag Kim Minseok itu berputar, memerlihatkan sosok pria dengan jas rapi dan kacamata menggantung di batang hidungnya, terlihat berwibawa.
"Ah, Park Woojin-ssi," pria itu tersenyum sebelum melihat gandengan tangan Woojin, "siapa dia?"
"Aku ingin membicarakannya dengan Kim Dongbin-ssi, bolehkah?"
{···}
Di ruangan yang sama, kini Hyungseob tidak lagi merasa dingin. Hanya ada lima orang di ruangan itu, Eunki bergabung. Namun, rasanya semakin panas, terlebih melihat tatapan sinis Dongbin yang diarahkan pada Hyungseob.
"Baiklah, Woojin-ssi, ada yang ingin kau katakan?"
Woojin menggenggam tangan Hyungseob di sebelahnya, "aku menentang perjodohanku dengan Kim Dongbin-ssi."
"Apa?!"
"Woojin-ssi, apa-apaan kau?" Eunki terkejut, lebih lagi terlihat tangan Woojin yang menggenggam tangan Hyungseob.
"Perkenalkan, dia," Woojin memeluk pinggang Hyungseob, "namanya Ahn Hyungseob, kekasihku dalam hampir enam tahun ini, calon istriku."
Seluruh mata di ruangan itu, minus Woojin, menatap Hyungseob heran. Dongbin mengecek dari ujung kaki hingga ujung kepala, mencari di mana letak keistimewaan Hyungseob hingga Woojin menolak perjodohan hanya untuk lelaki itu.
"Woojinie, kau memilihnya? Dan menolakku?"
"Jangan memanggilnya Woojinie," Hyungseob memberanikan diri, menatap langsung pada mata Dongbin, "itu sangat menggangguku."
"Memang apa masalahmu? Ini mulutku, sesuka hatiku ingin memanggilnya apa, huh."
"Woojin-ssi, kau benar ingin melepas jabatanmu?!"
Presdir Kim di kursinya sudah mulai mengeluarkan nada tegasnya, mulai tersulut emosi.
"Ya, aku sudah yakin," Woojin menjawab santai, "aku ingin hidup bahagia dengannya, dengan cinta dan kasih sayangnya. Aku tidak membutuhkan jabatan tinggi jika aku sudah memilikinya."
"Apa-apaan ini?" Presdir Kim berdiri, melepas kacamata dan membuangnya asal, "pergi! Kau menghancurkan harga diriku!"
Woojin ikut berdiri bersama Hyungseob, menunduk sebentar sebelum melangkah pergi.
"Jangan, Woojinie.." Dongbin kembali bersuara, menahan mereka untuk pergi, "Ayah, aku mencintainya.."
"Tapi aku mencintai Hyungseob!"
"Woojin-ssi, tolonglah."
"Eunki-ssi," Woojin menghembuskan nafasnya kasar, "menikahlah sendiri dengan Dongbin. Jangan menjerumuskanku hanya supaya kau mendapatkan fasilitas dan jabatan kantor yang tinggi."
"Ayah!"
Suara Dongbin itulah yang terakhir kali tertangkap oleh pendengaran Hyungseob. Namun, Woojin sudah menolak untuk berhenti. Ia terus menggandeng Hyungseob keluar, tidak peduli lagi dengan Dongbin.
{···}
Polesan make up tipis terlihat manis di wajah lelaki bertuxedo putih. Jari-jari pada kedua tangannya saling bertautan, wajah ayunya menunduk.
"Hyung, ada apa? Kau ingin sesuatu?"
Pertanyaan yang terlontar membuat lelaki itu berhasil mendongak, menampilkan senyum.
"Tidak, terima kasih. Aku hanya sangat gugup."
"Kau adalah laki-laki yang beruntung," Seonho tersenyum, "selamat atas pernikahanmu."
"Hyungseob-ah! Ah, aku tidak menyangka!"
Hyungseob dan Seonho menengok, Jihoon sedang berlari riang dengan Jinyoung mengikuti.
"Jihoon-ah, kau sangat cantik!"
"Cantik bagaimana? Aku pria!" Jihoon bersungut, "tapi, kau lebih cantik, sungguh!"
Hyungseob tersenyum, "terima kasih, kalian sudah datang."
"Kami memberikan kabar pernikahan terlebih dahulu, tapi Woojin-ssi bergerak lebih cepat," Jinyoung berceletuk, membuat yang lain tertawa.
"Woojin-ssi memang lelaki yang baik, bukan begitu, Hyung?"
"Ya, Seonho-ya. Aku bahagia memilikinya."
{···}
"Saya, Park Woojin, bersedia menerima Ahn Hyungseob sebagai pendamping hidup saya dan berjanji untuk selalu menemaninya dalam suka maupun duka."
"Dan saya, Ahn Hyungseob bersedia menerima Park Woojin sebagai pendamping hidup saya dan berjanji untuk selalu menemaninya dalam suka maupun duka, menjadi istri yang taat pada perkataannya."
Setelah ikrar itu, Hyungseob dan Woojin resmi menjadi sepasang suami istri. Tidak ada yang tahu jalan hidup seseorang, bukan? Bahkan ketika Hyungseob sudah merasa ada di titik terlelahnya dalam hidup dan hampir memutuskan untuk menyerah, Woojin kembali hadir dan membawa secercah cahaya hidupnya yang sempat meredup.
Jangan pernah menyerah pada apa yang kita impi dan perjuangkan. Percayalah, keajaiban cinta itu nyata. Cintailah apa yang kau punya, cintailah apa yang ingin kau dapat, bumbui dengan bulir-bulir doa, dan tunggu keajaiban cintamu datang.
2017, jidatoppa
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss? +jinseob
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Ahn Hyungseob bekerja pada perusahaan yang sama dengan kekasihnya, Park Woojin, dengan segala rahasia yang tersimpan. Masalah banyak bermunculan, apakah mereka dapat melewati semuanya? #101 in Fanfiction [171109] 2017, jidatoppa