Bersamaan dengan rintik hujan dan udara dingin di luar sana, aroma nikotin yang berasal dari balkon mengundang Hyungseob untuk datang mendekat. Seseorang dengan batang rokok di ujung bibirnya berbalik mendengar langkah kaki lamat-lamatnya.
"Kau merokok lagi?"
"Maaf, aku terlalu penat."
Hyungseob merebut paksa batang rokok yang dihisap oleh Woojin, membiarkannya jatuh bersama hujan.
"Waktumu bersama denganku sudah sangat sedikit. Jangan biarkan waktu itu memendek lagi hanya karena sebatang sialan itu!"
Hyungseob segera beranjak masuk kembali ke apartemen Woojin, menghindari dingin. Namun, sebelumnya, tangan kecilnya tertahan.
"Kau marah, hm?" Woojin memeluk Hyungseob dari belakang, menyandarkan dagunya pada bahu kekasih manisnya itu.
"Jauhkan dirimu. Aku ingin pulang."
"Di tengah hujan seperti ini?"
Tenggorokan Hyungseob tercekat. Tidak, ia tidak mau mengambil keputusan konyol seperti itu.
"Maafkan aku."
"Jangan ulangi lagi. Aku benar-benar benci perokok,"
"---ya, seperti ayah dulu."
Terasa hangat menjalar di tubuh Hyungseob. Woojin mengeratkan pelukannya. Ia selalu menjadi tempat Hyungseob mencurahkan segala cerita, termasuk cerita di mana ayahnya yang maniak rokok, hingga akhir hayat pun karena rokoknya. Miris.
"Baiklah, aku tidak akan mengulanginya."
Hyungseob tersenyum dan mengajak Woojin masuk kembali.
"Apakah sudah ada sekretaris pengganti untukmu?" Hyungseob bertanya pada Woojin ketika mereka sampai di ruang tengah dan mendudukkan diri di sofa coklat.
"Ya, dia akan bekerja besok," Woojin memencet remote dan menyalakan televisi di hadapan, "fakta mengejutkan tentang sekretaris baruku adalah dia sahabat kecilku, kau mungkin ingat aku pernah bercerita tentangnya."
"Ng.. siapa?"
"Cobalah menebak."
"Im Youngmin?"
Woojin menggeleng.
"Kekasih Im Youngmin?"
"Maksudmu Kim Donghyun?"
"Hm, ya," Hyungseob mengangguk ragu.
"Bukan."
"Aku menyerah."
"Park Jihoon."
"Ah.." Hyungseob teringat sesuatu, "yang pernah diam-diam menaruh coklat di lokermu?"
"Ya," Woojin terkekeh, "dia sangat imut ketika kupergoki."
Hyungseob tersenyum mendengar Woojin yang bercerita dengan semangat.
"Semoga dia bisa membantu pekerjaanmu dengan baik, Woojin-ah."
{···}
Hyungseob memulai hari Seninnya dengan busway seperti biasanya. Beberapa waktu setelah ia mendapat tempat di busway, Woojin telah menghubunginya, mengatakan bahwa ia telah sampai di kantor untuk mempersiapkan meeting.
Bagaimana rasanya berangkat bekerja dengan kekasih di sampingmu? Hyungseob bahkan tidak tahu persis bagaimana. Ia belum pernah berangkat bersama Woojin. Ah, tepatnya ia hanya pernah berangkat bersama dengan Woojin sekali, itu pun bersama Eunki, asisten Woojin.
Bruk
"Ah, maafkan aku.."
Seseorang mendorong Hyungseob dari belakang ketika ia tepat di depan pintu busway, hendak keluar. Map yang ia bawa terjatuh dan beberapa isinya berceceran.
"Tidak apa," Hyungseob segera berjongkok dan mengemasi barangnya. Tak disangka, pelaku-pendorongan-Hyungseob itu turut membantu.
"Sekali lagi, maafkan aku," kata orang itu saat semua berkas milik Hyungseob rapi kembali.
"Haha, sudahlah, tidak apa," Hyungseob tersenyum pada lelaki di depannya, "kau juga akan bekerja?"
"Hm, ya! Aku mulai bekerja hari ini, bukankah itu hebat?" senyumnya melebar, "namaku Park Jihoon, kau?"
{···}
"Woojin-ssi, selamat pagi."
Woojin mendongak, mendapati orang yang tidak asing lagi baginya.
"Selamat pagi, Jihoon-ssi," Woojin terkekeh, "benar sebuah kebetulan ataukah takdir kita bisa bertemu kembali setelah sekian lamanya?"
Jihoon tersenyum, "aku berharap ini adalah takdir."
Woojin dapat mengartikan senyuman itu. Senyum yang selalu Jihoon tunjukkan padanya sejak di bangku SMP dulu.
"Kau tidak berubah."
"Begitu dengan perasaanku."
"Perasaan? Tentang apa?"
"Tentang kau."
"Hyungseobie Hyung!"
Hyungseob tersenyum ketika melihat rekan sedivisinya, Yoo Seonho datang mendekat. Wajah cerianya tak pernah hilang.
"Kau berangkat lebih lama tiga menit dibanding kemarin," Seonho cemberut, "kau tahu bagaimana bosannya aku ketika ruangan kosong? Hah, andai saja boss ingin menambah anggota divisi kita, pasti menyenangkan."
"Jadi menurutmu aku tidak menyenangkan, huh?"
Seonho menggeleng cepat, "tidak-tidak, Hyungseobie Hyung jjang!"
Hyungseob mengusak rambut Seonho lembut, "mari, lanjut bekerja."
{···}
Hyungseob tidak pernah tahu pada awalnya, jika hari pertemuan pertamanya dengan Jihoon adalah hari di mana semua hal menyesakkan akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss? +jinseob
Fanfiction[COMPLETED] Ahn Hyungseob bekerja pada perusahaan yang sama dengan kekasihnya, Park Woojin, dengan segala rahasia yang tersimpan. Masalah banyak bermunculan, apakah mereka dapat melewati semuanya? #101 in Fanfiction [171109] 2017, jidatoppa