34. Blind Date

191 25 0
                                    

"Hey, Ayo temani aku membeli sepatu." Ujar Silla tiba-tiba setelah menghampiri kami. Aku dan Yoobi hanya menatap Silla sambil menyeruput minuman bubble kami.

"Aish, cepatlah." Silla menarik lenganku dan Yoobi dan menyeret kami menuju mobilnya karena hanya dia yang membawa mobil ke kampus.

"Seingatku kau baru saja membeli sepatu beberapa minggu yang lalu." Ujarku lalu menyeruput kembali minumanku.

"Benar. Apa kau memakannya hingga ingin membeli lagi?" Celoteh Yoobi.

"Sepatu yang kubeli waktu itu tidak terlalu nyaman. Aku ingin membeli yang memang nyaman di kakiku kali ini." Aku dan Yoobi memutar bola mata kami secara bersamaan. Silla memang gadis yang terlalu pemilih terhadap apa yang dikenakannya. Aku yakin akan membutuhkan waktu yang lama untuk menemukan sepatu yang sesuai dengan keinginan gadis ini.

Sampai di salah satu pusat perbelanjaan, kami langsung melangkah menuju toko sepatu langganan Silla. Aku langsung mendaratkan bokongku ke tempat duduk yang ada disana. Aku tak mau lelah hanya karena mengikuti Silla memilih sepatunya.

"Kyuhee, kenapa kau duduk? Kemari bantu aku!" Perintah Silla padaku. Aku menatap Silla lalu mengabaikan perkataannya.

"Percuma saja. Apa yang kupilih tidak sesuai dengan keinginanmu." Ujarku tanpa mengalihkan pandanganku dari ponsel.

"Kau tetap harus membantu." Sambung Yoobi yang tiba-tiba sudah berada di dekatku lalu menyeretku menuju Silla. Aku melangkah malas mengikuti seretan Yoobi yang mulai membuat lenganku terasa sakit.

"Hhh.. sampiseu." Umpatku pada mereka berdua. Aku menyimpan ponselku ke dalam saku hoodieku lalu melipat kedua tanganku di depan dada.

"Bagaimana dengan ini?" Aku meraih sepatu yang menurutku terlihat bagus. Silla datang menghampiriku. Ia terlihat mulai tertarik dengan pilihanku. Ia memutar-mutar memperhatikan sepatu tersebut lalu berdecak.

"Tidak, aku tidak suka dengan sepatu yang tidak ada spons di dalamnya." Aku menghela nafas kasar. Benar perkataanku tadi. Membantu Silla memilih sepatu tidak ada gunanya. Selera sepatuku dan dirinya sangat berbeda.

"Kurasa yang dipilih Kyuhee itu lumayan bagus." Ujar Yoobi yang baru saja menghampiri kami. Nah, seleraku dan Yoobi tidak terlalu jauh berbeda. Silla menggeleng pada kami.

"Bentuknya memang bagus tetapi syarat utama sepatuku harus nyaman dipakai. Urusan bagus atau tidaknya urusan kemudian." Aku meletakkan sepatu tadi ke tempat semula lalu merangkul Yoobi menjauh dari Silla.

"Menyebalkan. Apa yang kubilang, ia tidak akan setuju dengan pilihanku." Aku mendengus kesal pada Yoobi. Gadis itu terkekeh sambil menepuk bahuku.

"Haha.. sabar saja. Kau seperti tidak mengenalnya saja." Ujar Yoobi. Aku kembali mendengus lalu berpencar dengan Yoobi agar segera menemukan sepatu yang nyaman untuk yang mulia tuan putri Silla.

Setelah cukup lama mencari dan menyarankan beberapa sepatu, Tidak ada yang sesuai dengan keinginan Silla. Baik aku dan Yoobi menyerah lalu membiarkan Silla sendirian mencari sepatunya lagi. Yoobi menatap arlojinya. Matanya membulat saat melihat jarum pada arlojinya.

"Astaga, kita sudah menghabiskan waktu dua jam mencari sepatu untuk Silla." Mataku ikut membulat setelah melihat arloji milik Yoobi.

"Dasar gadis gila, harusnya ia membayar kita untuk waktu yang terbuang sia-sia ini!" Umpatku. Tak lama, Silla berjalan ke arah kami. Wajahnya terlihat kecewa.

Happy Delighted [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang