Hyungseob kembali ke ruangannya, menemui Seonho yang amat khawatir, terlebih ketika melihat mata sembabnya. Tanpa kata, ia segera mengemasi barang di mejanya, beranjak pulang lebih awal dari biasanya.
"Hyung, ada apa?"
Hyungseob masih diam ketika Seonho mengikutinya keluar dan bertanya pelan. Sejujurnya ia ingin bercerita pada Seonho tentang apa hubungannya dengan Woojin. Rasanya sulit menutupi semua sendiri, bahkan ketika pipinya sedang dibuat memerah, ia tidak tahu harus bercerita pada siapa.
Seonho menyerah ketika Hyungseob sudah benar-benar masuk ke bus tanpa sepatah jawaban. Ia tahu, Hyungseob bukan orang yang mudah menangis, jadi, melihat mata sembab tadi, Seonho menyimpulkan bahwa Hyungseob sedang menanggung masalah.
Ahn Hyungseob
Ini Guanlin?
13.47
Guanlin lega, akhirnya Hyungseob memberi kabar meski hanya melalui pesan singkat.
Lai Guanlin
Iya. Kau dari mana saja? Kenapa tidak menjawab teleponku?
13.48
Ahn Hyungseob
Aku ingin bertemu.
14.01
{···}
Woojin terdiam di wasfafel kamar mandi, memandang gambaran wajahnya pada kaca yang sedikit berembun.
"Sialan!"
Woojin memukul kaca di depannya, menyisakan retakan di sana juga darah yang mengalir dari tangannya. Sungguh, ia mencintai Hyungseob dan tidak ingin kehilangannya, namun, saat ini kekasih kecilnya itu seakan tidak memercayainya.
Setelah menyatakan janji pada Hyungseob tadi, Woojin justru semakin khawatir. Bagaimana tidak, respon Hyungseob sangat dingin, ia hanya berucap "jangan terlalu banyak berjanji," dengan melepas paksa pelukan Woojin, mengusap air matanya, dan berlalu begitu saja.
"Aku tidak akan kehilanganmu Hyungseob-ah, tidak akan pernah."
{···}
Guanlin menunggu di warung tenda yang menjadi tempatnya bertemu dengan Hyungseob. Jantungnya berdegup kencang kembali, membayangkan wajah manis Hyungseob yang tersenyum seperti biasanya.
Namun, semua bayangannya sirna begitu saja ketika Hyungseob masuk dan duduk di depannya dengan mata yang basah, rambutnya pun berantakan.
"Hyungseob-ah, kau kenap--"
"Aku ingin menceritakan sesuatu padamu," Hyungseob bertekad untuk menjadikan Guanlin sebagai tempat mencurahkan isi hatinya, "jadi, dengarkan dan jangan memotong sebelum aku selesai."
Guanlin mengangguk dan memasang telinga baik-baik, menunggu Hyungseob bercerita.
"Aku memiliki kekasih," Hyungseob berkata lirih, yang membuat Guanlin membelalakkan matanya, "namanya Park Woojin."
Guanlin hampir hilang kendali, emosinya di ubun-ubun. Namun, tenggorokannya tercekat, tidak ingin memotong pembicaraan Hyungseob.
"Fakta yang harus aku terima adalah Woojin merupakan bossku sendiri, CEO di perusahaan tempatku bekerja," Hyungseob menarik nafas, menghembuskannya perlahan, "aku sangat mencintainya dan tidak membocorkan hubungan kami pada orang kantor supaya ia tidak menjadi bahan gunjingan, namun, sesuatu terjadi, aku melihatnya bermain dengan lelaki lain."
Guanlin mengepalkan tangannya geram. Siapa Woojin yang berani mengambil Hyungseobnya dan mencampakkan begitu saja?
"Apa yang harus aku lakukan Guanlin-ah? Aku-- hiks, aku lelah menyimpan rahasia dan mengetahui bahwa kekasihku dapat kapan saja pergi," Hyungseob mulai terisak, tangannya ia telungkupkan pada wajah.
Sebuah tangan merengkuhnya lembut. Guanlin sudah berada di sampingnya, memberikan sebuah kenyamanan yang Hyungseob butuhkan saat ini.
"Aku ada di sini, Hyungseob-ah. Berceritalah padaku dan lupakan kesedihanmu."
{···}
Jam sudah menunjukkan pukul 19.54 dan Woojin sama sekali belum beranjak dari kursinya. Tangannya terlilit perban yang dipasang asal, penampilannya sangat berantakan.
"Hyungseob.. Hyungseob-ah.." ia meracau, mengacak-acak rambutnya frustasi. Tak lama setelahnya, air mata mulai menetes perlahan dari ujung matanya.
"Maafkan aku.. maaf Hyungseob.."
Drrrt drrrt
Tangan Woojin berusaha menggapai ponselnya yang bergetar. Duduknya menegak ketika mendapati nama Hyungseob di ponsel. Segera ia mengangkat panggilan itu.
"Hyungseob! Kau memaafkanku?"
"Warung tenda dekat sauna kota. Hyungseob membutuhkanmu."
{···}
Guanlin memasukkan kembali ponsel Hyungseob ke dalam saku si empunya setelah memutus panggilan.
"Woojin-ah.."
Guanlin menahan emosinya untuk yang kesekian kali. Hari ini, Hyungseob sudah menghabiskan lima botol soju hanya karena si Woojin sialan itu. Ditambah, sekarang Hyungseob tidak berhenti meracau, memanggil nama Woojin di sela tidurnya.
"Andai saja kau tidak mencintai Woojin begitu dalam," Guanlin menatap wajah Hyungseob yang damai, "pasti sudah kupastikan Woojin mendapat balasan."{···}
Woojin segera masuk ke dalam tenda yang mulai ramai. Selangkah ke dalam, ia langsung menemukan Hyungseob yang tertidur di samping lelaki asing.
"Kau yang tadi menelponku?"
Guanlin mendongak, ia menatap Woojin dengan tatapan meremehkan.
"Bawa Hyungseob kembali dengan selamat," Guanlin berdiri, meninggalkan Hyungseob pada Woojin setelah mengusap lembut kepalanya, "jangan pernah mencampakkannya lagi atau kau akan berhadapan denganku."
{···}
Author note :
Chapter 9 sudah dipublish secara private di atas chapter ini. Terima kasih ♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss? +jinseob
Fanfiction[COMPLETED] Ahn Hyungseob bekerja pada perusahaan yang sama dengan kekasihnya, Park Woojin, dengan segala rahasia yang tersimpan. Masalah banyak bermunculan, apakah mereka dapat melewati semuanya? #101 in Fanfiction [171109] 2017, jidatoppa