24. Fever

277 24 0
                                    

Aku terpaku menatap bangunan megah yang berdiri dengan gagahnya di hadapanku. Apa taksi tadi mengantarku ke alamat yang salah? Aku mencari secarik kertas yang diberikan oleh Sehun tadi lalu menatap GPS pada ponselku. Posisiku sudah benar. Taksi tadi tidak salah alamat. Lalu ini benar-benar rumah Chanyeol? Wah, hebat. Selama ini aku menyebutnya tidak memiliki rumah, pengemis atau sejenisnya dan lihat ini! Rumahnya bahkan lebih besar dari rumah Silla.

Aku menatap pada belanjaan yang kubawa. Yah, sebelum pergi aku sempat membeli beberapa barang seperti lemon, madu, minuman ion dan sebagainya. Sepertinya belanjaanku tidak cocok dengan kelas rumah ini. Harusnya aku membawakan sesuatu yang lebih elit. Aku menatap ragu pada intercom yang ada pada dinding pagar. Apa aku tetap nekat untuk masuk? Atau aku kembali saja? Perdebatan batin terjadi padaku.

"Apa kau sedang mencari seseorang?" Aku terkejut saat seorang wanita paruh baya muncul tiba-tiba dari balik kaca mobil.

Akibat perdebatan batin membuatku tidak mendengar suara kedatangan mobilnya. Aku tersenyum kaku pada wanita itu. Apa ia ibu Chanyeol? Mereka terlihat sangat mirip.

"Selamat siang. Apa ini benar rumah Chanyeol? Aku kesini ingin bertemu dengannya." Ujarku sambil membungkuk pada Ibu Chanyeol. Wanita itu tersenyum lalu mengangguk.

"Benar. Apa aku boleh tau kau siapa?"

"Ah, Aku Choi Kyuhee. Adik Choi Minho yang berteman dengan Chanyeol." Ibu Chanyeol keluar dari mobilnya dan datang menghampiriku.

"Omo, jadi kau adiknya Minho? Pantas saja wajahmu terlihat mirip dengannya. Minho sangat sering kemari saat masih sekolah menengah. Oh, benar. Aku lupa mengenalkan diriku. Aku ibunya Chanyeol." Ujarnya. Aku hanya tersenyum kaku saat ia mulai memelukku. Wah, aku buruk jika dalam situasi canggung seperti ini.

"Ayo, masuk. Aku akan menyediakan teh untukmu." Ujar ibu Chanyeol. Aku kembali menunjukkan senyumku lalu masuk kedalam kawasan rumah megah itu. Disini terlihat sepi. Aku heran kenapa orang-orang kaya selalu memiliki rumah yang terlihat sepi. Padahal sudah membuat rumah sebesar ini.

"Anak itu sudah sakit selama 4 hari. Ia terkena demam tinggi karena kurang istirahat. Hhh.. padahal sudah kukatakan padanya untuk menjaga kesehatan." Nyonya Park mengurut pelipisnya saat mengingat putranya itu dalam keadaan sakit.

"Tenang saja, Ehm.. Nyonya. Chanyeol akan segera sembuh." Ujarku untuk menyemangatinya. Aku bingung ingin memanggilnya dengan sebutan apa.

"Panggil saja aku ibu." Wanita paruh baya itu tersenyum ramah padaku lalu berhenti pada pintu yang ada di hadapannya. Kurasa itu kamar milik Chanyeol.

"Baiklah, Nyo-Eh.. Ibu." Aku menggaruk kepalaku yang tidak terasa gatal. Hhh.. aku terlihat seperti orang bodoh.

"Masuklah. Aku akan membawakan makanan." Aku mengangguk sambil tersenyum. Wanita itu juga membalasnya lalu turun kebawah meninggalkanku. Aku membalikkan tubuh membuka pintu itu lalu masuk. Aku melihat Chanyeol terbaring lemah di atas tempat tidurnya. Keringat membasahi kening dan bantal tidurnya. Ia terlihat gelisah.

 Ia terlihat gelisah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy Delighted [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang